TRAINING TIME (3)

37 2 2
                                    

"MEDIC!!!" Julia, Ryan, dan Wulan langsung menghampiri Al yang baru saja terkapar di lantai karna tendangan keras membentur kepalanya, darah segar pun keluar dari hidungnya.

"AL! AL SADAR AL!" Julia panik, ia menggoyang-goyangkan tubuh Al agar ia cepat sadar tapi, itu sia-sia saja.

"Cepat bawa Al ke Ruang Sakit!" para dokter pun menandu Al ke Ruang Sakit diikuti oleh Julia, sementara Wulan dan Ryan masih harus melanjutkan latihannya.

"Yhaa sulit di percaya ternyata Al bisa seceroboh itu, jika itu zombie mungkin ia sudah tergigit dan berubah." Mendengar perkataan tersebut membuat Ryan sedikit naik darah tapi, ia berhasil menahan amarahnya.

"Baiklah mari kita lanjutkan, setelah sesi solo ini selesai tolong panggilkan Julia kembali. Eummm oke Ryan kau selanjutnya," John menunjuk Ryan, Ryan pun maju dan berdiri di tengah arena. Dua orang pria pun datang dan keduanya memiliki fisik yang sama dengan Ryan.

"Baiklah Ryan amati dengan seksama setiap pergerakan musuh, jangan sampai lengah sedikit pun." Ryan hanya memberi anggukan.

"Okee... READY... FIGHT!!!"

~~~~~

Sementara di lain ruangan

"Ia hanya mendapat memar saja, tidak sampai pendarahan di dalam, dalam beberapa menit juga ia akan sadar kembali, kau tenanglah saya permisi dulu," Dokter itu meninggalkan Julia dan Al. Julia hanya bisa tersedu-sedu, ia khawatir akan terjadi hal-hal buruk akan terjadi pada Al, apakah ia akan sadar? Apakah ia akan amnesia? Terlalu banyak pertanyaan di kepalanya saat ini, ia terlalu risau.

Julia menggenggam tangan Al, tangan kasar Al karena terlalu sering memegang alat perkakas di sekolah dulu, ia pun kembali mengingat ngingat semua kejadia dulu di sekolah. Semua memorinya di putar kembali.

Sebuah memori kecil berputar kembali, kini ia sedang kembali mengenang saat pertama kali ia mulai menyukai Al.

Saat itu mereka baru saja menduduki Kelas 11, pada saat mata pelajaran Teknik Kerja Bengkel, semua siswa di ajarkan bagaimana cara mengergaji dengan benar.

Semua siswa memperhatikan dengan seksama terutama Julia. Tiba pada saat praktek, Julia terlalu bersemangat memotong balok besinya sehingga mengakibatkan jari telunjuknya tersayat pinggiran besi yang baru ia potong.

Darah segar mengalir dengan cepat, Al yang di sebelahnya langsung mengantar Julia ke ruang guru untuk di perban dan di bersihkan. Sayangnya tidak ada guru sama sekali, sehingga harus Al sendiri yang mengobati luka Julia.

Julia hanya bisa meringis kesakitan saat Al membersihkan lukanya dengan air hangat.

"Oke Jul mungkin ini akan menyakitkan, jadi tolong tahan sebentar ya." Al akan meneteskan Alkohol ke luka Julia, saat Alkohol tersebut mengenai lukanya, Julia berteriak kesakitan, reflek Al langsung menghentikan kegiatannya tersebut dan membungkam mulutnya.

"Ssstt sudah kubilang kan tahan lah, jangan berteriak." Jarak dari wajah Al dan wajah Julia terpaut cukup dekat, ia bisa melihat mata coklatnya yang begitu indah memantulkan bayangan dirinya, sejak saat itulah ia mulai menyukai Al, tapi orang seperti Al ternyata sulit di taklukan, karna ia emang laki-laki paling tidak peka sedunia.

Julia hanya bisa tersenyum dan mengelap air matanya di akhir pemutaran video flashbacknya. Tanpa di sangka Al sudah bangun dan melihatnya dengan tatapan bingung. Seketika ia mengelap air matanya.

"Oh hei Jul, ngapain kamu di sini?" Tanya Al.

"Ya kamu tadi habis sparring nah kamu ketendang di bagian kepala, dan kamu pingsan deh." Jelas Julia.

DEAD WORLDWhere stories live. Discover now