Es krim rasa cokelat itu meleleh di tangan Mirza, hari yang panas seperti biasanya. Lelaki yang hanya memakai celana pendek itu mengurung diri di kamar kost yang hanya ditemani kipas angin yang cukup berisik di telinga Mirza, walau pun begitu, badan Mirza tetap berkeringat.
Mirza lagi-lagi memainkan game favoritnya sembari sesekali melahap camilan dinginnya.
Beberapa notifikasi yang masuk membuat Mirza segera menyelesaikan permainan.
'Selamat Siang.'
'Selamat Anda dinyatakan lolos tahap interview ke dua yang akan diadakan pada :
Tanggal : 14 JUNI 2022
Pukul : 15.30 WIB
Tempat : LIGHT Nginden (Lantai 2)Bertemu Bapak Herman (Store Leader)
NB : Tidak usah membawa CV kembali.
Konfirmasi kehadiran.'Mirza terkejut saat membuka pesan dari Pak Davin, ucap syukur ia panjatkan ke pada Tuhan. Ia juga berbagi kesenangannya pada Humaira, Ilham, dan Asir. Mengejutkannya, Mirza mendapat beberapa reaksi yang membuatnya justeru nampak kebingungan.
Humaira mengirim banyak motivasi dan doa ke pada Mirza, sedangkan Ilham menyatakan bahwa dia juga lolos untuk interview tahap ke dua.
Pesan yang Mirza terima dari Asir membuatnya syok. Asir memberi tahu Mirza kalau dia akan resign dari tempat kerjanya dan akan pulang ke Bandung bulan depan, Asir merasa senang dan tenang mendengar kabar yang Mirza harapkan.
'Sejujurnya, Aa juga kepikiran kalau harus pulang kampung, kamu masih belum bisa beradaptasi dengan Surabaya dan orang-orang soalnya. Apalagi Aa sering diam-diam denger kamu nangis, dan Aa gak pernah tau kamu kenapa, Za.'
Batin Mirza tersentak, napasnya menjadi berat.
Mirza meminta maaf pada Asir atas segala hal yang membuatnya khawatir, Mirza juga berterima kasih ke pada Asir karena telah sudi untuk direpotkan.
Mirza menjelaskan bahwa sesungguhnya ia sangat merindukan keluarga terutama ibunya. Mirza juga masih menahan sakit dan rasa kecewa pada dirinya sendiri semenjak datang ke Kota Surabaya.
Lelaki itu merasa hidupnya dipenuhi oleh aib, ia bahkan menyembunyikan rapat-rapat tentang kejadian di hidupnya pada semua orang kecuali Humaira.
Pesan dari Asir kembali muncul.
'Tadinya Aa mau ajak kamu pulang, sekalian Aa anter kamu ke Garut dan Aa bantu ngomong ke orang tua Mirza soal beasiswa.'
Mirza berada di ambang kebingungan, tapi, di sisi lain ia juga tidak boleh menyia-nyiakan kesempatannya untuk bekerja.
'Terima kasih A, tapi aku sudah terlanjur ada di sini. Aku belum bisa pulang.' balas Mirza.
Akhir percakapan Asir memutuskan untuk tidak pulang sebelum Mirza benar-benar mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal yang layak.
Pesan dari Pak Davin kembali muncul setelah Mirza mengkonfirmasi kehadirannya.
Pak Davin mengirimkan alamat tempat Mirza akan wawancara tahap ke dua.
Kebingungan masih mondar-mandir di kepala Mirza. Ia mengecek ongkos ojek online yang ternyata memiliki harga seperempat dari uang yang Mirza punya. Sialnya Mirza tidak pandai menyisihkan uang dan menahan diri untuk tidak membeli ini-itu, yang pada akhirnya bekal yang ia punya hanya tinggal sedikit.
Segala kebingungan itu ia pendam sendirian, ia tidak mau merepotkan semua orang, apalagi bersangkutan dengan uang.
Tepat di hari-H wawancara tahap ke dua. Mirza bergegas berangkat pukul sebelas siang. Ia berencana jalan kaki dari Mulyosari ke Nginden.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG UNTUK PULANG
General FictionSejak mengetahui rahasia yang disembunyikan tempat kerjanya a.k.a sekolahnya, Fathur Mirza atau yang kerap disapa Iza ini mulai dihantui mimpi buruk. Sejak saat itu, hatinya mulai but4 dan membuatnya semakin naif. Mimpi-mimpi yang ia bangun mulai r...