Ch. 1

38.4K 1.4K 41
                                    

Selamat Membaca

"Sialan!" aku geram, mengapa ada novel sesampah ini? Dengan emosi yang meledak-ledak, aku berjalan menuju kebelakang rumah ku, disana ada sebuah tumpukan sampah yang siap dibakar. Tanpa rasa belas kasih, aku membuang novel itu dan membakarnya.

"Gila! Ratih apa yang lo lakuin ke novel gue?" suara cempreng itu berhasil memadamkan kobaran api emosi ku. Gadis dengan daster mini tanpa lengan, surai hitam bergelombang terduduk syok ketika melihat novelnya yang ku bakar.

Ia menangis meraung seperti seekor anjing yang kehilangan majikan tercintanya.

"Heh! Ganti rugi! Itu novel langka bangsat!" nama adik ku yang tengah kehilangan kesopanannya ini adalah Nawang Wulan, ya... Seperti nama gadis Nusantara pada umumnya Nalan terlahir dengan kulit eksotis yang mengkilap seperti seorang model, sedangkan aku? Jangan membayangkan aku gadis cantik putih mulus, kulit ku kusam coklat dan tidak bisa putih seperti standar kecantikan pria Indonesia inginkan.

Aku menghela nafas, Nalan menarik daster yang tengah ku gunakan. "Berhenti membaca sampah itu Nalan!" ujar ku dengan nada datar, emosi yang tadi mereda kini tersulut kembali.

Nalan menatap benci kearah ku, dengan surai panjang itu yang menutupi wajah cantiknya sepertinya adikku itu beneran marah hingga aku merinding dibuatnya.

"Awas saja lo Gayatrih! Gue kutuk lo jadi Yuna!" gumam Nalan, dia bahkan tanpa basa-basi berjalan masuk kembali kedalam rumah meninggalkan abu novelnya.

Jeder!

Oh sial, apakah kutukan itu beneran akan terlaksana? Seperti kata pepatah 'Doa orang yang tersakiti akan terkabulkan', aku segera masuk kedalam rumah, lebih tepatnya kedalam kamarku.

Aku adalah seorang budak kerja di perusahaan seorang bos yang berasal dari London, katanya sih bos ku itu jomblo tetapi tetap saja aku tidak mungkin menjadi wanita yang sesuai dengan kriteria bule London itu.

Sedang asik dengan olah data ku, sebuah petir menyambar leptop ku yang tengah ku pangku dan dapat aku rasakan seluruh tubuhku menegang, rasanya aku seperti terpanggang dan aku mati.

Tertawa saja kalian!

Aku kira mungkin aku akan bertemu dengan berbagai Iblis di neraka, atau mungkin aku akan di celupkan kedalam api neraka yang bahkan tidak bisa ku bayangkan.

Namun, aku berakhir di pelukan seorang pria matang. Ehem.... Mungkin kakek?

Aku menatap diriku sendiri yang terbalut dengan selimut tebal, aku merasakan hangat pada area tubuh bawah ku, seperti ada sesuatu yang menempel disana.

Ketika aku mencoba melihatnya, aku terkejut bukan main!

"Burung puyuh burung dara! Burung siapa ini?" aku menjerit hingga kakek yang tak kukenal tersentak serta menatap diriku tajam.

"Kamu ini kenapa Yuna? Bikin saya kaget aja." Kakek itu menggerutu, ia meraih kembali tubuhku kedalam pelukannya.

Jujur saja, dia kakek? Kakek kok badannya masih berotot?

Dapat aku cium, kakek yang tengah memeluk ku ini berbau uang, dari wajahnya yang sudah tua namun tetap tampan, aku dapat meyakini bahwa kakek ini sangat kaya.

"Besok, kamu ingin ikut ke kediaman ku?" tanya kakek kepada ku? Atau kepada Yuna yang ia maksud.

Aku menggelengkan kepala, aku menolak, aku bahkan berencana untuk melarikan diri dari jerat cinta terlarang antara aku dan si kakek kaya.

"Kamu bisa tinggal disini Yuna, bagaimanapun saya sangat mencintaimu." katanya sembari mengecup pucuk kepala ku.

Aku terbatuk kecil, aku tidak nyaman dan semoga kita tidak akan bertemu kembali kakek.

Aku ingat, novel sampah yang ku bakar tadi sebelum aku terdampar disini. Yuna selingkuhan sang kakek yang akan mati di tangan cucu sang kakek.

Dan aku bertransmigrasi menjadi Yuna, sepertinya doa Nalan teramini hingga aku mati dan terdampar disini.

"Novel sampah!" gumam ku.

"Tidur saja, saya akan mengantarkan mu besok ke Apartemen mu." ujar sang kakek, dengan segera aku tertidur setelah merasakan usapan pada punggung ku yang tidak tertutupi sehelai benang pun.

Shin Yuna, gadis blasteran Korea-Indonesia yang menetap di negara Amerika. Memilih menjadi seorang selingkuhan setelah kabur dari rumahnya, klasik novel klasik!

Jelas aku mengutuk siapapun yang telah membuat novel sampah ini, mengapa tidak penulisnya saja yang berpindah jiwa, mengapa harus aku?

Pagi hari tiba, sang kakek sepertinya meninggalkan ku disini seorang diri, bahkan aku tidak melihat adanya memo yang tertempel di meja nakas.

Sepertinya ia tidak jadi mengantarku ke Apartemen ku, dengan perasaan yang kebingungan, aku berjalan menuju kesebuah lemari. Mengambil dress dan dalaman.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku meraih tas yang kuduga itu adalah milikku, lalu berjalan menuju ke ruang makan berharap ada sisa roti tawar.

"Kamu sudah bangun?" tanya pria matang, kakek.

Sialan, mengapa ada kakek setampan ini?

Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang