ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـRF 23ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

3.3K 158 7
                                    

Assalamualaikum renicaaa, selamat datang di cerita yang banyak kurangnya ini. Semoga menghibur kaliannn, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

DAN JANGAN LUPA BERSHOLAWAT
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad

𓇼 ⋆.˚ 𓆉 𓆝 𓆡⋆.˚ 𓇼

Suasana selesai makan terasa tenang dan santai. Suara peralatan makan yang sebelumnya ramai mulai mereda, hanya tersisa dentingan halus piring dan gelas yang dikumpulkan. Beberapa orang bersandar di kursi mereka, beberapa berbincang dengan nada suara yang lebih rendah, sementara yang lain menghela napas puas setelah makan.

Aroma makanan yang sebelumnya memenuhi ruangan perlahan memudar, tergantikan oleh aroma kopi atau teh yang mulai disediakan. Umma Humai, Ning Amira, Ning Ratu dan Anna sudah beranjak berdiri, membawa piring kosong ke tempat pengumpulan, sementara lainnya masih menikmati momen terakhir di meja makan, tersenyum atau bercanda ringan. Suasana ini dipenuhi dengan rasa kenyang dan relaksasi, sebuah jeda nyaman sebelum melanjutkan aktivitas berikutnya.

"Abi, umma, amah, Abah, Gus Rayan, Gus Arkan, Ning Ratu, ustadz Airil, Anna izin ke asrama dulu ya," ujar Anna yang membuat seluruh orang menengok kearahnya.

"Na'am," jawab Gus Rayan, Ning Ratu dan ustadz Airil.

"Silakan sayang," jawab umma Humai.

"Silakan nak," jawab Abi Yusuf.

"Na'am nak, hati-hati," jawab Gus Aiman dan Ning Amira.

"Iya sana," jawab Gus Arkan.

"Bahiyyi—mu ini ke asrama dulu ya, mas," ujar Anna dengan pelan.

"Na'am sayang, hati-hati," jawab Gus Raja sembari mengelus kepala Anna.

"Kita ada di sini loh," ujar Gus Rayan.

"Terus kenapa? Bahiyyi istri saya," sahut Gus Raja.

"Siap salah, Gus," ucap Gus Rayan.

"Assalamualaikum semuanya," ujar Anna sembari melangkah pergi dari ruang makan.

Di kamar asrama Syila dan Aini, suasana dipenuhi rasa menunggu yang tenang namun penuh harapan. Kamar mereka sederhana, dengan tiga tempat tidur bersebelahan, lengkap dengan bantal dan seprai yang rapi. Di sisi jendela, angin siang sepoi-sepoi masuk, membawa kesejukan namun panas yang membuat tirai tipis melambai perlahan. Meja belajar mereka dipenuhi dengan buku dan catatan yang tersebar rapi, sisa-sisa aktivitas belajar kemarin.

Syila duduk di kursi kecil dekat meja, sesekali membolak-balik buku, tapi tatapannya sering teralihkan ke arah pintu, seolah siap menyambut kedatangan Anna kapan saja. Aini, yang lebih santai, berbaring di tempat tidur dengan tubuh sedikit miring, memainkan ujung jilbabnya sambil melihat buku pelajarannya. Mereka berbincang ringan, namun terkadang keheningan singkat terjadi saat mereka sama-sama merenung atau hanya mendengarkan bunyi angin dari luar.

Di sudut ruangan, ada sebuah rak kecil dengan beberapa camilan dan botol air minum yang memang mereka sediakan untuk mengganjal perut. Cahaya matahari siang yang berada tepat di atas kepala membuat suasana terasa panas, namun ada sedikit getaran kegembiraan di udara—sebuah perasaan akrab, karena mereka tahu kedatangan Anna akan membawa cerita baru, tawa, dan kehangatan persahabatan ke dalam kamar mereka.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum Syila, Aini," ucap Anna dari luar kamar.

"Waalaikumsalam," jawab Aini yang sudah bangun dari rebahannya.

Ceklek!

"Masuk Na," ujar Aini kepada Anna.

"Na'am," jawab Anna sembari melepaskan sendalnya dan menyusunnya di rak sebelah pintu.

RAJA FIRDAUS (ON GOING)Where stories live. Discover now