Selamat Membaca
Yuna melangkahkan kaki ke kamarnya yang berada di lantai dua, matanya menatap pintu kamar Prince yang masih tertutup rapat bertempat di sebelah kamarnya.
"Kau sudah pulang?" sebuah suara menghentikan Yuna yang akan mendorong pintu kamarnya.
Clara menyenderkan tubuhnya tepat di tembok kiri kamar Yuna, wanita itu menatap rendah Yuna yang menatapnya dengan kedua manik mata berwarna hitam.
"Ayah mencarimu, sepertinya pria itu sudah menunggu mu di dalam kamar." Clara menggerakkan dagunya ke arah dalam kamar Yuna sembari menyeringai, wanita itu berjalan mendekati Yuna. "Pastikan kamu mengunci pintu kamar." Dug! Clara menyenggol bahu Yuna hingga membuat tubuh Yuna oleng namun tidak cukup kuat untuk membuat Yuna terjatuh di atas lantai marmer yang dingin.
Yuna melirik dingin kepergian Clara, tangannya mencengkeram gagang pintu dengan erat lalu mendorongnya.
"Sudah kembali?" suara dingin kian membuat suhu kamar Yuna menurun drastis.
Di tengah gelapnya kamar Yuna, siluet Hector masih dapat Yuna lihat. Dengan segera gadis itu menutup dan mengunci pintu kamarnya, "Dari mana saja?" tanya Hector.
Yuna melangkahkan kakinya mendekat pada Hector yang masih duduk di pinggir ranjang dengan kemeja yang telah terbuka semua kancingnya, "Hanya berjalan-jalan menjernihkan pikiran." balas Yuna sembari duduk di atas pangkuan Hector.
Hector melingkarkan tangannya pada pinggang Yuna, wajahnya mendekat pada leher Yuna guna mencium wanginya.
"Shhhh...." desah Yuna ketika Hector menggigit tulang selangkanya.
Hector menyeringai, ketika tengah akan membuka kaitan bra Yuna. Tangan Hector dicegah oleh Yuna yang membuat Hector menatap Yuna dengan penuh tanda tanya.
"Jangan..." gumam Yuna, hal itu justru membuat Hector penasaran dengan apa yang tengah Yuna sembunyikan dari dirinya.
Tas!
Bra itu terlepas hingga membuat tubuh Yuna melengkung ke arah Hector dengan menggigit bibir bawahnya, beberapa kertas yang terlipat rapih berjatuhan hingga membuat Hector terpaku.
Apollo. Mengapa nama itu ada di kertas yang Yuna sembunyikan?
"Ada hubungan apa kamu dengan Apollo?" tanya Hector dengan nada dingin, tak ada lagi tatapan mata yang lembut, hanya ada tatapan mata penuh curiga menghujam Yuna saat ini.
Yuna menggelengkan kepalanya, "Tidak ada." jawab Yuna dengan gugup.
Hector mencengkeram rahang Yuna, matanya menajam ketika ia lebih meneliti postur tulang wajah Yuna. "Alea." gumam Hector.
Pupil matanya mengecil karena terkejut, sembari menatap Yuna dengan penuh rasa tak percaya, Hector menyingkir dan menjauhi Yuna yang tanpa sadar ia jatuhkan begitu saja di atas lantai.
Brasss!
Hujan turun mengguyur Amerika, sepertinya badai menerjang sebagaian wilayah Amerika malam ini.
Yuna yang tersadar dari rasa terkejutnya segera bangkit dari posisinya, tangannya meraih sebuah lampu tidur yang berada di meja nakasnya.
Gadis dengan surai berwarna hitam panjang itu berjalan mendekati Hector yang sepertinya masih terperangkap dalam bayangan masa lalu ketika pria itu membunuh Andreas dan Alea tanpa belas kasih.
Brak! Yuna menghantamkan lampu tidur itu ke kepala Hector membuat pria itu terjatuh hingga kepalanya tertoleh ke arah kanan.
Hector memegang kepalanya yang baru saja di hantam oleh Yuna dengan tangan kirinya, darah mengalir membuat Hector kembali sadar dari lamunannya.
Ketika Yuna akan menghantamkan lampu tidur itu untuk kedua kalinya, Hector mengunci pergerakan Yuna.
Kini Yuna berada di bawah tubuh Hector, menatap dingin Yuna yang berada di posisi terlentang dengan kedua tangan di tahan oleh Hector.
Darah Hector menetes hingga mengenai pipi kiri Yuna, "Yuna." desis Hector, pria itu menarik gasper yang berada di pinggangnya, dengan gesit segera mengikat kedua pergelangan tangan Yuna menjadi satu.
Cuih! Yuna meludahi wajah Hector, menatap benci kearah pria itu.
Hector tersenyum culas, masih mendidih tubuh Yuna, Hector menjilat ujung bibir kirinya yang terkena darah dari kepalanya yang terluka.
"Apollo, bukankah aku seperti tertarik kembali ke waktu dimana aku membunuh kedua orang tua mu?" Hector mengusap pipi Yuna dengan tangan kanannya menghiraukan rasa sakit yang menyerang kepalanya.
Yuna bergerak memberontak, namun semua itu sia-sia ketika tubuh Hector lebih besar dari pada dirinya.
"Menyingkir dari tubuh ku, dasar pria menjijikkan." kata Yuna dengan geram.
Tangan Hector terulur kearah leher Yuna, menghiraukan Yuna yang setengah telanjang, Hector mencekik leher Yuna hingga membuat gadis itu kesulitan bernafas.
"Eughhh...." kedua alis Yuna menajam, menatap benci kearah Hector.
Hector dengan dingin menambah kekuatannya, seolah-olah sedang mempermainkan hidup Yuna, pria itu sesekali mengendurkan cengkeraman tangannya.
Hector mendekatkan wajahnya pada wajah Yuna, lalu dengan ekspresi datar ia menjilat darahnya yang menetes di pipi kiri Yuna.
Yuna mengernyitkan dahinya seolah jijik dengan perbuatan Hector barusan, "Menjijikkan." gumam Yuna, kakinya menendang angin, namun Hector mengabaikannya.
Hector melepaskan tangannya dari leher Yuna, kini tangan itu meraba dada Yuna dengan sensual berniat menggoda Yuna.
"Hector mmmhhh...." desah Yuna, kobaran benci bercampur gairah membuat Hector puas menatap wajah Yuna yang berkali-kali lipat lebih cantik.
"Fakta itu tidak akan membuat ku melepaskan mu, Yuna." desis Hector, pria itu menjilat dada Yuna hingga membuat Yuna melengguh.
Hector melirik dingin wajah Yuna, menyeringai licik.
"Ya! Desahkan nama ku, hanya namaku, Yuna." titah Hector, pria itu akan membuat Yuna bertekuk lutut di bawahnya.
IG: knndly__
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad)
Fantastik[Baca sampai akhir bulan Desember, karena semua novel knnd_ly akan di tarik dari wattpad pada tgl. 1-01-2025] Kehidupan ku tidak pernah sesial ini, sudah berpindah dimensi, berpindah raga serta memerankan seorang wanita berumur 20 tahun yang memilih...