Father and Son

3 1 0
                                        

Hari semakin larut, matahari sudah mulai memancarkan cahaya jingganya, langit berubah menjadi orange ke merahan. Jam menunjukan pukul 16.00 WIB, pesawat Boeing penghantar supply masih belom terlihat ataupun terdengar. Namun bukan itu yang sebenarnya Al khawatirkan. Melainkan sosok predator yang siap menyerang bila menemukan dirinya dan Joshua bersembunyi di dalam rumah.

"Sial nggak bosen apa tuh zombie muter-muterin daerah sini?" Keluh Al yang masih dalam posisi tiarap sambil terus memperhatikan bidikan snipernya.

"Apa mungkin kita terjebak?"

"Hush, jangan Nethink dulu lah, siapa tau ini... memang daerah kekuasaannya," Akting horror Al berhasil mendapat jitakan dari Joshua.

"Fokus aja bangsat! Nggak usah nakut-nakutin segala." Satu jitakan yang sangat keras berhasil membuat Al diam dan kembali fokus ke kegiatan awalnya.

Tiba-tiba saja transmisi masuk dari radio dari lantai satu.

"Ada Transmisi masuk sepertinya, coba kamu cek?" Al menyuruh Joshua.

"Aing dei ie teh?" Al hanya memberi tatapan mengancam dan ajaibnya Joshua langsung pergi ke bawah dan meninggalkan posnya.

*"Aku lagi?!"

"Halo ini markas pusat, apakah ini pos 1?" Terdengar transmisi masuk dari Markas Pusat.

"Ya di sini Joshua. Ada apa Jake?"

"Apakah di sana masih belom ada tanda-tanda pesawat yang lewat?"

"Negatif Jake, di sini masih belum ada pesawat yang lalu lalang, kecuali pesawat yang tadi sudah kami bicarakan."

"Hmmm oke oke, apakah si-Tank itu masih berkeliaran di daerah kalian?"

"Ya pak, si-Tank itu masih memutari daerah kami, walaupun sedikit jauh, tapi tetap saja hembusan nafasnya yang seperti beruang itu terdengar. Saya berfikiran kalau pos kami ini, masuk ke dalam daerah kekuasaannya."

"Oke ini informasi yang bagus. Jadi kalian menyimpulkan kalau Tank ini memiliki wilayahnya sendiri, iya kan?"

"Iya pak, itu benar."

"Baiklah, ku rasa kita akan hentikan pencarian supply nya untuk hari ini, jam 17.00 kalian akan di jemput oleh tim dari pos Soekarno-Hatta. Waspada selalu. Markas pusat keluar."

Setelah mendapatkan perintah langsung, Joshua pun kembali ke posisi di mana Al berada dan segera ia memberitahu arahan dari markas pusat.

"Mari berbenah." Al langsung menatap pemuda di sebalahnya dengan tatapan terkejut.

"Perintah langsung dari Markas, mereka bilang kita harus berbenah sekarang, Ryan akan menjemput kita di sini jam 5 nanti." Wajah Al berubah, ia tampak kesal dan menjadi frustasi.

"Apa maksudnya?" Tanya Al dengan sedikit meninggikan nadanya.

"Perintah dari markas kita harus mundur."

"Apakah kau serius? Kita mundur, dan membiarkan teman ku mati karena kita tidak mendapatkan penawar itu. Apakah itu sudah gila?"

"Lupakan teman mu itu, ini perintah jangan membantah." Kalimat tersebut malah membuat Al naik darah.

"Naon maksud maneh kitu teh?"

*"Apa maksud kamu begitu?"

"Aku hanya mengikuti perintah dari pimpinan saja."

"Cih, apa kau sudah gila? Kau lebih mementingkan diri sendiri daripada nyawa teman itu. Di mana letak kemanusiaan mu itu hah?" Mereka berdua pun mulai berdebat.

DEAD WORLDWhere stories live. Discover now