HIGH HOPES

34 1 1
                                    

Sudah tiga hari mereka tinggal di tempat yang di panggil 'The Tower' Al baru saja bangun dan segera pergi ke kamar mandi. Jam menunjukan pukul 07.00, dengan keadaan yang masih lemas ia pun masuk ke kamar mandi dan bersiap untuk mandi.

Berbeda dengan Al, Julia sudah siap-siap ia tampak segar dan bersemangat, dengan rambut di kucir tampilannya yang manis, dan juga tatapan yang penuh semangat, ia selalu siap menyambut dunia bagaimanapun dunia akan menyambutnya.

Di lain kamar Ryan masih tertidur.

Wulan hampir sama dengan Julia, memang kedua wanita itu memiliki semangat dan harapan yang tinggi, hanya saja Julia lebih dingin, sedangkan Wulan walaupun menginjak umur 20-an sifatnya masih seperti bocah.

~~~~

Al yang sudah segar karna baru beres mandi, ia pun memakai kaos T-Shirt polos dan celana jeans yan tidak terlalu ketat. Ia pun pergi ke kantin untuk sarapan, pada saat ia membuka pintu Julia sudah menunggu.

"Sarapan bareng yuk?" Ajakan Julia di beri anggukan dan senyum dari Al.

Mereka berdua pun berjalan menuju kantin yang berada di lantai 15. Sesampai di sana ternyata sudah banyak orang yang datang, tak lupa ada Ryan dan Wulan yang sudah sarapan terlebih dahulu.

"Hei Al, Jul sini!" Ryan melambaikan tangan dan telah menyiapkan tempat duduk untuk mereka berdua.

"Ini kami sudah mengambilkan makanan, untuk saja kalian datang cepet, karna kalo kalian telat 5 detik lagi, Ryan akan memakannya." Wulan bisik bisik di kata kata terakhirnya, untung saja Ryan tidak mendengarnya.

"Hahaha, rakus juga ya pak tua itu, baiklah terima kasih sudah menyimpan ini untuk kami." Al memberi senyuman kepada Wulan, dan lagi-lagi Ryan tidak mendengar ucapan mereka.

Saat mereka sedang asik makan dan mengobrol Jake datang menghampiri mereka berempat.

"Maaf mengganggu waktu makan kalian, ada yang ingin aku tanyakan pada kalian berempat." Jake memasang wajah serius dan kemudian duduk tanpa di beri persetujuan. Wulan memasang wajah risih.

"Aku memiliki dua kabar buruk dan satu kabar baik." Jake memulai pembicaraannya. "Kalian mau kabar mana dulu?" Jake melanjutkan perbincangannya.

"Kabar baik dulu deh." Pinta Al, "emmm kalo kabar baik aku bingung bagaimana merangkai katanya, lebih baik dari kabar buruk aja ya?"

"Lah lah lah terus ngapain kamu ngasih pilihan kaya gitu kalo-"

"Sut udah Wulan dengar dulu aja ia bicara." Wulan cemberut karna sikap Jake yang buang buang waktu dan mungkin masih bisa bercanda di keadaan yang tegang ini.

"Oke kabar buruknya, teman kalian si cowok yang pake kacamata itu, sudah melewati tahap Pengambil Alihan, hanya saja karna kondisi persediaan obat-obatan kami yang kurang, jadi kami hanya bisa memperlambat saja, tidak bisa benar-benar menyembuhkannya. Dan kira kira sekitar 4 hari ia..." Jake menggantungkan kalimat terakhirnya.

"... akan berubah dan tidak bisa di sembuhkan kembali." Semua terkejut, benar-benar terkejut, apalagi Wulan ia menangis di bahu Ryan, sementara Julia dan Al mereka menundukan kepalanya tak percaya.

"Apakah ada cara supaya kita bisa menyembuhkannya sebelum 4 hari?" Ryan bertanya kepada Jake.

"Nah itu kabar baiknya, meskipun kita tidak punya tapi, setiap 5 jam sekali pesawat dari PBB mengirimkan pasokan Supply. Nah di Suplly tersebut ada penawar dari virus ini yang di namakan 'Prozon'" Kembali terpancar harapan dari mereka setelah mendengar perkataan Jake tersebut.

"Tetapi ada kabar buruk terakhir, yaitu kadang kadang mereka ini menjatuhkan Suplly tidak selalu dekat dengan daerah kita, bisa saja lebih jauh, bahkan bisa berkilo kilo meter, Oleh sebab itu..." Jake berdiri dan menatap mereka satu persatu.

DEAD WORLDWhere stories live. Discover now