26. Tak Melupa, Hanya Mereda

857 118 14
                                    

SELAMAT MEMBACA ❤️

---------------------

"Kita berada di tempat yang sama
Memijak bumi dan menatap langit yang sama
Kita diberi banyak hal serupa
Disinari matahari, menghirup udara

Hanya saja caraku, caramu beda menyikapinya

Kau bisa untuk memilih
Hal baik atau buruk 'tuk sekitarmu."

(Daun Jatuh - Kita Sama)

●○•♡•○●

"Lo ngapain sendirian disini?" tanya Sapta.

Riko yang sedari tadi tengah merokok pun langsung gelagapan mematikan rokoknya. Namun, ketika melihat Sapta yang datang, Riko langsung meliriknya dengan tatapan kesal.

"Udah mulai berani negur gue? Ternyata, lo emang udah nggak takut sama gue," ujar Riko sinis.

Sapta yang mendengarnya pun hanya mengedikkan bahu. "Lo manusia. Bukan setan," kata Sapta ngasal. "Meskipun sifatnya emang mirip setan, sih," lanjutnya dalam hati.

"Lo kalau cuma mau bikin kesel doang, mending lo cabut sekarang! Gue lagi nggak ada mood buat gebukin lo lagi!" kata Riko.

Namun, entah memang Sapta yang sudah mulai memiliki keberanian, atau malah terlampau nekat. Sapta malah mendekati Riko, lalu duduk di sampingnya. "Gue kesini juga bukan untuk suka rela buat lo gebukin, kali!" pungkasnya.

Riko hanya berdecih mendengar kata-kata Sapta. Jika di bandingkan dengan Sapta, tubuh Riko sebenarnya tidak terlalu mencolok perbedaannya. Tingginya hampir sama dengan Sapta. Mungkin, hanya berbeda sekitar 5cm lebih tinggi dari Sapta, dan tubuhnya sedikit berisi. Itulah yang membuatnya merasa menjadi manusia paling kuat, dan menyalahgunakan posturnya itu untuk menindas yang lemah. Salah satunya, Sapta; saat itu.

Ada keheningan panjang diantara mereka. Mereka duduk berdampingan, namun pemikirannya saling berlawanan. Sapta membuka susu kotak kecil rasa coklat yang sedari tadi ada di saku bajunya. Susu kotak yang Sena berikan tadi pagi, sebelum akhirnya Sapta berangkat sekolah.

Sedangkan, Riko hanya menatap lurus ke arah lapangan yang sedikit tertutup oleh pohon beringin berukuran sedang.

"Gue iri sama lo," kata Riko tiba-tiba.

Sapta yang tengah asyik meminum susu kotaknya pun seketika langsung melongo. "Lo ngomong sama gue?" tanyanya.

Namun, Riko sama sekali tidak menatap Sapta, dan juga mengindahkan pertanyaan Sapta. Riko hanya terus memandang lurus, seraya kakinya menendang-nendang kecil sepatunya yang memang ia buka.

"Iya. Gue iri sama lo, Ta!"

Sesaat setelah Riko mengatakan itu, Sapta tiba-tiba saja tersedak hingga terbatuk-batuk. Dan itu, sukses membuat Riko tertawa kecil.

"Apa yang bikin lo iri dari gue? Sedangkan, selama ini aja lo tahu keadaan gue. Gue miskin, gue nggak punya orang tua juga. Itu kan yang selalu lo bilang ke gue? Aneh. Bisa-bisanya lo iri sama gue!" tukas Sapta seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu lanjut menyeruput susu kotaknya yang tinggal sisa seperempatnya.

IN THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang