Reconnaissance Mission.

5 0 0
                                    

Dua hari sebelum penjemputan, semuanya terasa sangat spesial. Mereka semua bisa bersantai dengan aman tanpa gangguan. Al yang tengah menikmati makanan ringan yang ia ambil dari mini market terdekat tadi pagi sambil menikmati kopi hitam buatan Julia pastinya. Musik berlirik Jepang menjadi temannya pada saat itu. Joshua yang melihat Al sedang bersantai, datang dan duduk disebelahnya, sebenarnya ia berniat untuk meminta maaf atas kejadian beberapa hari yang  lalu.

"Al, aku mau minta maaf atas kejadian waktu aku ninggalin kamu." Hanya itu saja yang bisa diucapkan oleh Joshua.

"Dahlah, nggak apa-apa kali, lagian yang lalu biarlah berlalu. Mengingat masa lalu hanya akan menghambat jalan menuju masa depan. Lagi pula itu memang keinginan ku, kau tidak salah sama sekali." Al memegang pundak Joshua lalu tersenyum.

"Tetaplah menjadi partnerku." Al memberi jempol. Perselisihan diantara mereka pun telah selesai.

"Al! Josh," Jake tiba-tiba memanggil mereka berdua.

"Ada apa?"

"Kita dipanggil oleh ayahmu, lebih baik kalian segera ke sana. Aku dan Ryan akan menyusul." Jake pun pergi mencari keberadaan Ryan. Al sebenarnya agak malas, karena ia pasti akan disuruh untuk mengintai daerah dekat dengan Bandara Hussein. Tujuan dari pengintaian ini sebenarnya untuk menemukan dan menyelamatkan beberapa orang yang masih terjebak di daerah situ, dan juga untuk memantau pergerakan zombie dan Tank yang ada.

Dengan berat hati, Al pun melepas earphonenya lalu menyakukan Mp3 dan earphonnya ke saku baju. Tegukan terakhir kopi pun tak lupa ia minum. Mereka berdua pun pergi bersama untuk menemui Kapten.

Ruangan Komando tidak begitu besar. Ada kulkas untuk menyimpan makanan, meja di tengah yang berisikan peta-peta dan juga berkas-berkas penting. Di dinding juga tertempel dokumen yang berkaitan dengan kejadian kiamat zombie ini. Ada salah satu ruangan yang dijadikan tempat komunikasi, namun ada pula ruang yang dijadikan sebagai penjara untuk Dr. Giovanni, ruangan tersebut berada di pojok kiri dekat dengan tangga. Sepertinya itu dulunya adalah Gudang.

Ryan dan Jake sudah berada di sana, mereka sedang berbincang dengan Kapten. Di tengah tengah mereka terdapat sebuah peta. Al dan Joshua pun bergabung dengan mereka.

"Baiklah, tadi kami sudah berbincang sedikit tentang misi pengintaian ini. Menurut laporan dari tim lain yang sudah melaksanakan pengintaian ada beberapa titik yang berkemungkinan adanya Survivor yang ada. Dan juga terdapat beberapa wilayah yang berkemungkinan menjadi wilayah Tank. Wilayah tersebut adalah TPU Sirnaraga, Pangkalan TNI AU yang ada di sini, dan juga sepanjang Jalan. Suparman. Kami belum tau ada berapa jumlah Tank yang tinggal di sana." Semua fokus mendengarkan penjelasan dari Kapten.

"Baiklah untuk Ryan dan Jake, kalian pergilah untuk menjemput tim pengintaian yang aku suruh tadi pagi di gedung BTC ini. Kami mendapat kabar bahwa ada beberapa Survivor di sana, dan juga ambil peralatan medis yang ada di Rumah Sakit Hermina ini. Dan untuk kalian berdua," Kapten menatap Al dan Joshua.

"Periksalah daerah Cihampelas, di sana mungkin terdapat beberapa orang juga. Beri tanda lewat radio, dan juga jika ada pergerakan dari zombie. Segera beri tahu kami." Mereka berdua pun menganggukan kepalanya tanda bahwa mereka siap.

"Baiklah kalian bersiap-siap dulu, nanti kita ketemu di bawah 10 menit lagi."

~~~~~

Al pun bersiap-siap, ia mengenakan kaos polos dan juga celana training pastinya agar ia bisa bergerak dengan leluasa. Tas sudah di gendong di mana ia hanya membawa beberapa amunisi dan juga minuman. Senjata GM6 Lynx yang menjadi kebanggaannya tak lupa ia gendong juga. Sarung pistol pun terpasang di pinggangnya. Sepatu boots berwarna hitam pun menjadi pelengkap. Tak lupa jaket hoodie kesayangannya yang tak pernah ia lepaskan dari awal bencana ini.

Saat ia mau keluar dari kamar, Julia sudah menunggunya di pintu.

"Mau pengintaian ya?" Julia memastikan kepergian Al.

"Iya, aku dan Joshua akan melakukan pengintaian," Al melihat wajah Julia, terdapat ekspresi khawatir dan takut. Seperti yang sering ia lakukan, ia meletakan tangannya di kepala Julia dan berbicara menatapnya.

"Tenang saja aku akan kembali padamu, karena dimanpun kamu berada. Akan kujadikan itu sebagai tempatku untuk pulang," Julia bisa melihat pantulan wajahnya di mata Al yang berwarna coklat. Suasana yang sepi membuat dua insan ini saling mendekatkan wajahnya. Tetapi suasana sepi itu tak berlangsung lama, terdengar langkah kaki seseorang yang menaiki tangga. Dengan cepat mereka berdua langsung saling menjauhkan diri dan tidak melihat satu sama lain karena malu.

Joshua yang baru datang dan hendak memanggil Al nampak bingung dengan tingkah laku pasangan yang tidak memiliki hubungan ini.

"Oi! Al!, hayu berangkat. Oh ada Julia juga, tenang saja pangeran mu ini akan saya jaga dengan segenap jiwa dan raga saya sendiri." Mendengar perkataan Joshua, Julia menjadi salah tingkah. Melihat sikap lucu Julia yang seperti kekanak kanakan itu membuat hatil Al adem dan ia pun tersenyum.

"Oi! Hayu!, malah senyum sendiri gitu. Kek yang mesum tau. Aku tunggu di bawah nanti," Joshua pun turun dari tangga dan menunggu Al di halaman rumah.

Saat dirasa semua sudah siap dan semua peralatan yang di butuh Al sudah lengkap, ia pun turun mengikuti arah yang Joshua ambil. Baru saja turun tiga anak tangga, Julia menarik belakang baju Al. Lelaki itu berbalik dan melihat Julia yang penuh dengan ketidak tenangan.

"Kumohon berhati-hatilah dan pulanglah kembali padaku," jantung Al berdegup kencang. Akhirnya ia benar-benar bisa merasakan rasa cinta dan peduli yang Julia berikan pada dirinya, sebenarnya ia ingin mengungkap rasa yang sama. Namun mulutnya seperti terbungkam. Alhasil ia hanya bisa memeluknya dan merasakan kehangatan dari wanita yang ia cintai juga.

Keduanya sama-sama tenggelam kehangatan dari pelukan mereka. Al bisa merasakan detak jantung Julia yang begitu kencang dan cepat, begitu juga dengan Julia. Hampir lupa dengan misinya, Al menyudahi pelukannya tersebut. Lelaki tersebut menatap Julia kembali dan mendaratkan tangannya di kepala Julia.

"Aku pasti kembali, karena aku ingin kamu tau apa isi hatiku ini," setelah mengatakan kalimat itu, Al pun pergi dengan senyum lebar terukir di wajahnya. Julia masih terkejut dengan kalimat Al barusan, jantungnya berdegup semakin kencang. Ia pun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan pergi ke balkon untuk melihat Al dari atas.

Sementara itu Al dan Joshua mereka di suruh untuk mengikuti Ryan. Entah kenapa ini tiba-tiba. Ryan mengantar mereka ke sebuah rumah yang jarakanya hanya beberapa langkah saja dari rumah yang mereka tinggali. Rumah yang cukup luas dengan garasi yang besar di depan. Ryan langsung membuka garasi tersebut dan kedua pemuda itu sedikit kebingungan.

"Gunakan motor Trail ini untuk misi pengintaian kalian. Rendi sudah menambahkan peredam ke mesin motor ini, jadi suaranya tidak akan terlalu keras jika kalian berada dalam kecepatan normal." Al dan Joshua senangnya bukan main, mereka pun mencoba menaiki motor tersebut dan menyalakan mesinnya.

"Kau benar, suaranya benar-benar senyap. Jadi kita tidak perlu khawatir dengan zombie yang berkeliaran," setelah memberi dua pemuda itu kendaraan Ryan pun pergi menuju mobil yang sudah dipanaskan tadi oleh Jake.

"Oh iya kita akan berjalan dulu berdampingan nanti, setelah melewati BTC, kita akan berpisah," Ryan pun naik ke mobil yang dikemudikan oleh Jake.

"AL!!!" Al yang mendengar namanya dipaggil, mencoba mencari siapa yang memanggilnya. Setelah melihat ke lantai dua, ia melihat Julia sedang mengangkat kedua tangannya.

"HATI-HATI DI JALAN!!!!" Al tersenyum melihat tingkah Julia, ia pun memberi jempol. Mobi KOMODO yang dikemudikan oleh Jake pun melaju di ikuti oleh motor Al dan Joshua. Misi pengintaian pun dimulai.

DEAD WORLDWhere stories live. Discover now