ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـRF 35ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

2K 167 18
                                    

Assalamualaikum renicaaa, selamat datang di cerita yang banyak kurangnya ini. Semoga menghibur kaliannn, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

DAN JANGAN LUPA BERSHOLAWAT
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad

𓇼 ⋆.˚ 𓆉 𓆝 𓆡⋆.˚ 𓇼

Sudah 3 hari Anna di rumah sakit, tepat siang hari, setelah selesai salat Zuhur, suasana di dalam ruang inap Anna terasa penuh dan hangat oleh kehadiran keluarga dan kerabat terdekat. Cahaya matahari siang yang terang menyinari ruangan, menyelimuti setiap orang dengan kehangatan dan harapan. Abi Yusuf dan Umma Humai duduk berdekatan, menanti kabar dari dokter dengan penuh perhatian, sementara ayah Rizqi dan bunda Kinza sesekali berbicara pelan, mencoba menenangkan perasaan satu sama lain. Daddy Dika dan mami Kanza berdiri di sudut ruangan, memandang Anna dengan penuh harap, sedangkan Abang Dyren, Abang Fatah, Abang Fatih, dan Gus Raja duduk dekat ranjang Anna, memastikan keberadaannya tetap dalam pengawasan penuh kasih.

Saat dokter masuk, suasana ruangan menjadi hening seketika. Semua mata tertuju padanya, penuh antisipasi akan kabar yang akan disampaikan. Sang dokter tersenyum hangat, lalu mengabarkan dengan tenang bahwa Anna sudah cukup pulih dan diperbolehkan pulang. Namun, ia mengingatkan bahwa luka Anna masih perlu perawatan intensif dan perhatian ekstra. Kabar itu membawa kelegaan yang besar di hati mereka semua. Abi Yusuf menghela napas panjang dengan penuh syukur, sementara Umma Humai menyeka air mata bahagianya. Ayah Rizqi dan bunda Kinza saling bertukar senyum lega, dan senyum merekah di wajah Daddy Dika dan mami Kanza. Abang Dyren, Abang Fatah, Abang Fatih, dan Gus Raja menatap Anna dengan penuh kasih, merasakan kebahagiaan yang terpancar di wajahnya.

Anna sendiri, yang mendengarkan kabar itu dengan mata berbinar, merasa dikelilingi oleh cinta yang begitu besar dari keluarganya. Senyum hangat muncul di wajahnya, meski ia masih lemah dan perlu istirahat. Setiap anggota keluarganya bergantian mengucapkan syukur dan doa untuk kesembuhannya, menyampaikan rencana untuk membawanya pulang dengan penuh kehangatan. Ruangan itu kini dipenuhi dengan perasaan syukur, kebahagiaan, dan harapan untuk kesembuhan Anna yang sepenuhnya, dalam pelukan dan perhatian tak berujung dari mereka semua.

"Alhamdulilah adek udah boleh pulang," ucap Abang Dyren.

"Alhamdulillah Abang, adek mau pulang ke rumah aja ya, mas," ujar Anna.

"Loh kenapa sayang?" tanya ayah Rizqi yang terkejut dengan ucapan Anna.

"Anna takut kalau ke pesantren nan—" ucapan Anna terpotong.

"Tidak akan terulang kembali, orang itu sudah Abi keluarkan dari pesantren," potong Gus Raja sembari mengelus kepala Anna.

"Jaga adek saya," ucap Abang Dyren.

"Pasti," jawab Gus Raja.

"Ternyata Abang sama seperti, mas," ucap Abi Yusuf pelan kepada umma Humai.

"Sama kenapa?" jawab umma Humai bertanya.

"Sama-sama menjaga perempuan istimewa yang di jaga oleh keluarganya," balas Abi Yusuf dengan senyuman manisnya.

"Betul mas, selain kalian berdua, Airil juga merasakan hal yang sama," ucap umma Humai.

"Hahaha, betul sekali," jawab Abi Yusuf.

"Adek pulang ke pesantren ya," bujuk ayah Rizqi.

"Adek-kan sudah menikah, harus ikut suaminya dong? Jadi adek pulang ke pesantren ya," imbuh bunda Kinza membujuk Anna.

"Betul itu, kemana pun suami adek pergi, adek harus ikut dia. Adek pulangnya ke pesantren aja ya, percaya sama suami adek," ucap mami Kanza ikut membujuk Anna.

RAJA FIRDAUS (ON GOING)Where stories live. Discover now