Hai.....
Saya harap kalian meninggalkan jejak seperti memberi vote dan komen.
Kalian bisa kasih saran ataupun kritik jika memang ada yang salah dalam cerita saya.Cerita ini murni dari imajinasi saya, jika memang kalian pernah membaca seperti cerita yang saya buat itu murni tidak kesengajaan.
Tolong hargai penulis:)
Dilarang plagiarisme!!!
_______________________________
Happy reading
👀Kini dua manusia berbeda gender saling melempar tatapan tajam dan sinis. Ken menatap Ave dengan tajam karena datang dengan memakai pakaian seperti itu.
Sedangkan Ave yang menatap Ken dengan sinis kenapa harus ada pria menyebalkan disini batinnya.
" Sudah-sudah jangan saling melempar tatapan seperti itu," ujar Zalica karena menyadari suasana yang mendadak agak canggung.
" Apa ini yang kau bilang milikmu, son ? " tanya Ervin pada putranya yang dibalas dengan deheman oleh Ken yang masih menatap Ave degan tajam.
Ave yang mendengar itu jelas tidak terima, saat ia ingin meluruskan tapi malah terpotong saat mendengar suara pria yang baru tiba.
" Ada apa ini ? " tanya Bryan yang baru selesai mengobati lukanya dan membersihkan badannya.
" Tidak ada apa-apa. Lebih baik kita ke meja makan, sudah waktunya makan malam," ucap Arsen.
Mereka semua langsung menuju meja makan.
Ave yang sebenarnya ingin pulang tapi tidak jadi karena paksaan dari Zalica dan Kate, mau tidak mau ia menuruti. Bagaimana-pun ia harus menjaga citranya. Sebut saja ia munafik dan penuh pencitraan karena memang itulah dirinya, Ave harus terkenal dengan sifat baik walaupun ia berprilaku dingin untuk menyembunyikan sifat aslinya.
" Kau ingin makan dengan apa Ave? " tanya Bryan karena menyadari suasana yang canggung.
Ave yang ditanyai oleh Bryan langsung menatap Bryan. Kini posisinya diapit oleh Bryan yang disampingnya dan ia berada diujung dekat dengan kursi Arsen. Itu alasan yang membuatnya canggung. Seharusnya yang duduk disini adalah Ervin. Bryan juga seharusnya bukan duduk disini, karena ini tempat duduk Zalica. Bryan hanya ingin dekat dengan Ave membuat Ken menggeram marah. Ingin sekali dia protes tapi saat melihat tatapan dari sang kakek ia terpaksa mengurungkan niatnya walaupun ia berani dengan Kakeknya, tetap saja ia tidak bisa memaksakan sifat otoriter Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC (END)
عاطفيةTOXIC adalah sebuah sifat yang beracun bagi diri sendiri maupun orang disekitarnya. Bagaimana jika kedua orang berbeda jenis kelamin yang memiliki sifat TOXIC itu dipertemukan? Apa yang akan terjadi? Dan bagaimana jika mereka berdua manjalin hubung...