Ch. 30

10.5K 599 76
                                    

Selamat Membaca

King menatap Red yang tengah bersimpuh di bawahnya dengan kedua tangan terikat erat, selain tangannya yang terikat, mata Red juga di tutupi oleh kain berwarna hitam.

King mencengkeram rahang Red, "Ada hubungan apa kau dengan Apollo?" bisik King tepat di telinga kanannya.

Red tetap menutup mulutnya, untungnya ia telah mengantisipasi semua, membuang jejak kerjasamanya dengan Apollo sebelum dirinya di seret ke hadapan King.

King menghela nafas lelah, pria itu segera melepaskan cengkeraman tangannya dari rahang Red, "Rent, bawakan aku pistol, aku akan membunuhnya dalam sekali percobaan." titah King kepada sang asisten yang dari tadi berdiri di belakangnya.

Namun, Rent tak kunjung melaksanakan perintah King. Geram dengan tingkah laku sang asisten, King menolehkan kepalanya kebelakang.

Dor!

Sebuah peluru menembus dahi tengah King hingga pria itu tewas seketika. "Apakah maid yang dikirim ke mansion dapat di andalkan oleh Yuna?" tanya Rent kepada Red.

Red yang telah terlepas dari ikatannya tersenyum lebar, "Tenang saja, lebih baik kita bergerak menghabisi Nolan." Red merapihkan pakaiannya lalu berjalan pergi bersama dengan Rent, mereka membiarkan jasad King terkapar tak berdaya di atas lantai hotel yang dingin.

Red dan Rent merupakan tangan kanan Leonardo yang di latih langsung oleh Apollo di Italia, mereka bergerak atas perintah Apollo.

Apollo yang mengincar pasar Amerika dari dulu ternyata cukup geram atas prilaku Hector yang semena-mena memblokir semua akses Apollo dalam hal bisnis, bahkan Hector membunuh Andreas dan Alea yang merupakan kunci kesuksesannya di masa depan tanpa belas kasih.

Mansion — seorang maid bersurai coklat muda sebahu segera masuk kedalam kamar Clara, target pertama yang akan ia bunuh malam ini.

Bermodal dari bubuk pelumpuh yang Leonardo berikan untuknya sebelum makan malam bersama, sang maid segera melaksanakan tugasnya.

Krrttt!

Pintu kamar terbuka, bola mata maid itu bergulir mencari keberadaan Clara saat ini, kakinya melangkah pada pinggir ranjang mewah.

Maid itu menatap kearah bawah ketika pergelangan kakinya di cengkeram oleh tangan Clara yang memaksa untuk digerakkan, "Nona, apakah anda perlu bantuan saya?" tanya sang maid dengan tersenyum ramah.

Clara yang tidak bisa menggerakkan lagi tubuhnya setelah mengeluarkan sisa tenaganya hanya menatap sang maid sesekali berkedip seolah-olah wanita itu sedang meminta pertolongan kepada maid tanpa tahu niat pelayanannya saat ini, "Karena waktu kerja ku mendesak, aku akan membunuh mu secara instan." gumam maid tersebut dengan menarik sebuah belati yang berada di pahanya.

Netra Clara membola, namun pergerakan maid itu terlalu cepat dan tidak bisa Clara baca.

Jleb!

Belati tajam menancap tepat pada leher Clara hingga membuatnya mati di tempat tanpa perlawanan, "Malang sekali nasib mu, tetapi misi tetaplah misi." monolog sang maid.

Tanpa menunggu sakaratul maut sang target, maid itu segera keluar dari kamar Clara bergegas mencari kamar Yuna.

George dan Lapoéz saat ini tengah tertidur pulas, ditambah dengan obat pelumpuh badan membuat mereka seperti pasangan mayat hidup.

Maid dengan surai coklat muda itu segera membuka pintu kamar Yuna dengan hati-hati setelah merusak engsel pintunya, manik matanya memindai ke sekitar area kamar. Namun, maid tersebut tidak menemukan siapapun.

"Hah, kemana pria tua itu membawa nona Yuna?" tak kunjung menemukan targetnya, maid itu segera berjalan mendekati pintu kamar mandi. Terdengar suara air dan juga suara seorang gadis yang bisa ia pastikan bahwa itu nona Yuna yang harus ia tolong.

Maid tersebut segera merapatkan tubuhnya pada tembok di samping kanan pintu kamar mandi, berbekal satu belati di tangan kanannya dan satu belati lagi di pahanya, maid dengan pupil mata berwarna biru muda itu menunggu dengan tenang di tengah gelapnya kamar Yuna sebab semua lampu di padamkan oleh Hector.

Ceklek!

Pintu kamar mandi terbuka, tepat ketika Hector yang tengah menggendong tubuh Yuna di depan dadanya melangkah keluar dari kamar mandi, sebuah belati menempel tepat pada leher kiri Hector.

"Lepaskan nona Yuna." bisik maid itu dengan menyeringai licik.

Hector yang di serang secara diam-diam tidak bisa melawan, dengan pelan-pelan, pria matang itu segera menurunkan tubuh Yuna di atas lantai marmer yang dingin.

Kedua tangan Hector perlahan naik hingga ke telinga seakan-akan dirinya tengah menyerah saat ini, dari ujung matanya ia dapat melihat siluet seseorang di sebelahnya tengah menatap dirinya seolah tengah mengintimidasi Hector.

Yuna bergegas bangkit dari posisinya, gadis itu berjalan mendekati sebuah lemari pakaian. Ia mengambil kaos hitam guna untuk menutupi tubuh atasnya yang tengah telanjang akibat perbuatan Hector.

"Bunuh dia." titah Yuna.

Sang maid segera menggores leher Hector namun kini pria matang itu melakukan perlawanan, perkelahian sengit terjadi di antara keduanya, ternyata kekuatan mereka seimbang.

Tak! Belati terlempar ketika Hector tak sengaja menendangnya hingga ke bawah kaki Yuna yang tengah duduk di sebuah sofa yang terdapat di kamarnya.

"Yuna!" teriak Hector, kedua tangannya mengunci pergerakan dari maid pembunuh itu.

Yuna menyeringai, tangannya meraih belati itu dan memainkannya sejenak sembari menatap tajam Hector.

"Apakah kamu menyesal telah membunuh kedua orang tua ku, Hector?" Yuna bertanya sembari bangun dari duduknya, kakinya melangkah hingga kini jarak di antara Hector dan dirinya hanya berjarak satu meter.

Hector semakin mengeratkan lengannya yang berada di leher maid itu hingga membuat sang maid kesulitan bernafas, dengan nada dingin Hector menjawab pertanyaan dari Yuna, "Tidak, mereka pantas mati karena berkhianat dari ku."

Yuna berdecih sinis, dengan gerakan gesit dan tepat sasaran, belati tajam itu menancap pada leher Hector setelah melewati serta menggores cuping telinga maid assassin itu.

"Pembalasan dendam berakhir." gumam Yuna kepada dirinya sendiri ketika melihat tubuh Hector yang merosot jatuh dengan kedua manik matanya menatap Yuna seolah tidak percaya atas tindakan Yuna yang membunuh dirinya (Hector).

Perlahan darah menggenangi lantai kamar Yuna yang dingin, membuat warna marmer yang berwarna putih ternodai.

[End]

IG: knndly__
Ch. Ini akan di revisi setelah end.

Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang