Hari itu, Kahfi dan Fyra memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan mereka dengan mengunjungi panti asuhan tempat Amira tinggal sebelum diasuh oleh pemerintah. Panti asuhan itu berlokasi di pinggiran kota, jauh dari keramaian. Mereka berharap bisa menemukan petunjuk lebih lanjut tentang masa lalu Amira, terutama mengenai ibu kandungnya.
Sesampainya di sana, mereka disambut oleh seorang pengurus panti bernama Bu Nur, wanita paruh baya dengan wajah ramah yang langsung mengenali nama Amira ketika Kahfi dan Fyra menyebutkannya.
"Oh, Amira... ya, saya ingat sekali anak itu. Dia sempat tinggal di sini beberapa tahun lalu sebelum diadopsi," kata Bu Nur dengan nada penuh nostalgia.
"Diadopsi?" tanya Fyra, sedikit bingung. "Apakah Amira pernah diadopsi sebelum di bawah pengawasan pemerintah?"
Bu Nur mengangguk pelan. "Iya, ada pasangan yang mengadopsinya. Mereka tampak sangat peduli, tetapi sayangnya mereka tidak bisa merawat Amira terlalu lama. Akhirnya, dia kembali ke sini, dan setelah itu langsung diambil alih oleh pihak pemerintah. Kami tidak pernah tahu alasan pastinya."
Kahfi dan Fyra saling bertukar pandang, merasa bahwa ada sesuatu yang janggal dengan cerita ini.
"Apakah ibu kandung Amira pernah datang ke panti?" tanya Kahfi, berharap ada informasi tambahan.
Bu Nur menggeleng. "Tidak pernah. Sejauh yang kami tahu, ibu kandung Amira tidak pernah muncul atau menghubungi kami. Bahkan sejak awal, dia sudah ditinggalkan di sini oleh seseorang yang tidak kami kenal."
Mendengar itu, Fyra mulai merasa semakin curiga. "Apakah ada informasi lain yang mungkin bisa membantu kami, Bu? Mungkin sesuatu yang aneh selama Amira tinggal di sini?"
Bu Nur tampak berpikir sejenak, kemudian menggeleng lagi. "Sayangnya, tidak banyak yang bisa saya ingat. Yang jelas, Amira adalah anak yang pendiam, tapi selalu tampak menyimpan sesuatu. Mungkin ada alasan kenapa dia begitu, tapi saya tidak tahu pasti."
Setelah berbincang dengan Bu Nur, Kahfi dan Fyra berjalan keluar dari panti dengan hati penuh pertanyaan. Mereka merasa cerita tentang adopsi Amira tidak sepenuhnya jelas.
"Sepertinya ada sesuatu yang sengaja disembunyikan dari kita, Fy," kata Kahfi saat mereka berjalan menuju motor.
"Ya, aku juga merasa ada yang tidak beres. Bagaimana mungkin tidak ada satu pun informasi tentang ibu kandungnya? Seolah-olah ada seseorang yang sengaja menghilangkan jejak," jawab Fyra sambil merenung.
Kahfi menyalakan motornya, dan mereka kembali ke sekolah dengan pikiran yang penuh pertanyaan. Namun, setibanya di sekolah, mereka mulai merasa ada hal-hal ganjil yang terjadi.
Di sekolah, Fyra mengamati Amira yang sedang berbicara dengan Bu Rani, guru yang dikenal sangat perhatian. Namun, ada sesuatu yang aneh dalam interaksi mereka. Fyra memperhatikan bahwa Amira tampak gugup setiap kali berada di dekat Bu Rani. Setelah percakapan mereka selesai, Fyra mendekati Amira.
"Amira, apa kamu baik-baik saja?" tanya Fyra lembut.
Amira mengangguk cepat, tapi terlihat tidak nyaman. "Iya, Kak, aku baik-baik saja."
Fyra tidak ingin mendesak, tapi dia merasakan ada sesuatu yang tidak biasa. Sementara itu, Kahfi sedang berbincang dengan beberapa teman sekelas Amira dan mendapatkan informasi yang mengejutkan.
"Sebenarnya, Amira sering menghabiskan waktu sendirian di kelas. Dia jarang bermain dengan teman-teman sekelasnya," kata salah satu anak.
"Dia juga sering dipanggil ke ruang guru untuk berbicara dengan Bu Rani. Kami tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi Amira selalu tampak lebih sedih setelahnya," tambah anak lainnya.
Mendengar itu, Kahfi semakin yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Dia kembali menemui Fyra dan menceritakan apa yang baru saja dia dengar.
"Fy, ada yang aneh. Amira sering dipanggil Bu Rani ke ruang guru, tapi setiap kali dia keluar dari sana, dia terlihat lebih murung," kata Kahfi dengan nada khawatir.
"Kamu pikir Bu Rani menyembunyikan sesuatu?" tanya Fyra, mulai merasa cemas.
"Aku tidak tahu, tapi aku merasa kita harus lebih waspada," jawab Kahfi.
Hari-hari berlalu, dan Kahfi serta Fyra terus memperhatikan gerak-gerik Amira dan Bu Rani dengan lebih teliti. Mereka juga mencoba mencari tahu lebih banyak tentang siapa sebenarnya Bu Rani. Mereka mulai merasa bahwa ada sesuatu yang sangat salah, terutama setelah mengetahui bahwa Bu Rani pernah bekerja di panti asuhan yang sama dengan tempat Amira tinggal dulu.
Suatu hari, saat mereka sedang menyelidiki lebih jauh, mereka mendapati sebuah fakta mengejutkan. Kahfi menemukan sebuah dokumen lama di perpustakaan sekolah yang menunjukkan bahwa Bu Rani pernah menjadi wali resmi bagi beberapa anak yatim piatu, termasuk Amira. Namun, setelah beberapa tahun, semua jejak adopsi itu tiba-tiba menghilang dari catatan.
"Fy, lihat ini," kata Kahfi sambil menunjukkan dokumen yang dia temukan. "Bu Rani pernah terlibat dalam pengasuhan anak yatim di panti asuhan yang sama dengan Amira. Tapi anehnya, semua catatan tentang itu hilang begitu saja."
Fyra terkejut. "Apa maksudnya? Apakah Bu Rani berusaha menutupi sesuatu?"
"Kita harus lebih berhati-hati. Aku khawatir ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di sini," jawab Kahfi dengan wajah serius.
Keesokan harinya, Kahfi dan Fyra berusaha mendekati Amira dengan lebih hati-hati. Mereka tahu bahwa Amira mungkin masih takut untuk berbicara terbuka, tetapi mereka juga tahu bahwa Amira membutuhkan bantuan mereka.
"Amira, kalau kamu merasa ada yang ingin kamu ceritakan, kami selalu ada untuk kamu," kata Fyra lembut saat istirahat makan siang.
Amira menunduk, tampak bimbang. "Aku... aku tidak tahu harus bilang apa, Kak."
"Kamu tidak perlu terburu-buru. Tapi kami ingin kamu tahu, apapun yang terjadi, kamu tidak sendirian," kata Kahfi dengan senyum meyakinkan.
Amira tersenyum kecil, tapi matanya masih menyiratkan kebingungan.
Kahfi dan Fyra tahu bahwa mereka tidak bisa memaksa Amira untuk terbuka begitu saja. Mereka harus menunggu momen yang tepat, sambil terus mencari petunjuk tentang masa lalu Amira dan hubungan misteriusnya dengan Bu Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMEN
Fiksi UmumDalam dunia yang dipenuhi dengan bayang-bayang dan misteri, dua saudara kembar, Fyra dan Kahfi, terjebak dalam perjalanan penemuan jati diri yang penuh liku. Dibesarkan dalam keluarga yang memiliki harapan besar, mereka berdua menghadapi tekanan unt...