SELAMAT MEMBACA ❤️
---------------------
"Kembali pulang
Tuk menenangi
Banyaknya luka yang berantakan
Peluk hangat sikap tuh sembuhkan."(Feby Putri ft. Suara Kayu - Kembali Pulang)
●○•♡•○●
Mas Abi terlihat bingung dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba menanyakan Dika. Ditambah lagi, Dika memberikan alamat ini sebagai kediamannya.
"Ada apa ya, Pak?" tanya Jantera di belakang Mas Abi.
"Ini, Pak. Kami mau mengantar sofa atas nama Bapak Mahardika, dan alamatnya di tujukan kesini. Bapak bisa tanda tangan disini, dan saya izin mengambil foto untuk bukti penerimaan barangnya ya, Pak," tuturnya.
"Oh, udah datang ya, sofanya?"
Dika yang baru saja datang untuk membawa barang-barang dari rumah lama mereka pun langsung turun dari motor, di susul dengan Mas Raga dan Kara yang berada di dalam mobil pick-up bersama barang bawaan mereka.
"Betul, Pak. Ini bukti penerimaannya mau di tanda tangan sama Bapak?"
"Tanda tangan saja kan, ya? Sama Mas Abi saja. Itu kakak saya, Pak. Saya bantu turunin sofanya ya, Pak," kata Dika.
Sementara Mas Abi mengurus surat-surat penerimaan barang, Dika menurunkan sofanya dari atas mobil, di bantu oleh Mas Raga, dan petugas pengirim paket.
Setelah semuanya selesai, Jantera dan Sena-lagi-lagi-harus mengangkut sofa yang berat itu untuk masuk ke dalam rumah.
"Sumpah, berasa abis banget napas gue!" keluh Sena seraya bersandar di sofa baru mereka.
Jantera mengangguk. "Untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue nyesel gedein otot, Na!" kata Jantera seraya mengipasi badannya dengan kertas koran.
"Mas, nih di minum dulu!"
Tanpa di duga, si bungsu Sapta berinisiatif membawakan dua gelas berisi sirup cocopandan.
Sena yang memang sudah kehausan itu pun langsung menyambar gelasnya, lalu meminumnya.
Namun, reaksinya di luar dugaan. Sena langsung memuntahkan minuman-yang masih bertekstur lengket-itu hingga mengotori bajunya.
"Lo kenapa, Na?" tanya Jantera panik.
"Ini apa lagi, Sapta Sadanaaaa?!!" tanya Sena.
"Ya sirup. Nggak enak ya, Mas?" tanya Sapta.
"Airnya segimana?" tanya Sena seraya minum air kemasan yang memang tadi ia dan Jantera beli untuk menetralkan lidahnya.
"Oh? Emang pake air?" tanya Sapta polos.
Sena melongo. "Allohu Akbar ... lo beneran nggak pake air banget ini?" tanya Sena.
Sapta menggeleng. "Nggak."
Mendengar itu, tawa Jantera seketika pecah. Ia merasa bersyukur karena belum sempat meminum sirup racikan adik bungsunya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE END ✔
Teen FictionKatanya, rumah itu akan terasa hidup jika di dalamnya lengkap dan hangat. Lalu, bagaimana dengan tujuh bersaudara ini? Abinara Madana, tidak pernah menyangka jika kehidupannya yang pertama kali di dunia ini, ia tak hanya harus menjadi anak sulung. N...