Ch. 14🏴

16.1K 802 27
                                    

Selamat Membaca

Yuna membuka kedua matanya ketika merasakan kehadiran seseorang di sebelahnya, "Kamu lelah?" tanya Leonardo.

Ternyata pria itu tidak lekas kembali ke Apartemennya, Yuna merubah posisinya membelakangi Leonardo.

"Yuna, ku rasa kita pernah bertemu." gumam Leonardo sembari meraih bahu Yuna agar menatap dirinya.

Adegan ini jelas tidak tertulis di dalam novel, dan sosok Leonardo harus Yuna waspadai agar tidak menggangu misi-nya.

"Aku tidak pernah bertemu dengan mu," Yuna memutar bola matanya jengah, lalu ia bangkit dari duduknya.

"Pernah, karena-" perlahan Leonardo menarik Yuna hingga kini gadis itu duduk di pangkuan Leonardo. "Luka di pergelangan tangan mu," bisiknya sembari menyeringai.

"I found you."

Leonardo mendekap erat tubuh Yuna di dalam pelukannya, pria itu terkekeh dan sesekali mengusap punggung Yuna dengan lembut.

Yuna terpaku, otaknya mencoba mencari ingatan tentang siapa pria yang tengah memeluk dirinya saat ini. Namun, berapa kali pun Yuna berusaha, Yuna tidak dapat mengetahui ada hubungan apa antara Yuna asli dengan Leonardo.

Leonardo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leonardo

Yuna menggeliat, namun dekapan itu kian mengerat seperti ular yang tengah melilit mangsanya.

Yuna bersikeras untuk lepas dari pelukan Leonardo, hingga tanpa aba-aba wajah Leonardo terhempas ke kanan dengan sudut bibir mengeluarkan darah segar, perlahan pelukan itu mengendur.

Yuna tersentak ketika tubuhnya melayang dan kini Yuna tengah di panggul oleh Hector yang baru saja pulang dari kantornya, derap langkah yang tegas membuat beberapa maid langsung menundukkan kepala mereka.

Red, asisten Hector menarik kerah Leonardo hingga kini keduanya bertatap mata.

Red

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Red

Red menyeringai menatap Leonardo yang tengah menutup kedua matanya, namun bibirnya tetap menyeringai seolah tengah menyepelekan kehadiran Red di hadapannya saat ini.

"Tidak bisakah kau bersabar bung?" desis Red dengan nada tajam, mengancam Leonardo yang terlalu bertindak gegabah.

Leonardo terkekeh, "Tidak bisa, mengapa aku harus selalu mengalah kepada kakek tua itu?" Leonardo membuang muka enggan menatap wajah Red yang tengah menahan emosinya.

"Kakek mu itu, bahkan jika itu 30 orang yang sedang menghadangnya, orang-orang itu akan mati dan menemui tuhan secara instan tanpa bertaubat." ujar Red, ia geram dengan apa yang tengah Leonardo lakukan.

Jelas perbuatannya terlalu gegabah dan ceroboh, Red tidak suka bekerjasama dengan orang yang ceroboh.

"Hei-" Leonardo menghempaskan cengkeraman tangan Red dari kerah kemeja-nya, "Orang brengsek memang akan selalu panjang umur, aku bisa yakin karena kakek ku masih hidup setelah istrinya meninggal." kata Leonardo dengan nada dingin.

"Kalian tidak pulang?" tiba-tiba King muncul dengan badan yang tengah berlumuran darah hingga setiap langkahnya, lantai ternodai jejak sepatu dengan darah.

Red mengernyitkan dahinya, ia menelisik King dari atas hingga bawah.

"Ada apa dengan penampilan mu tuan?" seolah tengah bermain peran, Red benar-benar mengubah dirinya sebagai seorang asisten yang profesional.

King terkekeh, "Hanya memberikan Cocoleon makanan."

Leonardo menepuk kemeja-nya yang kusut, enggan menyapa paman tertua-nya, ia melangkah pergi.

King mengangkat satu alis-nya, melirik Leonardo yang menghilang di balik tembok.

"Mengapa anak itu membuat ekspresi wajah yang buruk?" tanya King, pria itu tanpa mendengar jawaban dari Red memilih melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

"Bukan hanya kalian saja yang bisa tertarik oleh Yuna, aku pun tertarik karena memang gadis itu bisa membuat Junior ku kehilangan kendali." batin Red sembari terkekeh.

Pria itu merapikan jas yang tengah ia pakai, dengan langkah tegas Red berlalu pergi.

King yang dari tadi mengamati semua tertawa geli, ibu jari-nya mengusap bibir bawahnya dengan sensual.

"Semoga kamu selamat Yuna dari pria-pria gila di mansion ini." gumam King, lalu ia berjalan mendekati pintu kamar Yuna.

"Ahhhhhhh...." deru desah menggema di seluruh kamar Yuna, hal itu karena Hector merasakan hatinya tengah terbakar oleh api cemburu.

"Mengapa kamu menikmatinya Yuna? Ini adalah hukuman untuk mu." Hector kian semangat menghujani Yuna dengan nafsu membaranya.

Yuna terengah-engah, kedua matanya memutih dan mulutnya terbuka ketika Hector beberapa kali menghujani dirinya dengan tusukan yang kuat.

King terkekeh, "Ayah, kamu benar-benar menghukum gadis itu hingga ke langit ketujuh." bisik King.

Hector mencengram pinggang Yuna hingga kini ia melepaskan sperma miliknya kedalam rahim Yuna.

"Dengar, kamu milik ku Yuna." bisik Hector di hadapan wajah Yuna yang tengah diselimuti oleh nafsu.

"Hei, apa kamu mendengarkan perkataan ku, hmm?" Hector mengusap sudut bibir Yuna yang terdapat air liur.

Yuna kini memejamkan kedua matanya, lalu sedikit membuka matanya dan melirik kearah celah pintu yang sedikit terbuka.

Tampaknya pria matang yang sedang di atas tubuhnya sengaja tidak menutup rapat pintu kamar Yuna, "Bisa kamu menyingkir? Aku lelah." kata Yuna dengan nada lirih.

Hector mengangkat satu alis-nya, "Bagaimana cara kamu berbicara dengan ku? Bukankah aku sudah mengajari mu, hmm." desis Hector dengan sedikit mengancam.

Yuna tersedak ketika lehernya di cengkeraman oleh telapak tangan Hector.

"Memohon." titah Hector dengan nada dingin.

Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang