Ch. 3

21.7K 1.1K 43
                                    

Selamat Membaca

Hector duduk di kursi kerjanya sembari menggenggam segelas anggur merah, hanya suara detik jam yang terdengar membuat kesan mencekam disana.

"Ayah, boleh aku masuk?" ujar seorang pria dibalik pintu besar nan megah.

Hector menaruh gelas itu di atas meja, "Masuk saja." jawabannya dengan suara berat. Sosok pria dengan balutan jas rapih membuka pintu, Hector mengangkat satu alis-nya sembari menunggu sang anak datang menghampiri dirinya.

"Ada apa?" tanya Hector kepada sang anak, "Aku tidak punya waktu banyak untuk mendengar protesan dirimu." aura mencekam tak membuat pria dihadapannya gentar, pria itu terkekeh dan mengambil satu puntung rokok serta pematiknya.

"Apakah dia akhirnya kabur dari mu?" tanya sang anak kepada Hector, rokok itu dinyalakan, asap membuat Hector bangkit dari duduknya dan bergegas membuka jendela di ruang kerjanya.

"Ya, tetapi dia akan kembali lagi." jawab Hector dengan dingin, sembari melirik kearah sang anak yang tengah melonggarkan dasinya dengan satu tangan.

Angin dingin masuk kedalam ruang kerja membuat beberapa berkas tergeser, "Apa ibu tidak akan murka disana?" sembari terkekeh geli, pria tersebut menatap sebuah potret seorang wanita anggun dengan balutan dress berwarna biru tua.

Hector melengos, ia hanya perlu diam jika sang anak kembali mengangkat topik sang istri.

"Ku rasa mempunyai ibu yang lebih muda dariku sungguh memalukan namun aku cukup terkesan dengan mu ayah," ditekannya puntung rokok itu kedalam asbak, hingga bara apinya padam. "Semoga dia dapat bertahan disini, aku tidak yakin cucu mu akan diam saja ketika mempunyai nenek yang seumuran dengan dirinya." ujar pria itu sembari menyugar rambut hitamnya kebelakang.

Hector terkekeh singkat, lalu ia menatap sang anak. "Cucu ku itu tidak akan berbuat berlebihan dengan Yuna," jawab Hector dengan santai.

Mendengar tanggapan dari sang ayah, pria itu memilih keluar dari ruang kerja utama. "Jaga dia dengan baik, atau anakku mungkin akan membunuhnya, ayah." katanya dengan ekspresi wajah yang datar, lalu pintu tertutup.

Hector menyeringai, "Ya, kehilangan satu cucu lalu buat yang baru, itu sangat mudah, bukan begitu Laurent?" tanya Hector kepada potret sang istri.

Hector kembali duduk di kursinya, jari tangan mengetuk meja hingga menimbulkan suara yang mengiringi suara detik jam ruang kerjanya.

Hector [Menikah muda, pewaris tunggal, seorang Kaisar bisnis Amerika]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hector
[Menikah muda, pewaris tunggal, seorang Kaisar bisnis Amerika]

Larut malam Hector masih terjaga, sesekali ia melirik kearah potret sang istri, Laurent.

"Mengapa kamu melihat ku dengan tatapan marah Lau?" tanya Hector kepada potret sang istri, namun hanya ada keheningan yang menyapa Hector seorang diri.

"Sayang, kamu harus beristirahat agar tidak jatuh sakit."

Hector seperti mendengar suara yang selama ini ia rindukan, suara istrinya yang selalu menyuruh dirinya untuk tidak bekerja terlalu keras, untuk mengingat bahwa dirinya juga butuh istirahat.

"Ya, karena hanya denganmu aku bisa tertidur tenang Lau." gumam Hector di keheningan malam, suara hewan malam membuat Hector menutup jendela dan berjalan menuju sofa.

Sepertinya sofa kecil itu tidak dapat menampung tubuh Hector, dengan lelah ia menutup kedua matanya dengan lengan kanannya.

***🏴***

Remaja yang tengah memacu motornya bergumam pelan, ia mendapatkan kabar bahwa sang kakek tengah di mabuk asmara dengan seorang perempuan seumuran dengan dirinya.

"Fuck! Tua Bangka sialan!" remaja itu geram, bagaimana bisa sang kakek mengkhianati neneknya. Cengkeraman pada motornya mengencang, rasa ingin membunuh menggebu-gebu.

"Awas aja kalau gue sampai tau wajahnya, kehidupannya gak akan pernah bisa tenang setelah ketemu gue." gerutunya, tatapan matanya menajam lurus membelah jalan Amerika yang telah sepi.

Brak! "Anj— mata lo dipake gak sih buat lihat jalan?" berusaha bangkit, remaja laki-laki itu tertatih-tatih dengan pelan ia menarik motornya seperti semula yang tergeletak di jalan cukup jauh dari dirinya terjatuh barusan.

Perempuan itu menggunakan kata maaf sembari mengeratkan jaket yang tengah ia gunakan, dengan tatapan mata yang menelisik, remaja itu menatap sang perempuan dengan sesama.

"Heh! Ngobat ya lo?" tuduhnya dengan suara kencang, dari kejauhan ia dapat mendengar sirine polisi mendekat. Enggan terkena kasus narkoba, ia lebih memilih kembali naik ke motornya dan meninggalkan perempuan itu seorang diri.

"Sial! Pasti besok gue disuruh kasih keterangan dan bakal masuk media, bangsat emang tu perempuan." gumamnya, hingga motornya berhenti di garasi yang luas berisi berbagai macam koleksi kendaraan dari mobil hingga motor keluaran terbaru hingga keluaran lama.

"Shhh... Sakit banget gila kaki gue." masih berjalan pincang, remaja itu menempelkan kartu akses masuk kedalam mansion.

Lampu mansion telah padam menandakan penghuninya telah beristirahat kecuali dirinya yang masih berusaha berjalan menuju kearah lift.

Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang