26. Jejak yang Mulai Terungkap

3 2 2
                                    

Setelah menerima informasi dari Bu Sari mengenai adanya dua akta kelahiran untuk Fyra, Aryan, Emily, dan Kahfi merasakan ada yang sangat tidak beres. Mereka semakin yakin bahwa ada manipulasi besar yang terjadi terkait kelahiran Fyra, terutama di rumah sakit tempat ia dilahirkan. Malam itu, keluarga mereka berkumpul di ruang tamu, membicarakan langkah selanjutnya.

Aryan duduk dengan wajah serius, sambil memegang berkas akta kelahiran yang didapat dari Bu Sari. "Aku tidak bisa berhenti berpikir, kenapa ada dua akta kelahiran yang terdaftar untuk Fyra. Ini jelas ada sesuatu yang salah sejak awal."

Emily menatap suaminya dengan penuh perhatian, meskipun hatinya masih penuh kecemasan. "Mas, kita harus selidiki lebih dalam lagi soal rumah sakit tempat Fyra dan Kahfi dilahirkan. Aku merasa rumah sakit itu menyembunyikan sesuatu."

Kahfi yang duduk di samping ibunya mengangguk setuju. "Abi, Ummi, aku juga berpikir begitu. Apalagi dulu ada perawat yang memberikan kesaksian soal tertukarnya bayi di rumah sakit itu. Mungkin perawat itu juga terlibat."

Aryan berpikir sejenak, lalu berkata, "Kita akan coba cari tahu lebih banyak soal rumah sakit itu, termasuk soal perawat yang pernah memberikan kesaksian. Kalau perawat itu ada hubungannya dengan akta kelahiran palsu, kita bisa bongkar semuanya."

Keesokan harinya, Aryan, Emily, dan Kahfi berangkat ke rumah sakit tempat Fyra dan Kahfi dilahirkan. Mereka ingin mengecek ulang semua data kelahiran yang terkait dengan Fyra dan mencari tahu lebih banyak tentang perawat yang pernah memberi kesaksian terkait tertukarnya bayi.

Setibanya di rumah sakit, Aryan langsung menemui bagian administrasi. Bu Siti, petugas administrasi yang bertugas hari itu, menyambut mereka dengan senyum formal.

"Selamat pagi, Pak Aryan. Apa yang bisa kami bantu?" tanya Bu Siti dengan sopan.

Aryan menjelaskan dengan tenang, meskipun dalam hatinya penuh ketegangan. "Kami ingin mengajukan permintaan untuk mengecek ulang dokumen kelahiran anak kami, Fyra. Ada beberapa hal yang ingin kami verifikasi."

Bu Siti tampak sedikit bingung. "Tentu saja, Pak. Tapi apa ada masalah dengan dokumen kelahirannya?"

Emily yang mendampingi suaminya menimpali, "Ya, kami menemukan ada dua akta kelahiran yang terdaftar atas nama anak kami, dan kami curiga salah satunya adalah palsu. Kami ingin memastikan semuanya benar."

Bu Siti mengangguk pelan. "Baiklah, saya akan periksa kembali arsip kami. Mohon tunggu sebentar."

Setelah beberapa menit menunggu, Bu Siti kembali dengan berkas-berkas yang tampak tebal. Dia menyerahkan berkas itu kepada Aryan.

"Ini semua data yang kami miliki terkait kelahiran anak Bapak. Sesuai dengan yang tercatat, memang ada satu insiden di hari kelahiran, dan saat itu ada kesaksian dari perawat kami, Bu Sariyah, yang menyatakan bahwa ada kemungkinan bayi tertukar."

Aryan menatap berkas itu dengan hati-hati. "Sariyah? Dia perawat yang memberikan kesaksian itu?"

Bu Siti mengangguk. "Betul, Pak. Beliau sudah pensiun beberapa tahun lalu. Tapi beliau adalah perawat senior di sini saat itu."

Kahfi yang sedari tadi mendengarkan merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Abi, perawat ini yang mengatakan Fyra tertukar dulu, kan? Bisa jadi dia terlibat dalam kasus ini?"

Emily menimpali. "Mas, sepertinya kita harus cek latar belakang perawat ini. Mungkin saja ada sesuatu yang dia sembunyikan."

Aryan, yang merasa semakin curiga dengan perawat Sariyah, memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut soal perawat itu. Dia menghubungi salah satu temannya, Pak Jaka, yang bekerja di bidang kepolisian untuk membantu mengecek latar belakang Bu Sariyah.

Beberapa hari kemudian, Pak Jaka menelepon Aryan dengan kabar yang mengejutkan.

"Aryan, aku sudah cek latar belakang perawat Sariyah. Dan hasilnya tidak begitu baik," kata Pak Jaka dengan nada serius.

"Apa yang kamu temukan?" tanya Aryan, merasa cemas.

"Perawat Sariyah pernah terlibat dalam beberapa kasus pemalsuan dokumen medis. Beberapa tahun lalu, dia sempat terlibat dalam skandal pemalsuan akta kelahiran di rumah sakit lain, dan ternyata dia pernah mendapat hukuman ringan. Tapi sepertinya kasus itu ditutup dengan cepat."

Aryan terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Jadi, dia memang terlibat dalam pemalsuan?"

"Benar," jawab Pak Jaka. "Dan yang lebih mencurigakan, ada bukti bahwa dia bekerja sama dengan orang-orang yang terlibat dalam adopsi ilegal. Ini bisa jadi bagian dari skema besar untuk mengambil bayi-bayi dari keluarga yang tidak menyadari. Aku yakin kasus ini bisa dibuka kembali jika ada bukti lebih lanjut."

Aryan merasa dadanya sesak. "Terima kasih, Jaka. Ini sangat membantu. Aku akan coba tindak lanjuti."

Malam itu, di rumah, Aryan menjelaskan semua temuan yang ia dapat kepada Emily dan Kahfi.

"Jadi, ternyata perawat yang memberikan kesaksian soal Fyra dulu terlibat dalam kasus pemalsuan dokumen." Aryan duduk di meja makan, menatap keluarganya dengan serius. "Dia pernah memalsukan akta kelahiran di rumah sakit lain, dan sepertinya ada kemungkinan besar dia melakukan hal yang sama di sini."

Emily menatap Aryan dengan mata membesar. "Jadi... bisa jadi akta yang digunakan Pak Ramdan untuk mengklaim Fyra adalah hasil dari pemalsuan perawat itu?"

Kahfi yang sudah duduk di sebelah ibunya ikut menyela. "Ini berarti kita punya bukti kuat kalau Fyra tidak seharusnya di tangan Pak Ramdan. Kalau akta kelahirannya palsu, kita bisa bawa kasus ini ke pengadilan!"

Aryan mengangguk tegas. "Benar, ini langkah selanjutnya. Kita sudah punya cukup bukti untuk menunjukkan bahwa Fyra bukan anak biologis Pak Ramdan, dan dokumen yang dia gunakan itu palsu."

Emily tersenyum kecil, meski masih ada kekhawatiran di matanya. "Mudah-mudahan ini bisa jadi jalan keluar untuk menyelamatkan Fyra. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana dia bertahan selama ini."

Kahfi menggenggam tangan ibunya. "Fyra pasti kuat, Ummi. Dia pasti bertahan. Dan kita akan segera membawanya kembali."

Aryan menghela napas panjang, lalu menatap istri dan anaknya dengan penuh keyakinan. "Ini belum berakhir. Kita akan berjuang sampai Fyra kembali ke keluarga kita."

LUMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang