Ch. 15

17.2K 956 23
                                    

Selamat Membaca

Lapoéz tengah menonton tv di ruang keluarga dengan George, malam ini sepertinya kediaman Hector terasa sunyi.

"Mengapa semua orang berada di kamar masing-masing?" gumam George, tangannya sibuk mengganti saluran tv.

[Berita malam ini]
Terduga putri dari salah satu artis bernama Ceciliana tengah berkencan dengan seorang pria—

Tv dimatikan, George menatap tajam Prince yang tengah melangkahkan kakinya keluar mansion. "Prince!" dengan nada agak tinggi, George memanggil anaknya.

George

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

George

Prince menghentikan langkahnya, ia berbalik dan menatap kedua orang tuanya dengan ekspresi seolah bertanya 'kenapa?'

George bangkit dari duduknya, dengan langkah yang lebar ia berjalan mendekati Prince yang masih menatapnya dengan tatapan bingung.

Plak!

Satu tamparan membuat kepala Prince tertoleh ke arah samping, Prince terkekeh kecil. Dengan nada lirih, remaja itu bertanya kepala sang ayah. "Ada apa dengan mu huh?" desis Prince sembari menatap George dengan tajam.

"Bukankah aku memberimu tugas untuk menghabisi Yuna secara diam-diam? Alih-alih membunuhnya kamu berkencan dengan gadis rendahan itu huh?" tanya George sembari berbisik.

Prince mengangkat kedua bahunya ringan, ia mengingat rasa bibir Yuna yang manis hingga membuatnya merasa kecanduan.

"Aku tahu kamu pun tergoda oleh Yuna, aku tidak menyangkal bahwa Yuna memiliki magnet kuat di dalam dirinya." jawab Prince. Remaja itu melirik Lapoéz yang tengah asik merajut.

George dengan jari telunjuknya menekan dada kiri Prince, "Lapoéz sudah cukup untuk ku, singkirkan Yuna dan buat keluarga kita menjadi keluarga normal kembali." titah George dengan sedikit mengintimidasi Prince.

Seolah tengah mendengar suatu lelucon, remaja itu terkekeh ketika mendengar perintah sang ayah.

"Keluarga normal? Tolong singkirkan itu dari pikiran mu, jika kamu berlutut selama 30 hari di dalam kamar dan meminta pengampunan (dalam artian bertaubat) mungkin ayah tengah memiliki firasat berumur pendek." setelah mengatakan hal yang kurang ajar kepada ayahnya, Prince berlalu pergi menghiraukan teriakan sang ayah yang memanggil dirinya.

Kamar Yuna — kini Hector yang tengah sibuk memeluk Yuna terusik ketika mendengar teriakan seseorang di lantai satu.

Hector bangkit dari posisinya, ia meraih jubah satin berwarna hitam dan bercorak naga merah untuk membalut tubuhnya yang tengah telanjang saat ini.

Hector melangkah keluar, ia berjalan masuk kedalam lift yang jarang digunakan di mansion.

Ting!

Pintu lift terbuka, Hector langsung melihat George dengan nafas yang terengah-engah.

"Ada apa?" tanya Hector, ia mengabaikan Lapoéz yang tengah merajut sesekali melirik kearah dirinya dan George.

George mengatur kembali ekspresi wajahnya, "Hanya berdebat dengan cucu pertama mu." jawab George dengan dingin.

Hector menatap pintu mansion, lalu menatap George. "Kau menggangu waktu ku dengan Yuna." balas Hector tak kalah dingin, kemudian tanpa berpamitan Hector berlalu pergi ke kamarnya.

George juga kembali duduk di sebelah Lapoéz.

"Sampai kapan kamu akan diam seperti ini?" George bertanya sembari menyentuh hasil rajutan Lapoéz.

Wanita itu menatap wajah sang suami dengan tanpa ekspresi, bibir merah alami itu terbuka. "Aku selalu bertanya kepada diriku sendiri," gumam Lapoéz yang ditanggapi oleh George dengan satu alis terangkat seolah tertarik.

"Bertanya?" balas George berbisik.

Lapoéz menganggukkan kepalanya singkat, ia menarik nafas mencoba agar menuangkan sedikit isi hatinya kepada George.

"Aku selalu bertanya kepada diriku sendiri, mengapa aku berbuat begitu kejam kepada Prince kecil. Jika saja waktu dapat di putar kembali, aku ingin menerima pernikahan kita dengan tangan terbuka." kata Lapoéz dengan nada getir, setetes air mata terjatuh seolah-olah wanita itu begitu menyesal akan apa yang telah ia perbuat dulu.

George tahu, pria itu sangat tahu perasaan Lapoéz.

"Bukan salah mu, seharusnya aku bisa lebih tegas dengan pilihan ayah ku. Kau menyesal menikah dengan ku?" pertanyaan George membuat Lapoéz membulatkan kedua bola matanya terkejut dan tidak percaya bahwa George mempertanyakan hal yang sudah jelas jawabannya.

"Ya—" sebelum Lapoéz menyelesaikan perkataannya, bibirnya telah dibungkam oleh George, tangan kanan George menahan tengkuk leher Lapoéz sehingga pria itu dapat memperdalam ciuman mereka.

Alat rajut yang berada di kedua tangan Lapoéz terjatuh hingga memecah keheningan yang menyelimuti ruang keluarga, suara decak ciuman juga membuat hawa dingin menjadi panas bagi Lapoéz dan George.

George menjauhkan wajahnya, ia mengusap bibir sang istri yang membengkak.

"Tetapi, kamu tidak akan bisa lepas dari ku." bisik George di depan wajah Lapoéz yang masih terengah-engah sibuk mengatur nafas.

Merasa lebih baik, Lapoéz menatap heran kearah George.

"Itu kejam, bukankah kamu tidak mencintai ku?" dengan nada lirih, Lapoéz bertanya kepada sang suami.

George menangkup wajah Lapoéz yang sangat cantik, ah... Mengapa ia baru sadar bahwa istrinya sangat-sangat cantik jika tengah bersemu malu.

"Mencintaimu atau tidak, aku adalah pria yang egois asal kamu tahu, aku hanya perlu memaksa mu bersama ku selamanya, Lapoéz." George menjilat ujung bibir istrinya dengan sensual.

"Jika kau lari, aku mungkin akan melumpuhkan kedua kaki mu." bisik George dengan kedua manik mata berkilat obsesi.

Bertransmigrasi Menjadi Selingkuhan Kakek Kaya (Only On wattpad) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang