Setiap manusia yang hidup memiliki ketakutan terhadap sesuatu tertentu. Tidak dapat diremehkan. Tidak boleh dihakimi. Apalagi dipandang sebelah mata. Orang-orang wajar memiliki keresahan hati yang besar mencakup satu, dua atau lebih hal. Ada masanya kegundahan hati merangkap jiwa dengan erat, memprovokasi pikiran semakin kalut, mengacaukan emosi yang terpacu tiada ujung, semua memerlukan pengendalian yang cukup.
Kehilangan merupakan hal yang paling banyak membuat emosi tumbuh dan bersatu, menggerogoti diri perlahan dengan kemalangan, kesedihan, kemarahan, kecewa, segalanya. Ada banyak yang gugur dalam permainan takdir seperti ini, yang kuat pun akan selalu lemah jika mengungkit memori bersama orang yang tertinggal dua meter di dalam tanah, manisnya disebut dipeluk mesra oleh bumi.
“Leeya, sayang.”
Perempuan itu tersenyum. Kegelisahan merambat pada relung hati Zakiel. Tiap-tiap melangkah maju guna mendekat, perempuan itu justru kian menjauh, sulit di gapai. Usaha keras dilakukan Zakiel, dia berlari kencang ingin menghampiri Naleeya dan memeluk tubuh tersebut, tetapi semua hanya kesia-siaan semata, semakin dikejar malah jarak antara mereka semakin renggang. Zakiel seolah berlari-larian ditempat, tangannya yang hendak menggapai Naleeya hanya menangkap angin malam yang dingin. Perempuan itu masih tersenyum padanya. Zakiel menggeleng tegas, menghalau pikiran buruk yang tiba-tiba muncul. Dia terus mencoba.
Sampai kemudian, hujan deras mengguyur mereka, membasahi jalanan dan pepohonan. Zakiel sama sekali tak memperdulikan tubuhnya yang basah kuyup, matanya berkedip-kedip berulang kali agar penglihatannya pada objek yang masih berdiri disana tidak kehilangan satu detik pun untuk mengamati.
Sampai, entah dari mana datangnya, sebuah mobil sedan melaju dengan cepat dari sisi lain, menghantam kilat tubuh Naleeya hingga perempuan itu berguling-guling serentak dengan suara benturan keras dan klakson mobil yang pergi begitu saja usai membuat seseorang celaka. Adrenalin Zakiel merancau pesat, sudut matanya berkerut, dia berteriak frustasi sebab kedua kakinya tak bisa digerakkan, tak bisa melangkah dan menyelamatkan kekasihnya yang tergeletak mengenaskan disana. Dari jarak ini, Zakiel dapat melihat darah mulai menggenangi sekitaran tubuh Naleeya. Zakiel memaki situasi, tersiksa sebab hanya dapat menyaksikan bagaimana perempuan yang dia cinta tak berdaya dibawah guyuran hujan.
“LEEYA!”
Napas Zakiel memburu berat. Dia menatap sekitar dengan linglung, kemudian meraup wajahnya dengan kasar sampai ujung hidungnya memerah. Teman-temannya memandang horor, menilai Zakiel aneh karena biasanya jika cowok tersebut terlelap tidak akan bangun dengan kondisi seperti sekarang. Jika disebutkan singkat, Zakiel buruk dalam bermimpi, artiannya dia jarang atau bahkan menurut Ozzie pribadi tidak pernah sampai membawa emosi mimpinya ke dunia normal.
“Kenapa?”
Zakiel menggeleng sekali atas pertanyaan Ozzie. Hatinya ditiban sesuatu yang berat, menyesakkan dada. Ozzie melengkungkan bibir ke bawah, ekspresi malang Zakiel sungguh menganggu penglihatannya. Tidak biasanya Zakiel akan menampilkan wajah murung meski kedua ujung alisnya menukik tajam dengan kesan sangar. Mungkin saja ada sesuatu yang dilalui cowok tersebut di alam mimpinya. Zakiel tertidur dari pukul lima sore hingga kini jam berputar pada pukul sepuluh lewat dua belas malam. Ozzie yang mengintruksikan kedua temannya supaya tidak membangunkan Zakiel, kecuali pada kondisi mendesak, seperti gempa bumi misalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
mon chéri
Teen FictionWhen he closed his eyes, he saw only the shadow of his lover, who loved to colonize the contents of his head. Many men admirer her in secret, and Zakiel has the privilege of having patented ownership of Naleeya - his cherished girlfriend. ☞ simply e...