Ch. 19

11.4K 700 25
                                    

Selamat Membaca

Derap langkah membuat pasangan yang tengah duduk di sofa menolehkan kepalanya, mereka terkejut melihat dress putih yang tengah digunakan sang anak kini berwarna merah.

"Ayah... Ibu... Aku telah membunuhnya." Ting! Pisau terjatuh, anak itu dengan lemas menghampiri kedua orang tuanya yang tengah terkejut.

"Apa maksud mu?" sang ayah melihat beberapa luka basah sebab goresan kuku hadir di kulit sang anak.

"Maaf, maafkan aku." isak tangis terdengar hingga memecah keheningan mansion.

Cafe — Luoisa terkejut ketika tangannya disentuh oleh temannya, "Apa ada masalah?" tanya gadis dengan surai berwarna biru tua.

Luoisa menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum lembut. "Aku hanya sedang memikirkan tugas dari Mr. Alex saja, bukankah kita ada tugas tertulis untuk merangkum materi?" jawab Luoisa, Anna tertawa geli ketika temannya itu tak bisa lepas dari pikiran tugas yang membantai mereka di semester ini.

"Santai saja Luoisa, kamu akan mendapatkan kemudahan karena kamu anak dari Ceciliana. Ya, siapa yang tidak mengenal artis kelas atas seperti ibu mu?" gurau Anna, gadis itu menyesap kopi-nya dan melirik meja yang tak jauh dari tempat mereka duduk.

Anna mengedipkan sebelah matanya bertingkah genit, lalu ia kembali menatap Luoisa, "Bukankah kamu mempunyai kakak perempuan?" tanya Anna, pasalnya selama ia menginap di mansion Luoisa, sering kali orang tua Luoisa mengobrol dan menyebut tentang satu nama yaitu, 'Yuna'.

Luoisa terkekeh kecil, lalu gadis itu tersenyum sinis.

"Dia kabur sudah beberapa tahun ini, dan sekarang dia menjadi kekasih dari cucu sang Kaisar Bisnis Amerika — Hector." jawab Luoisa, berat sekali bagi Luoisa menjawab pertanyaan dari sang teman dekatnya — Anna.

Anna menganggukkan kepala singkat, gadis itu menaruh gelas kopi di atas meja.

"Kasihan sekali nasib kakak mu." balas Anna dengan prihatin.

Luoisa mengernyitkan dahinya, matanya menelisik wajah Anna mengira bahwa teman dekatnya itu sedang melontarkan candaan kepadanya.

"Kasihan? Aku bahkan melihatnya menikmati ciuman dan lumatan bibir Prince." ujar Luoisa dengan sinis.

Anna berdecak sebal, temannya itu memang selalu acuh dan tidak mau mencari tahu tentang orang-orang yang berada di dekatnya.

"Prince itu kakak tingkat kita kan? Aku sering kali melihatnya di perpustakaan kampus, kamu tidak tahu?" tanya Anna.

"Tidak." ketus Luoisa, jangan lupa bahwa dirinya masih kesal dengan keputusan Yuna yang kabur meninggalkan banyak sekali masalah untuk orang tuanya.

Anna menggenggam tangan Luoisa, gadis itu menatap temannya dengan serius.

"Jangan terlalu marah, Yuna pasti mempunyai alasan mengapa dia kabur dari mansion." Anna menenangkan Luoisa, gadis itu mendorong cake tiramisu ke hadapan Luoisa. "Makan saja, aku sudah kenyang."

Hector menatap Red yang tengah sibuk menata dokumen, "Apakah selama 2 tahun ini pihak kita tidak menemukan petunjuk?" ujar Hector dengan mengetuk papan berisi kertas dan benang merah yang saling berkaitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hector menatap Red yang tengah sibuk menata dokumen, "Apakah selama 2 tahun ini pihak kita tidak menemukan petunjuk?" ujar Hector dengan mengetuk papan berisi kertas dan benang merah yang saling berkaitan.

Red menolehkan kepalanya, pria itu melangkahkan kakinya mendekati Hector.

"Tidak." jujur saja Red juga penasaran apa motif Laurent di culik, jika mengkerucutkan permasalahan dan mempersempit praduga, sudah pasti motifnya ingin membuat Hector goyah.

Hector menghela nafas, menyesap rokok dengan perasaan yang frustasi.

"Dia benar-benar rapih dan teliti, bahkan seluruh cctv rusak karenanya. Tidak ada petunjuk, ku rasa dia assassin khusus." gumaman Hector langsung disetujui oleh Red.

Tidak ada yang lebih bersih dari pada cara kerja seorang assassin. Namun, mengapa orang itu menculik Laurent alih-alih membunuhnya di keheningan malam?

Hector melihat seisi ruangannya yang ada di dalam ruang pribadinya, bisa dikatakan bahwa ruangan ini menyimpan kenangan Laurent.

"Mengapa kamu begitu mencintai Laurent?" karena rasa penasaran, Red akhirnya mempertanyakan alasan mengapa Hector begitu tidak bisa melepaskan Laurent.

Hector tertawa kecil, namun sudut matanya mengeluarkan air mata. "Karena dia menyelamatkan ku, dulu ketika aku akan dibunuh oleh ayah ku." jawab Hector, singkatnya pria matang itu berhutang nyawa pada Laurent.

Sebagai imbalan, Hector menikahi Laurent, mencintainya dan memberikan kebahagian bahkan jika Hector harus berpura-pura selama ini.

Ya, anggap saja Hector bajingan.

Hector telah lama mati, akibatnya ia buta arah di tengah gelapnya rasa depresi yang menyelimuti dirinya. Hanya Laurent yang bisa mengimbangi rasa sakit Hector, hanya wanita itu yang bersedia berdiri di sisinya saat itu yang penuh dengan ancaman pembunuhan yang dilayangkan oleh sang ayah Hector.

Jika Hector terluka, Laurent pasti akan mengomeli dirinya, mengobati dan memeluk Hector membiarkan pria itu menangis.

Namun, berkali-kali Hector menahan dirinya agar tidak mencintai Laurent.

Ia takut Laurent tersakiti oleh dirinya, takut jika Laurent meninggalkannya seperti sekarang.

Ingatan Hector pada masa pertama kali bertemu dengan Yuna kembali terputar, sosok gadis muda yang begitu mengerti dirinya seperti Laurent.

Bahkan Hector tak sadar telah membuka hatinya untuk Yuna yang ia anggap menyerupai Laurent, harusnya bukan Yuna, Hector tahu itu.

"Dasar bajingan." monolog Hector.

Red tersenyum sinis, lalu beranjak pergi meninggalkan Hector seorang diri dengan penyesalannya.

IG: knndly_

Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang