FRIENDS?

60 4 2
                                    

Mereka pun sudah mengumpulkan beberapa makanan kaleng yang bisa mereka temukan, untung saja ada beberapa minimarket di dekat sekolah.

Jalanan masih sepi tidak ada zombie yang berkeliaran, meskipun mereka sering mendengar geraman dari rumah rumah sekitar mereka.

"Haduh berat juga ini tas, apa perlu kita bawa tas seberat ini?" tanya Julia yang kesusahan mengangkat tasnya.

"Kamu ini bawa seperlunya aja, lagian masih banyak juga kan minimarket di jalan jalan yang bakal kita lalui?" Al terlihat membuang barang barang yang kurang penting di dalam tas Julia.

"Ya maaf buat jaga jaga lagian hehehe."

"Hemmm, udah kita ambil senjata dulu di bengkel, untuk sementara kita hadapi mereka face to face," cakap Al sambil sedikit mendekatkan wajahnya ke Julia.

"I-iy-iya." Jawab Julia gugup, sebenarnya Julia bukan gugup dan takut melawan para zombie itu dengan face to face, tapi karena wajah Al yang sangat tampan dengan mata coklat nya, membuat Julia kembali salah tingkah lalu pergi meninggalkan Al.

"Ya tuhan itu terlalu dekat, haduh haduh itu itu, matanya itu itu itu anu haduhhh aaaa ia terlalu tampan." Cakap Julia dalam hati, Al hanya bingung seperti orang bego melihat tingkah Julia yang langsung pergi. Dasar cowok nggak pekaan emang.

Al pun sudah siap dengan apa yang ia bawa, ia menggenggam sebuah linggis, sedangkan Julia ia membawa tongkat yang ada beberapa paku di ujungnya.

"Oke Jul seperti rencana yang sudah di bicarakan, kita cari transportasi dan nyimpang di Armed, dan juga tetep bareng jangan mencar, mungkin di sana kita bakal dikejutkan so, apapun yang terjadi tetap denganku." Jelas Al sambil menatap mata Julia dengan serius.

"Iya siap Al aku bakal sama kamu terus 'Mungkin selamanya.'" Cakap Julia di dalam hati, mungkin ia merasa sangat bahagia, bisa bersama orang kesayangannya, walau tanpa status yang ia harapkan.

Akhirnya perjalanan mereka pun di mulai.

~~~~~

"Hey. Apa masih belum ada juga kendaraan yang bisa kita naiki?" tanya Julia.

"Bersabarlah sedikit. Mungkin kalau kita beruntung, sebentar lagi akan ada mobil atau bisa jadi juga ada seseorang yang mau menumpangi kita sampai Kota Bogor," jawab Al sembari menoleh pada gadis yang sepertinya sudah tidak kuat lagi berjalan.

Sebenarnya, Al tidak kuasa melihat Julia kelelahan seperti itu. Sudah 4 jam berlalu, sejak mereka memulai perjalanan. Namun, belum ada satupun mobil atau kendaraan lainnya yang bisa dipakai. Jika terus seperti ini, bisa-bisa mereka pingsan karena terus memaksakan diri berjalan kaki.

"Kumohon ... mobil atau apapun itu, cepatlah datang!" Al memohon dalam hati.

"Hey, lihat! Ada mobil!"

Al menoleh ke arah Julia yang berseru riang di belakangnya. Lalu mengalihkan mata pada mobil jeep yang melaju sedang ke arah mereka—mobil yang ditunjuk oleh Julia.

"Syukurlah!" gumam Al tersenyum. "Ayo. Kita beri tanda padanya. Mungkin ia mau berbaik hati memberikan tumpangan."

Al menggandeng tangan Julia, lalu keduanya mengulurkan tangan mereka yang terbebas dan mengacungkan telunjuk sebagai pertanda kepada sang sopir.

Rasa gembira membuncah dalam dada. Kelegaan begitu terasa di diri Al, karena akhirnya mereka tidak harus berjalan ke Kota Bogor yang berjarak 170 km dengan berjalan kaki.

Tapi, agaknya, takdir sedang tidak memihak pada mereka.

Mobil Jeep semakin mendekat. Namun, bukannya menepi dan memberikan ijin pada Al dan Julia untuk menumpang, mobil itu berhenti tepat di depan mereka.

DEAD WORLDWhere stories live. Discover now