bab 21

99 15 5
                                    

Haiii aku balik lagi nih

kaget nggk ak up jam segini?☺️☺️

Tolong tandai typo

Happy reading

***********

Disinilah Shekala, di depan kelas Kaziva yang telah tertutup. Disana terlihat Kaziva tengah menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya. Ia berdesah lega melihat Kaziva yang baik-baik saja saat ini.

Saat akan pergi, lagi dan lagi ia bertemu dengan Naila. Tidak ada perban bahkan plester yang tertempel di sekujur tubuh Naila membuat Shekala menyerit heran.

"Emh, hai kak Fraz!" gadis itu tersenyum seraya mendekati Shekala.

Shekala hanya mengangguk lalu berniat pergi, namun tangannya di cekal oleh gadis itu membuatnya urung untuk pergi. Ia menaikkan alisnya karena malas berbicara dengan gadis di depannya ini.

"Aku mau ucapin makasih sama kak Fraz, kak Fraz tau? kakak itu ketua OSIS yang paling keren yang aku temuin tau!" gadis itu tersenyum seraya mengacungkan kedua jempolnya.

Entah kenapa Shekala merasa risih dengan semua itu, padahal Kaziva selalu bersikap seperti, bahkan lebih dari ini tapi dia biasa saja. Ia menggelengkan kepalanya mengapa ia menjadi membandingkan sifat seseorang seperti ini?

"Bukan cuman gue yang bantuin lo, dan gue juga makasih karena lo udah bilang begitu, meskipun kenyataannya nggak gitu" ia menatap sekilas Naila lalu berlalu dari sana menyisakan Naila yang kegirangan.

"Kak Fraz kayaknya udah mulai suka sama aku! dari natap aku sampai mau bicara sama aku!! hihi aku suka dia"

*************

Bel pulang telah berbunyi beberapa saat lalu, tetapi Kaziva masih tetap menelungkupkan wajahnya di meja. Bahkan Amy yang sedari tadi disampingnya kini telah hilang kemana.

Hingga seseorang datang duduk di sebelahnya. "Ziva....." suara yang selalu ia dengar selama ini datang menghampirinya. "Ayo pulang, lo kenapa? ada masalah?" ia menepuk lengan Kaziva membuat gadis itu perlahan bangun. "Gue gapapa, Shekala lo dulua-"

"Nggak! ayo bangun!" ia beranjak lalu mengambil tas Kaziva dan memakainya. "Pulang bareng gue!" ia menatap tajam Kaziva. "Ziva ayo! gue tunangan lo, gue punya hak buat kasih lo perintah!" Ia berkata seperti itu saat melihat gelagat Kaziva saat akan bersuara.

"Ayo Ziva, atau perlu gue seret?" Shekala tampaknya sedang dalam mood yang kurang baik. Dengan terpaksa Kaziva mengikuti Shekala yang terlihat menyeramkan di matanya.

Kaziva memainkan pipinya di sepanjang jalan. Katanya pulang bersama. Namun ia malah ditinggalkan di belakang, Kaziva menghela nafasnya Shekala selalu seperti ini saat kesal atau punya masalah. Tapi apa ia punya salah? fikirnya.

Kaziva hanya bisa berdecak melihat punggung Shekala. Ia menggulirkan matanya dan mendapati Naila yang berada dekat dengan motor milik Shekala. "Ngapain protagonis disana?" Sikap overthinking nya keluar, ia terus menduga bahwa Shekala sengaja mengajak Naila pulang berdua dan membuatnya melihat mereka pulang bersama.

Entahlah, setelah melihat beberapa adegan. Ia menjadi parno sendiri, ia semakin takut pada kematiannya, mengingat alur novel yang akan terjadi. Dia bimbang, di satu sisi setelah bersama lebih dari beberapa tahun dengan Shekala, Kaziva tentu saja memiliki suatu perasaan yang ia rasakan bagi Shekala.

Ia ingin sekali dekat dengan pemuda itu, ia selalu ingin bersama dengan Shekala jikalau tidak mengingat alur novel dan pemeran protagonis. Ada kalanya ia menginginkan Shekala untuk dirinya, dan ada kalanya ia ingin menjadi orang yang mempersatukan Shekala dan Naila agar dia tidak mati.

KAZIVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang