After Ending. 35

2.5K 285 30
                                    

Selamat Membaca

Yuna menolehkan kepalanya menatap kearah Rent dengan pandangan tak percaya, dengan pelan Yuna melangkah mundur dan menggelengkan kepalanya seakan mencoba tidak percaya atas apa yang telah menimpa Luoisa, adiknya.

Luoisa tidak termasuk dalam rencana Yuna, mengapa Rent begitu tega menghabisi Luoisa yang bahkan gadis itu tidak tahu apa-apa.

Rent yang berada di balkon seberang berdiri menatap Yuna dengan kedua telapak tangannya masuk ke saku celananya, menyeringai ketika tubuh Yuna gemetaran terkejut sekaligus takut.

Yuna berlari menyeret koper kearah lift, tanpa alas kaki, Yuna menghiraukan dinginnya marmer.

Rent masih santai, pria itu menatap kerah mayat Luoisa. Angin berhembus menggoyangkan surainya yang terikat, bau anyir darah membuat Rent beranjak dari posisinya.

Pria itu berjalan menuruni tangga mansion dengan tenang, ketika pintu lift terbuka, Yuna menyeret kopernya menghiraukan Rent yang sudah berdiri di anak tangga terakhir.

Kaki Yuna melangkah keluar mansion, "Ingin kabur?" bisik Rent tepat ketika pintu mansion terbuka, tangan Rent memeluk perut Yuna hingga kini keduanya saling menempel satu sama lain.

Yuna melengguh ketika Rent dengan nakal menjilat tengkuknya, "Bukankah aku sudah memperingatkan dirimu agar tidak terjerat di permainan gila ini Yuna?" desis Rent, tangannya meraih tangan Yuna. Dengan lembut Rent mencium pergelangan tangan Yuna.

Yuna memejamkan kedua matanya, ia sedikit menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Jujur saya Gayatrih sudah tidak kuat menjalani hidup Yuna yang mengerikan seperti ini, rasa penyesalan kembali hadir di benak Gayatrih.

"Kau menyesal?" Rent menggigit cuping telinga Yuna yang membuat gadis itu melengguh.

Mobil sedan hitam berhenti di depan teras mansion, Red turun setelah mengatasi perusahaan Hector yang sempat goyah.

Satu alis-nya terangkat ketika melihat Rent tengah memeluk dan menggoda Yuna, "Bung, sadarkan dirimu." Red mendorong tubuh Rent hingga Yuna terlepas dari lilitan tangan Rent.

Tak sadar, Yuna menghembuskan nafas lega.

Red melihat cuping telinga Yuna yang memerah, ada juga bekas ciuman di pergelangan tangan Yuna.

Rent tertawa kecil ketika melihat raut wajah menyeramkan Red, "Kau cemburu huh?" goda Rent.

Red mendekat pada Yuna, tangannya mengumpulkan helaian surai Yuna hingga terlihatlah leher putih Yuna. Namun bukan itu yang Red incar, pria itu segera menurunkan baju Yuna hingga kini bahu Yuna terlihat.

"Eughhh...." lengguh Yuna, Red sepertinya memang cemburu karena pria itu benar-benar mencium bahunya hingga membuat Yuna memejamkan kedua matanya.

Red menjauhkan dirinya, tangannya menyeka air liur yang ada di sudut bibirnya.

"Kita telah sepakat untuk memiliki Yuna bersama, termasuk berbagi dengan para bedebah itu." desis Red mencoba mengingatkan perjanjian rahasia mereka.

Rent memutar kedua matanya jengah, lalu ia meraih koper Yuna dan masuk kedalam mobil meninggalkan Red dan Yuna.

Yuna mengerjabkan matanya kebingungan.

"Apa maksud Red? Bajingan siapa yang pria itu maksud?" tanya Yuna di dalam hati.

"Arghh!" Yuna merasakan tubuhnya melayang, ternyata ia tengah di gendong oleh Red menuju mobil.

Yuna menatap nanar kearah keluar jendela menatap mansion Ceciliana dengan pandangan sendu, Rent yang tengah menyetir hanya fokus pada jalanan di depannya.

Red yang duduk di kursi belakang bersama Yuna tak berusaha menghibur Yuna, mobil melaju membelah jalanan Amerika menuju bandara.

Tanpa sepengetahuan Yuna, Rent dan Red mengkode lewat manik mata mereka.

Red dengan gesit membius Yuna dengan suntikan, "Apa—" Yuna kembali menatap tak percaya kearah Red.

Italia — Leonardo yang akan masuk kedalam mobil menghentikan langkahnya ketika Apollo sang ayah memanggilnya.

"Keberangkatan mu dibatalkan, Yuna telah bersama Rent dan Red. Mereka akan terbang ke Italia." Apollo menepuk bahu Leonardo, lalu melangkah masuk kembali kedalam mansion.

"Tuan Leonardo." suara yang begitu Leonardo kenali, dengan cepat pria bermanik mata emas itu menoleh pada sosok pria yang tak asing bagi dirinya.

"Nolan?" bisik Leonardo.

Sebuah kantong kertas berada di tangan kanan Nolan, "Ada apa kau kemari?" tanya Leonardo.

Nolan membungkukkan badannya sejenak, "Saya membawa perlengkapan untuk Tuan Besar." jawab Nolan dengan sopan.

Leonardo bergeser sedikit memberikan jalan kepada Nolan, setelah itu ia berjalan kembali masuk kedalam mansion.

Di ruangan gelap, pria yang tengah membalut lehernya tertawa sinis menatap tab miliknya yang menampilkan keadaan mobil yang tengah Yuna tumpangi.

"Bukankah cara ini terlalu berlebihan?" tanya Apollo yang baru saja duduk di sofa sembari menyalakan cerutunya.

Pria misterius itu mendengus, "Berlebih? Ku rasa permainan ini hanya hukuman kecil untuk kelinci nakal itu." balas pria misterius, lengan kemejanya ia gulung dengan rapih dan membuka beberapa kancing bagian atasnya.

Apollo menggelengkan kepalanya tak bisa berkata-kata, "Aku yakin gadis itu telah jera bermain dengan mu, lihat saja bagaimana dia begitu bersedih atas kematian sepupunya, Luoisa." ujar Apollo dengan nada rendah.

Dalam gelap, tawa keras mengudara hingga membuat Apollo mengernyitkan dahinya tak suka.

"Aku memang segila itu, karena Yuna harus selalu bergantung kepada ku." desis pria misterius itu.

Apollo menyerah, ia memilih beranjak pergi meninggalkan pria sinting itu seorang diri.

Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang