Selamat Membaca
Yuna melangkahkan kakinya keluar dari mansion tanpa menoleh ke belakang, King menyeringai kemenangan ketika melihat kelinci-nya putus asa.
Clara mengeratkan selendangnya karena hawa dingin yang menusuk dirinya, namun mata indahnya tetap menatap kemana Yuna pergi.
Hector dan George berdiri dengan tenang, Hector yakin bahwa Yuna akan kembali kepadanya dalam keadaan putus asa yang mencekik sebab tidak ada satu pun orang yang dapat menolongnya, pilihan Yuna hanya ada satu, merangkak di bawah kakinya.
Yuna berjalan tanpa alas kaki, gaun tidurnya yang berwarna putih menyatu dengan salju yang turun membuatnya memeluk dirinya sendiri. Bibirnya bergetar kedinginan, pandangan matanya memburam.
Dor!
Suara tembakan terdengar meraung hingga Hector, George, Lapoéz, Clara dan King membulatkan mata menatap Yuna yang terjatuh di atas salju.
Perlahan salju putih itu berwarna merah, Yuna menatap langit, bergumam menghiraukan suara langkah kaki yang berlari mendekati dirinya.
"Akhirnya, bahkan ibu dan ayah akan bersyukur aku mati," binar di bola mata Yuna meredup, samar-samar ia mendengar Hector dan King meraung-raung.
"Yuna! Kamu tidak boleh mati! Tidak boleh!" Hector memeluk tubuh Yuna yang telah berlumuran darah merah.
Dengan sisa tenaganya, Yuna terkekeh lirih. "Hector, kesalahan ku adalah bertemu dengan kamu dan keluarga mu." tangan Yuna mengusap pipi Hector, ia memberikan senyuman paling manis untuk yang terakhir kalinya.
Dunia ini, dunia yang Yuna benci. Karena hanya Yuna yang mencintai dirinya sendiri.
King dengan tangan bergetar mencoba mengusap pipi Yuna, bola matanya berkaca-kaca menahan air mata yang memaksa ingin keluar. "Jangan, jangan tinggalkan kami." gumam King dengan suara yang bergetar.
Perlahan rasa nyeri yang Yuna rasakan kian menghilang, Yuna menatap langit, di bawah turunnya salju, ternyata seperti ini ending kehidupannya.
Mata Yuna perlahan terpejam, telinganya berdenging hingga Yuna tidak bisa mendengar raungan Hector dan King.
Yang paling membenci Yuna, adalah Prince. Tak heran jika Prince kini tengah berdiri dengan tersenyum puas menatap salju yang semula berwarna putih kini menjadi merah darah.
"Hahh...." Gayatrih terbangun di atas ranjang, ia segera berlari menuju ke kaca rias, meraba wajahnya yang masih menampilkan wajah Yuna yang cantik dan terpahat sempurna.
Lalu Gayatrih memutar tubuhnya, ia menoleh ke arah kaca rias memandangi punggungnya yang masih mulus tanpa adanya luka.
"Hanya mimpi, tapi kenapa terasa nyata?" monolog Gayatrih, ia mencoba mengatur nafas sejenak.
Lalu kedua maniknya menatap wajah Yuna untuk yang kedua kalinya, "Itu mimpi? Atau spoiler ending novel ini? Tapi setahu aku, novel ini happy ending deh." gumam Gayatrih, ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan kecil yang mungkin akan membuatnya ke sad ending seperti di mimpinya.
Tok!.... Tok!... Tok!...
Ketukan pintu membuat Yuna kembali tersadar dari pikirannya, ia merapihkan pakaian yang tengah ia gunakan, seingatnya ia tengah berendam dengan King, atau itu juga mimpi?
Yuna melangkahkan kakinya berjalan mendekati pintu kamarnya, dengan jantung berdegup kencang, Gayatrih berusaha berakting seperti Yuna di dalam novel, ia tak ingin mengacau alurnya, ia ingin kembali ke tubuhnya.
Ceklek!
"Oh kamu sudah sadar?" Clara dengan seorang pria yang menggunakan kacamata dan jas dokter menatap Yuna dengan tatapan menelisik.
Kerutan muncul di dahi Yuna, "Memang aku kenapa?" tanya Yuna kepada Clara.
Clara mengangkat kedua bahunya acuh, ia melirik ke ujung lorong, sosok King tengah bersandar dengan bersedekap dada serta memejamkan kedua manik matanya.
"King berkata, kamu hilang kesadaran saat kalian tengah berendam, dan hidung mu mengeluarkan darah. Ah... Pria itu benar-benar terkejut, untungnya kejadian ini setelah ayah pergi ke perusahannya." kata Clara menjelaskan kejadian sebenarnya kepada Yuna.
Yuna memiringkan kepalanya ke kanan, ia menatap Clara dengan raut bingungnya.
"Aku tidak merasa sakit, pergi saja." Yuna ingin menutup pintu kamarnya, namun tertahan ketika dokter yang di bawa oleh Clara menahan pintu kamar Yuna.
"Saya akan memeriksa anda nona," ujar dokter itu dengan nada datar, tatapan matanya seolah menilai Yuna hingga membuat Yuna risih.
Clara mendengus dan bersedekap dada, "Leonardo, urus jalang itu dengan baik, kamu tidak ingin mati muda kan?" ujar Clara sembari kembali melirik King yang tengah menatap dirinya tajam.
Hal itu membuat Clara memutar kedua bola matanya jengah, Leonardo mendorong tubuh Yuna dengan lembut, ia meraih pergelangan tangan Yuna dan menuntunnya ke pinggir ranjang.
Leonardo mulai memeriksa tubuh Yuna dengan profesional, Clara memilih tetap di luar mengawasi kedua manusia berbeda kelamin itu dengan tatapan bosan.
Bahkan sesekali, Clara meniup kuku miliknya dengan lembut.
"Anda dalam keadaan baik nona, saya akan meresepkan vitamin untuk anda, mohon di minum dengan teratur sesuai dengan anjuran saya sebagai dokter anda." Leonardo menulis ke kertas yang bahkan Yuna tidak bisa membacanya.
"Terimakasih,"
Yuna menatap tulisan itu dengan bingung.
"Anda curiga dengan saya?" bisik Leonardo di telinga Yuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad)
Fantasía[Baca sampai akhir bulan Desember, karena semua novel knnd_ly akan di tarik dari wattpad pada tgl. 1-01-2025] Kehidupan ku tidak pernah sesial ini, sudah berpindah dimensi, berpindah raga serta memerankan seorang wanita berumur 20 tahun yang memilih...