Kini kedua wanita sebaya sedang menatap langit-langit kamar, salah satu wanita itu sedang menatap tubuhnya yang dililit perban. Glo menghela nafas kasar, dia menatap Ave yang ada disampingnya.
"Kau membuat aku seperti mumi."
"Apa kau ingin aku wujudkan ucapanmu?" Glo sontak panik, dia tidak mau semakin parah dengan seluruh tubuh yang diperban. "Apa kau tidak tahu kata perumpamaan, huh?"
Ave diam tidak menjawab. Dia lebih memilih untuk tidur dari pada harus emosi lagi jika berbicara dengan Glo.
Glo menatap Ave dengan dalam, dia hembuskan nafas pelan. "Jika kau lahir, jangan seperti orang tua mu, okey?"
"Jangan mengajari anak ku yang tidak-tidak," peringat Ave lirih.
Glo diam, dia kira saudara tirinya ini sudah tidur. Sebenarnya dia belum boleh untuk pulang, namun dengan keras kepala dia memohon pada Laurine agar diperbolehkan pulang. Dia tidak mau berlama-lama di rumah sakit terlebih tidak ada yang menjenguk. Dia ingin ikut berkumpul juga dengan yang lain walaupun dirinya tidak di harapkan kehadirannya.
Pagi hari nya Glo terbangun sendiri di dalam kamar, dia melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul jam sembilan pagi. Dengan berani dia mengutuk Ave yang meninggalkan dirinya sendiri, dia kan belum bisa apa-apa sendiri, dia masih butuh seseorang untuk membantunya membersihkan diri dan lain-lain.
Cklek
Susan yang sebagai kepala maid itu masuk kedalamkamar Glo, di menunduk sekilas.
"Saya akan membantu Nona untuk bersiap, yang lain sudah menunggu di bawah."
Glo akhirnya dibantu oleh Susan untuk bersiap, dia merasa kesal karena bukan Laurine atau Ave yang membantunya. Bukan nya ingin bersikap kurang ajar atau tidak tahu diri, dia juga ingin diperhatikan oleh keluarga sendiri jika sedang sakit. Terkadang dia menangis dalam batin, tapi dia juga tidak mau serakah. Sudah cukup Ave tidak suka padanya.
Dengan kursi roda yang didorong Susan, Glo sudah sampai di meja makan. Dia menatap kedua orang tua-nya dan Ave yang sudah makan duluab, bahkan sudah mau habis.
"Maaf, aku terlambat." Glo berusaha menenagkan Laurine dengan senyum nya, dia tahu pasti mommy-nya itu merasa bersalah.
"Bagus jika kau sadar diri," ujar Ave disela makan nya.
Albert yang sudah duluan habis, langsung pamit untuk berangkat kerja.
Ave yang sudah habis juga langsung pergi ke ruang tamu menunggu kedatangan Kenneth, Laurine mengikuti Ave. Glo yang melihat itu hanya bisa diam dengan sedih, secara mendadak dia tidak berselera untuk makan.
'C'mon, Glo. Ini bukan seperti diriku! aku harus kuat agar,' batinnya.
"Apa kau tidak mau tinggal disini beberapa hari lagi, sayang?"
"Tidak, Mom. Aku tidak mau membuat Ken marah. Dia sangat posesif."
Laurine mencoba untuk mengerti, dia tidak sabar ingin bertemu dengan menantu nya. Dia kenal siapa Kenneth, pria yang sering muncul di televisi dan majalah terkenal. Dia juga sempat bertemu beberapa kali, namun dia ingin melihat menantu nya itu dengan lama, dia ingin sedikit berbincang. Dari situ mungkin dia bisa sedikit menilai kepribadian asli Ken.
"Sayang Mommy tahu jika permintaan ku akan membuat kamu marah,t tapi apakah bisa dipertimbangkan? apakah kamu tidak bisa menerima Glo sebagai saudaramu? dia selalu berkorban untuk mu tanpa kamu tahu, sayang."
Kepalan tangan Ave menguat seiring ucapan Laurine, sebenarnya dia sudah mulai sedikit menerima Glo dari lama. Namun dia juga tidak bisa untuk tidak emosi jika Glo berbicara dan memasuki ranah yang dia batasi. Dia pada Glo belum bisa seterbuka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (END)
RomanceTOXIC adalah sebuah sifat yang beracun bagi diri sendiri maupun orang disekitarnya. Bagaimana jika kedua orang berbeda jenis kelamin yang memiliki sifat TOXIC itu dipertemukan? Apa yang akan terjadi? Dan bagaimana jika mereka berdua manjalin hubung...