Ch. 16

12.6K 729 29
                                    

Selamat Membaca

Yuna kecil berjalan bersama salah satu kerabatnya, mereka tengah menggunakan gaun berwarna hitam hari ini.

"Sayang." suara lembut itu berhasil menarik Yuna ke dunia nyata, dengan sedikit berekspresi, Yuna kecil mendongakkan kepalanya.

"Kenapa ibu?" tanya Yuna dengan nada lirih, wanita itu — Ceciliana yang tengah menggunakan dress panjang berwarna hitam dengan pita di pergelangan tangan kanannya mengusap lembut pucuk kepala Yuna.

"Mulai hari ini, kamu dan Luoisa akan menjadi saudara seperti kakak dan adik kandung." ujar Ceciliana dengan pelan-pelan, ia takut Yuna tidak bisa menerima kehadiran Luoisa di dalam hidupnya.

Yuna kecil menoleh pada anak perempuan dengan dress balon dan berbandana dengan surai coklat gelap, kedua manik mata itu menatap polos kearah Yuna.

"Halo kak, aku Luoisa." cicit anak itu karena Yuna kecil tengah menatap dirinya dengan tatapan kosong.

Ceciliana mengusap pipi kanan Yuna kecil dengan penuh kasih sayang, lalu ia meraih Yuna kedalam gendongannya.

Luoisa hanya menatap mereka tanpa bertanya, ia memilih berjalan kearah sang ayah yang tengah sibuk menyalami beberapa tamu.

"Ya, saya akan menghubungi anda Mr. Black." kata pria itu dengan berjabat tangan.

Kamar Yuna — bangun dari tidurnya, Gayatrih lagi-lagi memimpikan kehidupan Yuna asli. Namun, karena enggan mencari tahu lebih ia memilih untuk mengabaikan saja semua yang datang lewat mimpinya.

Matahari kini telah menyinari bumi, sejak semalam Hector memutuskan pergi dari kamarnya, Yuna memilih untuk tetap melanjutkan istirahatnya yang tertunda sebab kegiatan seks tadi malam bersama Hector.

Yuna telah membersihkan tubuhnya, ia kini duduk di pinggir ranjang dengan tenang.

"Kamu tidak sarapan?" suara King membuat Yuna reflek menjatuhkan headphone miliknya karena terkejut.

Yuna menatap King dengan tatapan tajam, "Mengapa kamu masuk kedalam kamar ku seenak jidat mu huh?" sinis Yuna, ia mulai bisa mentolerir kehadiran King di dalam hidupnya.

King menyeringai, "Kamu sudah mulai berani ya?" ancam King sembari melangkahkan kakinya mendekati Yuna.

Merasa akan ada suatu bahaya yang akan ia hadapi, Yuna merangkak menuju ke tengah ranjang.

"Mau kemana?" King mencengkeram pergelangan kaki Yuna, dengan tenaga penuh, tubuh Yuna di tarik hingga kini King berada di atas tubuh Yuna.

Posisi mereka saat ini Yuna yang tengah tengkurap dan King berada tepat di atas tubuhnya, King menahan berat tubuhnya dengan lutut agar tidak membuat Yuna sesak saat ia tengah menduduki tubuh Yuna di posisi ini.

Yuna dengan gugup menenggelamkan wajahnya ke ranjang, hal itu tentu saja membuat King kesal bukan main. "Mengapa kamu tidak menjawab ku huh?"

King menjambak Yuna hingga kini Yuna mendongakkan kepalanya, tak sampai disitu, King mencengkeram rahang Yuna dari belakang hingga Yuna kini menatap dirinya.

Yuna tak kuasa menahan siksaan dari King, dengan lemah ia menangis terisak.

"Tolong lepaskan aku, King." kata Yuna dengan lemas.

King terkekeh, ia mendekatkan wajahnya pada telinga Yuna. "Dalam mimpi mu, kelinci ku." desis King.

Karena telah puas membuat Yuna menangis, King melepaskan Yuna. Pria itu kemudian berdiri dan bersedekap dada menatap Yuna yang tengah terisak.

"Sudahlah, ayo sarapan." ajak King tanpa merasa bersalah.

Merasa dirinya tidak diberikan tanggapan oleh Yuna, King kembali menarik tubuh Yuna dan memanggulnya keluar dari kamar.

Yuna berusaha menggoyangkan kakinya serta memukuli punggung King yang lebar, namun yang Yuna dapatkan adalah sebuah tamparan di pantat-nya.

Plak!

"Eughh!" Yuna melengguh ketika merasakan nyeri pada pantat-nya.

King terkekeh, lalu ia mengusap lembut pantat Yuna sembari berjalan menuruni tangga mansion.

"Ada apa dengan gadis itu kak?" suara Clara membuat dentingan piring berhenti, Hector mengangkat satu alis-nya menatap anak sulungnya dan Yuna yang kini telah berdiri tepat di sebelah King.

"Hanya memberikan pelajaran kecil kepada kelinci nakal," jawab King dengan nada dingin, Prince yang belum berangkat kuliah menatap tajam Yuna.

Hector menghela nafas, ia melambaikan tangannya pada Yuna.

"Kemari." titah Hector adalah mutlak, maka dari itu, Yuna berjalan mendekati Hector dengan jantung yang berdebar kencang.

King meraih surai Yuna yang panjang, lalu tanpa ragu ia mencium rambut Yuna dengan sensual.

Tak!

Jika saja King tidak cepat tanggap, sudah pasti pisau tumpul itu berhasil menancap pada dahinya.

"Santai ayah," King menyeringai.

Hector merengkuh pinggang Yuna dan membuat Yuna duduk di atas paha-nya.

Clara memutar bola matanya jengah menatap pemandangan pagi yang memuakkan, wanita itu dengan cepat menyelesaikan acara sarapannya dan berlalu pergi enggan berurusan dengan pria gila.

"Ingin salad?" tanya Hector sembari mengusap perut rata Yuna.

Yuna yang tidak nyaman mulai mencari posisi yang nyaman untuknya. Namun, tanpa disadari oleh Yuna, hal itu malah membangkitkan nafsu binatang Hector.

"Diam! Jangan mencoba menggoda ku di sini Yuna, atau aku akan membuat mu telanjang di sini." ancam Hector.

George yang mendengarnya berdecih sinis, "Gila." gumam George sembari menarik bangku Lapoéz untuk mendekat ke sisinya.

Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang