16

663 60 1
                                    

Di ruangan kerjanya, Sandi masih membagi fokus antara pekerjaan dan memantau Naida yang tengah tertidur di kamar. Sepertinya sakitnya Naida juga karena kurang tidur tadi malam. Suhu tubuhnya sudah kembali normal, dan Sandi sudah memberinya obat serta vitamin yang dibeli tadi.

Telepon dari Maminya membuatnya beralih sejenak untuk menerima panggilan tersebut.

"San??? Menantu Mami lagi di rumah, nggak?"

"Iya, Noi ada di rumah."

"Mami telepon kok nggak diangkat-angkat, ya?"

Sandi melirik Naida yang masih terlelap, tidur dengan posisi yang sama sejak satu jam lalu.

"Lagi sakit, Mi."

"Loh? Sakit? Dari kapan?"

"Tadi pagi badannya anget, Mi. Aku juga mutusin kerja di rumah, sekalian nemenin Noi."

"Udah diajakin berobat belum, San?"

"Udah, tapi nggak mau. Sandi udah beliin obat di apotek kok tadi."

"Nanti sore Mami kesitu deh. Tadinya Mami mau ajakin ke rumahnya Bude Yuk, tapi ya udah kalau lagi sakit."

"Iya, Mi."

Telepon pun ditutup, setelah Maminya memberikan beberapa nasihat panjang lebar soal menjaga asupan nutrisi menantu kesayangannya.

Sejak kepergian Nindy, Mami menjadi sedikit overprotektif terhadapnya. Namun, ia menyadari alasan di balik sikap Mami tersebut. Ia pernah melakukan sesuatu yang membuat Mami mengalami tekanan darah tinggi hingga harus menjalani perawatan ekstra dengan dokter.

Pertama kali ia bertemu Nindy di hotel. Waktu itu, entah ada acara apa, ia dan Papi datang ke hotel, secara tidak sengaja mereka bertemu. Pertemuan itu terjadi saat dirinya masih duduk di bangku awal perkuliahan, sementara Nindy sudah berada di akhir perkuliahan dan sedang magang di hotel tersebut.

Pertemuan mereka semakin intens. Tiga bulan kemudian, ia akhirnya memberanikan diri mengungkapkan perasaannya, dan Nindy menyambutnya dengan baik.

Ia merasa klik dengan Nindy karena beberapa hal. Namun, sang Mami selalu menasihatinya untuk tidak terburu-buru dalam mencintai seseorang di usia yang masih muda. Memasuki tahun ketiga perkuliahan, ia memulai bisnis di bidang otomotif sesuai dengan jurusan yang diambilnya. Enam bulan kemudian, bisnis yang ia kelola berkembang pesat. Keuntungannya bahkan cukup untuk membeli sebuah mobil, yang dipilihkan Nindy untuknya.

Ia sangat bergantung pada Nindy saat itu. Apapun yang berkaitan dengan pilihan, ia selalu meminta pendapat Nindy. Ia merasa tak bisa sehari pun tanpa bertemu Nindy, meski hanya lewat video call. Dimanapun ia berada, yang teringat hanya Nindy.

Namun, tragedi itu datang pada Februari 2018, tepatnya tanggal 14, bertepatan dengan hari kasih sayang. Nindy mengalami kecelakaan tunggal. Ia sudah menyiapkan kejutan untuk melamar perempuan itu pada pukul tujuh malam. Dua jam ia menunggu kedatangan Nindy, namun yang ia terima justru kabar kecelakaan dari salah satu petugas kepolisian.

Kalung yang ia siapkan untuk Nindy masih digenggamnya erat. Cincin dalam kotak beludru kembali ia simpan di dalam jas. Saat itu, rasanya seperti dunia berhenti sejenak.

14 Februari 2018

Aku perkiraan jln jam stengah tujuh, Sayang.

Aku pakai taksi online nanti, kamu tenang aja

Oke, hati-hati Nindy-ku

Sampai ketemu di sana, Sayang❤️

Sayang?

Komposisi Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang