Pagi ini Renjun dan Jisung terpaksa kembali ke istana karena permintaan ayah mereka.Beruntung selama satu bulan ini kondisi Jisung sudah lebih baik namun sekarang justru kesehatan adiknya lah yang menurun.
"Ayo, kereta kudanya telah tiba anak anak" Wendy bersemu senang melihat kedua remaja itu yang tersenyum.
Tanpa mereka sadari pangeran Jeno sudah bebas dan bahkan tidak ada yang sadar jika alpha Jeno sudah memasuki perbatasan Stovia.
Berbeda dengan pangeran Jaemin yang masih berada di medan tempur untuk memperluas kekuasaan kerajaan Doxeaseon.
Para warga menyaksikan kereta kuda yang sedang menuju istana tersebut, mereka sedikit tidak rela mengingat bagaimana Renjun yang sangat dekat bahkan selalu menyempatkan bermain dan mengajari anak anak kecil di sana, bahkan Jisung yang mulai berani berbaur dengan mereka pun merasa nyaman sehingga mereka sangat tidak rela kehilangan kedua pangeran permata Stovia.
Walaupun Renjun sudah berjanji akan sering datang dan menginap di rumah tersebut.
"Hyung, perutku mual lagi" sontak Renjun langsung menatap adiknya yang tengah meremas perutnya.
"Mau berhenti sebentar" Renjun terlihat panik, sejak semalam adiknya mengeluh perutnya mual, tapi ketika dia hendak mengatakan pada bibi Wendy, Jisung selalu melarangnya.
"Tidak masalah, mungkin gara gara kemarin aku tidak makan karena terlalu asik bermain hyung, aku ingin tidur saja" Jisung menyandarkan kepalanya ke pundak Renjun.
Renjun sendiri hanya mengikuti kemauan adiknya hingga kini mulai hening dengan Jisung yang terpejam nyaman di pundak Renjun.
Jeno alpha itu perlahan menuntun kudanya, melewati rumah rumah penduduk, ini adalah desa paling ujung perbatasan kerajaan Stovia dan dirinya masih membutuhkan satu hari lagi untuk sampai ke desa yang berada di sekitar istana.
Tidak ada yang mengenalnya disini atau mungkin dia yang masih terlalu tertutup sejak dulu.
"Maaf, apakah disini ada penginapan" Jeno menatap seorang pria tua yang sedang kesusahan membawa kayu kayu tersebut.
"Apa kau pendatang atau hanya seseorang yang akan singgah anak muda" ujarnya melihat Jeno yang hanya membawa kudanya dan sedikit perbekalan seperti pakaian mungkin.
"Ya, aku hanya singgah sebentar untuk melihat kerajaan ini" Jeno sendiri dengan ragu mengatakan hal itu.
"Kau tinggal lurus anak muda, hingga menemukan rumah dengan kolam kecil di depannya, itu adalah penginapan yang ada di desa ini, aku harus segera pulang"
Jeno hanya memperhatikan pria tua tersebut sebelum melangkah sesuai petunjuk yang di berikan.
"Tunggu aku Jisung, biarkan alphamu ini menebus dosanya dan berharap mendapatkan kesempatan" gumamnya lirih.
Raja Chanyeol dan pangeran Sehun mengernyit bingung saat tidak melihat tanda-tanda kedua permatanya akan turun dari kereta kuda hingga Renjun sedikit menyembulkan kepalanya.
"Ayah, Jisung tertidur" ujarnya sehingga Chanyeol langsung menghampiri kereta kuda tersebut dan tersenyum.
Chanyeol dengan hati hati menggendong tubuh putranya yang terlihat sangat pulas, tak lama Renjun akhirnya turun dari kereta kuda tersebut, di belakangnya ada Wendy yang ikut membantu membawa barang-barang kedua omega tersebut.
"Kenapa kau harus ikut?" Sehun melirik ke arah Wendy yang tampak acuh.
"Hei sudah aku bilang, aku tidak akan melepaskan kedua keponakan ku dan dari pada itu, di mana omegamu, kau sudah menikahinya tapi apakah dia masih tidak mau tinggal di istana, tapi aku kemarin mendengar dia sudah datang" Wendy menatap sekelilingnya mencari sosok baru di sekitarnya.
"Dia sedang di dapur membantu menyiapkan untuk makan siang" ujar Sehun.
"Jaga kedua keponakan mu, pangeran Jeno mungkin saja sudah berada di sekitar kita" Sehun langsung berhenti dan menatap Wendy yang hanya bersemirik setelah mengatakan hal tersebut.
"Apa maksud mu, bukankah dia di kurung oleh ayahnya sendiri" Sehun terasa bingung dengan informasi yang baru saja dia dapatkan.
"Menurut mata mataku, dia sudah bebas dan mendapatkan hukuman lain, aku hanya tau sampai di situ" Wendy langsung berlalu meninggalkan Sehun yang masih terdiam di tempatnya.
"Sssttthh"
Jeno meringis pelan saat dia berusaha membasuh tubuhnya dan terkena lukanya yang masih belum sepenuhnya kering, kadang kala dirinya harus rela menahan sakit di semua luka yang ada di tubuhnya.
"Rasa sakit ini tidak sebanding dengan dirimu Jisung, maafkan aku" lagi lagi dirinya hanya bisa memejamkan matanya menahan rasa perih yang terus dia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHA
Werewolfbukan kami yang hendak memilih memiliki takdir seperti apa, sudah ketentuan moon goddess yang sudah menulis jalan kehidupan.... andai kami bisa di beri pilihan maka kami tidak mau menjadi omega yang hanya di pandang lemah....