31 - mon chéri

60 24 1
                                    

Kelas Zakiel baru saja menyelesaikan pelajaran olahraga bola basket. Suara riuh para siswi yang sengaja menonton pertandingan tadi membuatnya segera berhenti, dan ketika waktu olahraga selesai, bocah itu bergegas menuju ruang ganti. Dia membawa seragamnya dengan langkah gontai, keringat di dahinya dan leher memberi kesan panas pada dirinya, beberapa siswi yang melintas menatapnya dengan kagum seraya menggigit jari-jarinya dengan sorot tergoda. Zakiel mengabaikan mereka karena menganggapnya tidak penting.

Ketika dia tiba, dia segera berganti pakaian dengan seragamnya, menggunakan pengharum khusus agar bau tak sedap tidak tercium dari tubuhnya. Jari-jarinya mengacak-acak rambutnya dan mengibaskan kerah seragamnya setelah menyeka keringat yang muncul di tubuhnya. Tak ingin Naleeya merasa tak nyaman hanya karena aroma tubuhnya yang berbeda. Cuaca hari ini sangat panas, lebih buruk dari kemarin, terkadang Zakiel enggan terkena sinar matahari karena kulitnya terasa terbakar dan dia merasa sangat gerah. Tak butuh banyak waktu untuk menyelesaikan diri. Zakiel keluar dengan pesona yang tak dapat disepelekan, orang-orang memuji dan mengangumi berdasarkan kenyataan. Zakiel benar-benar pahatan yang nyaris sempurna hingga membuat sebagian siswi terpesona, sejumlah murid laki-laki pula tak menyangkal bahwasanya, Zakiel memang tampan, namun sikapnya yang buruk membuat mereka membelakangi penilaian utama tersebut dan terpaku pada keburukannya. Tak ada yang berani berteman atau bertegur sapa dengan Zakiel karena mengetahui hanya akan ada pengabaian menyakitkan yang diterima.

Melangkah ke arah perpustakaan, dimana Naleeya bilang bahwa dirinya ada disana sedang merangkum sebagian materi untuk ujian mendatang. Ketika masuk pada ruangan beraroma kertas usang, Zakiel melangkah pada meja dan kursi khusus membaca, di bagian pojok menemukan orang yang di carinya sedang serius menulis dan membolak-balikkan lembar halaman. Zakiel melangkah pelan tanpa menimbulkan suara, menarik kursi hati-hati dan duduk di sebelah Naleeya. Memandangi wajah kekasihnya dengan perasaan yang sama.

Tanpa bersuara. Terlewati sepuluh menit lebih Zakiel menatap dalam kebisuan. Sampai ketika Naleeya merasa ada seseorang di sebelahnya dan dia menengok, kehadiran Zakiel dengan senyum tampan membuat Naleeya tersentak pelan.

“Sejak kapan kamu disitu?” tanyanya. Sangking larut dalam bacaan dan rangkuman yang dia tulis, sampai tidak menyadari kedatangan Zakiel yang entah dari kapan berada di sampingnya.

“Nggak ngitung.” balas Zakiel. Cowok itu duduk menyamping, menopang dagunya dan masih lanjut memperhatikan Naleeya yang kembali pada tugasnya. Berucap asal. “I just met an angel here, have your wings disappeared, my love?”

“Stop making things up.” Naleeya tak mengalihkan diri dari apa yang dia lakukan. Hal itu membuat Zakiel mendengus kasar.

“Kertas itu lebih menarik dari gue?”

Naleeya menoleh sebentar, menilik wajahnya. “Aku nggak mengakui.” Mengambil napas panjang dan pelan-pelan dihembuskan, ketika dia bermain kontak mata lagi, wajah Zakiel sudah nampak masam. Naleeya tertawa. “Aarash yang ganteng, boleh tunggu sebentar? Udah hampir selesai aku nyatetnya, sabar ya.” ucapnya.

Cowok itu tak membalas, menarik kursi lebih dekat kemudian menaruh pipinya di sebelah bahu Naleeya, kedua tangannya merengkuh tubuh perempuan tersebut. Posisi yang merugikan, karena Naleeya tak bisa berkonsentrasi terhadap kegiatannya sementara Zakiel yang dibiarkan beberapa saat justru semakin usil menduselkan wajahnya di lengan atas Naleeya.

Naleeya menahan wajah Zakiel. “Sebentar, aku lagi kepanasan, peluknya nanti aja ya.” ungkapnya serius.

“Gue bau?”

Direspon gelengan singkat. “Bukan. Aku lagi gerah, jangan dekat-dekat dulu.”

“Oke.” Zakiel menjauhkan diri, dan setelahnya tak menatap Naleeya sebab memutar kepala ke sisi lain. Dia merajuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 8 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

mon chériTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang