BAB 23

2 1 0
                                    

Setelah berhari-hari menunggu, akhirnya Mirza mendapat balasan pesan dari Humaira. Humaira mengatakan bahwa dirinya sengaja mengganti nomor Whatsapp, ia berniat untuk menghapus semua pertemanan online-nya dan ingin fokus pada kehidupan nyatanya. Meskipun begitu, Humaira juga hendak mengabari Mirza, namun, setelah beberapa bulan lalu Mirza tidak ada kabar Humaira memutuskan untuk tidak berkabar karena malu.

Mirza memaklumi hal itu, ia juga mengakui kalau beberapa bulan terakhir Mirza terlalu fokus dengan dunianya. Mirza juga mengatakan kalau sekarang dunianya sedang tidak baik-baik saja.

'Tapi aku yakin aku bisa lebih jauh dari ini!' balas Mirza.

'Sudah seharusnya kita kuat menghadapi dunia yang kadang serius, kadang becanda,' ucap Humaira dalam tulisan pesannya.

'Ra. Boleh aku save Whatsapp baru kamu? Tapi, kalau pun tidak boleh, aku gak papa, kok.'

Pesan itu dikirimkan ke pada Humaira dengan sedikit rasa ragu, pernyataan Humaira yang ingin fokus pada dunia nyatanya membuat dia ingin mengurungkan niat tadinya.

'Boleh, kok. Kamu masih pakai nomor lama, kan? Di hp ku masih ada soalnya.'

Sontak Mirza senang mendengarnya. Detik itu juga Mirza menunggu chat Whatsapp masuk ke handphone-nya.

Saat notifikasinya muncul, Mirza kaget.

'Menunjuk kepada Lamaran Anda (hrd.mylight@gmail.com), kami HRD LIGHT mengundang Anda untuk hadir mengikuti Interview dan Psikotes pada:

11 Juni 2022
Pukul 10.00 (ON TIME)
Bertemu Pak. Davin
Lantai 2
Kantor HRD LIGHT
Jl. Jalan Raya Darmo ...'

Bukan pesan dari Humaira, tapi itu dari HRD LIGHT tempat Yaya dan Roby bekerja. Mirza antusias membaca pesan yang cukup panjang itu.

'WAJIB KONFIRMASI HADIR atau TIDAK HADIR

Note :
- Jika jadwal interview tidak bisa, mohon konfirmasi untuk dibuatkan jadwal ulang
- Menggunakan atasan putih bawahan gelap/hitam dan wajib bersepatu.
- Jika tidak ada konfirmasi, dianggap tidak tertarik untuk interview
- Bawa alat tulis sendiri
- Jangan lupa bawa jas hujan, jangan sampai hujan yang berkah dari Tuhan jadi penghalang saudara dalam menjemput rezeki dari Tuhan.
- Prioritas penempatan berdasarkan domisili rumah masing-masing.

Terima kasih'

Mirza langsung membalas pesan itu dengan sopan santun dan menyetujui pertemuan interview tersebut. Mirza membagikan pesan itu pada Asir, menularkan kebahagiaannya ke pada orang yang selama ini membantunya.

Pesan dari Humaira pun baru saja ia terima, perbincangan formalitas menjadi awal pembicaraan mereka.

Humaira juga mendapatkan kabar baik mengenai panggilan interview tadi, tentunya ia juga ikut senang dengan kabar itu.

'Sejujurnya aku ragu, aku gak ada pengalaman menjadi kasir, basic aku bukan di sana. Di SMK juga aku gak bener-bener dapet ilmu kerja. Tau kan gimana sekolah swasta baru berdiri? Guru sama murid masuk seenaknya, praktik komputer seminggu sekali, itu pun satu komputer untuk satu kelas yang bahkan dulu suka bentrok jadwal kelasku praktik sama jadwal kelas sebelah. Kayaknya cuma sekolahku aja yang kayak gitu.'

Keluh kesah Mirza diungkapkan, ia tidak percaya diri.

'Mirza'

'Kenapa kamu selalu pesimis sama hal yang bahkan kamu belum pernah mencobanya? Meskipun kamu merasa kamu tidak banyak bekal ilmu dari sekolah, harusnya kamu lihat sisi positifnya, kan?'

'Kamu kan lulusan terbaik, orang cerdas, yang bahkan gak semua orang dapat panggilan untuk wawancara, kan? Jadi apa yang membuat kamu tidak percaya diri lagi?'

RUANG UNTUK PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang