ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـRF 05ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

4.1K 189 10
                                    

Assalamualaikum renicaaa, selamat datang di cerita yang banyak kurangnya ini. Semoga menghibur kaliannn, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

DAN JANGAN LUPA BERSHOLAWAT
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad

𓇼 ⋆.˚ 𓆉 𓆝 𓆡⋆.˚ 𓇼

Saat melihat Anna beranjak keluar ndalem, umma Humai langsung berlari kearah teman-teman Anna.

"Nak, Anna kemana?" tanya umma Humai saat sampai di depan teman-teman Anna.

"Keluar umma, katanya dia pengen sendiri dulu," jawab Syila sembari mencium tangan umma Humai.

"Aduh, ya sudah. Umma boleh minta tolong sama kalian?" tanya umma Humai lagi.

"Boleh umma, boleh banget," jawab Aini dan di angguki oleh Syila.

"Tolong cari Anna, ajak main aja. Kalau perlu ajak jajan, berapa habisnya nanti umma yang ganti. Atau ajak maling mangganya Raja juga gapapa," ujar umma Humai sembari melihat raja yang duduk di paling belakang.

"Jangan maling mangga, umma, nanti Gus Raja dengar dan marah," balas Syila yang tidak enak karena sering ketahuan maling mangga di pohonnya Gus Raja.

"Itu urusan umma, kalian tolong cari Anna ya," pinta umma Humai.

"Na'am umma, kami permisi. Assalamualaikum," jawab Syila dan Aini bersamaan sembari mencium tangan umma Humai.

Setelah melihat Syila dan Aini keluar ndalem dan sudah tidak terlihat, umma Humai menghampiri Gus Raja. Melihat umma Humai menghampirinya, Gus Raja langsung berdiri dan mencium tangan umma Humai.

"Assalamualaikum umma, ada apa?" tanya Gus Raja.

"Waalaikumsalam, Anna keluar kamu lihat?" tanya umma Humai kembali yang dibalang anggukan kepala Gus Raja.

"Anna pasti sakit hati, mau kamu bongkar sekarang, bang?" sambung umma Humai.

"Laa umma, takut sekolah Bahiyyi terganggu. Biarkan saja umma, kita tunggu sampai Zuhur. Kalau sampai Zuhur Bahiyyi tidak di temukan, baru Abang bantu cari," jawab Gus Raja sembari memandangi wajah umma Humai yang sangat khawatir.

"Baik lah, umma takut Anna kenapa-kenapa. Baru saja tadi dia jatuh di depan," ujar umma Humai.

"Lebih baik sekarang umma kembali ketempat, adek butuh umma," pinta Gus Raja sembari memutar balikkan badan umma Humai.

"Kamu ini," balas umma Humai sembari berjalan meninggalkan Gus Raja.

Kini Anna duduk sendirian di atas dahan pohon mangga yang rindang. Sinar matahari yang redup menyelinap di antara daun-daun lebat, menciptakan bayangan yang lembut di wajahnya. Dengan tenang, ia menatap jauh ke arah langit yang biru, seolah-olah mencari jawaban dalam keheningan. Angin sepoi-sepoi menggerakkan rambutnya, dan daun-daun mangga bergemerisik pelan di sekitarnya. Kakinya yang tergantung di udara sesekali bergoyang ringan, sementara tangannya mencengkeram dahan pohon dengan kuat, memberi kesan bahwa meskipun tubuhnya di sini, pikirannya melayang jauh entah ke mana.

Di sekelilingnya, alam berbicara dalam kesederhanaan burung-burung berkicau lembut, dan buah mangga yang sudah matang sesekali jatuh ke tanah di bawah. Dia tidak terganggu oleh itu semua, tenggelam dalam dunia yang hanya dimengerti olehnya sendiri. Kesendirian ini bukanlah kesepian, melainkan ruang bagi dirinya untuk merenung, menjauh sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan. Dalam keheningan, pohon mangga ini menjadi tempat peristirahatannya, sebuah pelarian kecil dari dunia, di mana waktu terasa berhenti sejenak.

Terhitung sudah 2 jam Anna duduk di atas pohon mangga. Beberapa kali Anna melihat Syila dan Aini yang lalu lalang mencari keberadaannya, namun Anna enggan mengeluarkan suaranya.

Allahu akbar, Allahu akbar

"Kita salat dulu, setelah itu kita laporkan ke umma. Anna kemana coba," ujar Syila yang sudah lelah mencari Anna.

"Ayo salat, Anna, Anna, pasti sakit banget," balas Aini.

"Udh ayo salat," ajak Syila sembari menarik tangan Aini ke arah masjid.

"Ayo," jawab Aini.

Sedangkan Anna di atas pohon hanya mendengarkan azan yang merdu. Anna berniat akan salat nanti setelah masjid kosong, Anna sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun.

"Ya Allah Anna sakit hati, padahal baru ketemu kemarin ya Allah. Anna harus apa? Anna bingung ya Allah, atau Anna lompat aja kali ya dari sini? Eh jangan deh, Anna masih mau hidup. Tapi Anna sakit hati, kenapa bukan Bahiyyi Dianna Heghine aja ya Allah. Padahal Gus Raja Firdaus sudah hafal nama Anna, kenapa bukan Anna aja Guss. Huaaa, Anna cape deh, malah nangis begini. Anna mau pulang bunda, ayah. Eh ga jadi deh, ada mangga udah matang tuh, ya Allah Anna bagi mangganya ya, satu aja," ujar Anna seorang diri.

"Akhirnya dapet juga, pisau yang biasa Anna bawa mana ya," sambung Anna sembari mencari pisau yang sengaja ia bawa keatas pohon dan disimpan di atas.

Seorang mertua yang khawatir kepada menantunya yang hilang di pesantren mungkin digambarkan sebagai sosok yang cemas dan penuh kekhawatiran. Raut wajahnya tampak tegang, dengan mata yang terus menerus berkaca-kaca seolah-olah menahan air mata. Ia mungkin terus menerus memegang telepon, berharap ada kabar baik yang datang. Terkadang, ia gelisah dan mondar-mandir, tidak bisa tenang memikirkan keberadaan menantunya. Setiap kali ada suara telepon atau notifikasi pesan, ia segera merespons dengan harapan itu adalah kabar tentang menantunya. Mungkin ia juga terlihat sering berdoa dengan khusyuk, memohon perlindungan dan keselamatan untuk menantunya, sambil mencari informasi dengan menghubungi pihak pesantren, keluarga, dan teman-teman.

Rasa sayang dan kekhawatiran yang mendalam terlihat jelas, mencerminkan betapa pentingnya menantu tersebut dalam hidupnya.

"Assalamualaikum umma," ujar Syila dan Aini saat baru saja sampai di depan ndalem.

"Waalaikumsalam, bagaimana Anna sudah ketemu?" tanya umma Humai sembari memberikan tangannya untuk di cium.

"Belum umma, Afwan kamu tidak tahu keberadaan Anna," jawab Syila.

"Astaghfirullah Anna, kemana kamu nak," ujar umma Humai yang tidak bisa menutupi kekhawatirannya.

Disela-sela berpikir, Gus Raja yang baru saja sampai di ndalem mengucapkan salam.

"Assalamualaikum," ujar Gus Raja sembari mencium tangan umma Humai dan menundukkan kepalanya.

"Waalaikumsalam Abang, sekarang Abang cari Anna. Umma ga mau tahu sore ini Anna harus sudah ketemu," ujar umma Humai dengan kaki yang melangkah meninggalkan mereka semua.

"Afwan Gus, kami permisi. Assalamualaikum," ujar Syila dan Aini.

"Waalaikumsalam," jawab Gus Raja.

"Astaghfirullah zaujati, kemana kamu," ujar Gus Raja seorang diri.

Saat Syila, Aini, umma Humai dan Gus Raja berbincang di depan ndalem, saat itu pula Anna salat dan setelah salah Anna kembali memanjat pohon mangga lalu berdiam diri diatas sana.

"Mas, Anna kemana ya, mas," ujar umma Humai saat sampai di ruang keluarga yang berisi Abi Yusuf, Ning Ratu dan ustadz Airil.

"Anna? Santriwati yang suka maling mangga Gus Raja?" tanya ustadz Airil sembari mencium tangan umma Humai yang baru saja sampai.

"Iya, dia kakak ipar kita," jawab Ning Ratu dengan mata yang masih melihat-lihat cincin nikahnya.

"Kamu serius dek?" tanya ustadz Airil.

"Iya, ga mungkin adek bohong masalah seperti ini," jawab Ning Ratu sembari menatap ustadz Airil.

"Kamu tenang ya, ga mungkin Anna keluar dari pesantren ini. Abang sedang mencarinya 'kan?" tanya Abi Yusuf yang dibalas anggukan kepala umma Humai.

"Tunggu sampai sore ini ya, mungkin Abang nanti yang menemukan," sambung Abi Yusuf.

𓇼 ⋆.˚ 𓆉 𓆝 𓆡⋆.˚ 𓇼

Bagaimana chapter 5 ini? Tolong bilangin mereka kalau Anna lagi di atas pohon mangga 😆😂
Jangan lupa vote dan komen.

RAJA FIRDAUS (ON GOING)Where stories live. Discover now