Ch. 2

24K 1.3K 33
                                    

Selamat Membaca

Aku masih duduk dengan gugup ketika kedua manik tajam itu menatap bagaimana aku makan, menghela nafas lelah, aku hanya kembali menggigit roti tawar dengan selai coklat itu bar-bar seperti seekor serigala yang lapar.

"Kamu sangat lucu Yuna, apakah malam nanti mau ku jemput?" tanya sang kakek kepadaku, aku menggeleng ringan.

"Aku ingin bersenang-senang dengan teman ku di club." kata itulah yang aku ingat dalam novel sampah ini, aku akan mencari pria lain dan meninggalkan sang kakek.

Kakek hanya tersenyum dan kembali meminum kopinya, "Nolan, siapkan mobil."

Aku yang masa bodoh dengan semua hal, tentu saja masih terfokus pada roti tawar dan selai.

Berjalan beriringan membuat beberapa mata tertuju kepadaku, atau lebih tepatnya kepada kakek tampan yang tengah berjalan di sebelah ku.

"Kapan kamu siap untuk ku perkenalan kepada anak dan cucu ku?" tanya sang kakek ketika kita baru saja duduk di kursi belakang mobil dengan Nolan yang menyetir.

Kapan? Entah, aku saja berencana mau minggat. Yakali sama kakek yang bahkan udah punya cucu, aku mendengus masih tidak terima takdir ku yang sangat cacat logika ini.

"Yuna," panggil kakek itu hingga membuat ku tersadar, aku menoleh dan tersenyum manis, lebih tepatnya tersenyum palsu.

"Entah, anak dan cucu kamu mungkin tidak akan merestui hubungan kita." aku hanya mengutarakan apa yang tertulis dalam novel sampah itu, sejauh ini semua masih sesuai dengan alur novel.

Sang kakek tidak ingin merusak mood Yuna, ia lebih memilih melihat layar tab yang berisi dokumen dan sebagainya.

Aku menatap keluar jendela, melihat beberapa orang yang tertawa tanpa beban, lalu aku melirik sang kakek yang masih fokus dengan pekerjaannya.

Mobil berhenti tepat di depan apartemen yang lebih sederhana, apartemen Yuna. "Nanti malam ku jemput." kakek itu mengacak rambutku dengan tangan kanannya, bahkan telapak tangan itu lebih besar daripada punya ku.

Aku turun dari mobil ketika Nolan membuka pintu, "Hati-hati." kata ku dengan lirih.

Mobil melaju dan aku memutuskan masuk kedalam apartemen, tepatnya menuju unit kamar ku setelah bertanya kepada resepsionis. Sepanjang aku hidup, ini adalah pencapaian terjauh ku, berselingkuh dengan kakek-kakek.

Sialan, tentu saja aku tidak mau mati. Lebih baik aku kabur dari sini, aku bergegas memasukan semua baju dan juga berkas penting ku, tatapan mataku tertuju pada sebuah ponsel dengan logo apel tergigit.

"Masa bodoh, tinggalkan saja." gumam ku, dengan segera aku menuju ke lantai satu guna menitipkan kunci unit ku.

Untungnya semua berkas masih berlaku, aku memutuskan untuk ke negara dimana aku tinggal di kehidupan pertama ku, Indonesia.

Uang yang ada di kartu Yuna ternyata sangat banyak, tidak ingin mengambil resiko terlacak, aku memutuskan untuk mengambil beberapa juta. Selebihnya mungkin aku akan kembali bekerja.

Karena perjalanan akan memakan waktu yang sangat lama, aku memutuskan untuk beristirahat.

Yuna Pov End.

Disisi lain, pria matang bernama Hector tengah menyimak rapat yang tengah berlangsung.

"Tuan." bisik Nolan kepada sang majikan.

Hector menolehkan kepala menatap Nolan dengan tatapan tajam, "Kenapa?" tanya Hector yang merasa terganggu dengan bisikan Nolan.

Bimbang dan enggan melaporkan, Nolan kembali berbisik di telinga Hector. "Nona kabur, para bodyguard yang berjaga hanya dapat mengikuti serta melacak keberadaan nona saat ini." lapor Nolan kepada sang majikan, ia bahkan bersumpah melihat dengan kedua matanya bahwa pena mahal yang bermata berlian itu terbelah menjadi dua.

"Kirim orang untuk menyeret Yuna kembali ke sini, bawa dia ke mansion utama." perintah Hector. Walaupun Nolan melihat sang majikan tampak tenang, namun ia dapat merasakan bahwa Hector tengah memendam amarahnya.

Nolan menganggukkan kepala singkat, tidak ingin menganggu sang tuan yang tengah marah, ia berjalan mundur dan memilih keluar dari ruang rapat.

Jari panjangnya segera mendial nomor telepon, "Seret nona sekarang juga, jangan biarkan lolos." titah Nolan dengan nada dingin dan raut wajah yang datar.

"Baik tuan, laksanakan." jawab pria di seberang panggilan.

Yuna tentu saja tidak tahu seberapa menyeramkan seorang Kaisar Bisnis seperti Hector, untuk sekedar menyeret Yuna sungguh sangat mudah untuk seorang Hector.

Pintu ruang rapat terbuka, Hector berjalan tegap melewati Nolan yang langsung diikuti oleh Nolan di belakangnya. "Kembali ke Mansion, aku akan menunggu Yuna disana." ujar Hector kepada Nolan.

Mobil melaju membelah jalan Amerika, tekanan yang Hector keluarkan sungguh luar biasa hingga membuat seorang Nolan yang merupakan ketua pendiri perdagangan gelap senjata tajam terdiam.

"Dia pasti sedang besar kepala karena sudah merasa bisa lolos dariku." gumam Hector, wajahnya tetap tampan di usia yang tidak lagi muda, bahkan Hector benar-benar mendeskripsikan bagaimana seorang pria matang dari segi visual dan daya tariknya.

Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang