38. Jejak Misterius Bu Rani

2 1 0
                                    

Hari itu, saat Kahfi dan Fyra masih sibuk mengumpulkan informasi tentang Amira, mereka mendengar sebuah rumor yang beredar di antara siswa-siswa senior di sekolah. Rupanya, ada sesuatu yang misterius tentang Bu Rani, guru mereka yang terkenal ramah dan perhatian.

"Kalian dengar belum? Bu Rani itu katanya dulu punya masalah besar sebelum dia jadi guru di sini," bisik seorang siswa saat Kahfi dan Fyra sedang berjalan menuju kantin.

"Masalah? Maksudnya apa?" tanya Fyra, penasaran.

Siswa itu melirik sekeliling, memastikan tidak ada orang lain yang mendengar, lalu berbisik lagi. "Katanya dulu dia sempat menghilang beberapa tahun sebelum tiba-tiba muncul kembali dan mengajar di sini. Tapi nggak ada yang tahu dia kemana atau kenapa dia menghilang."

Kahfi menatap Fyra dengan alis berkerut. "Maksudnya apa dia menghilang?"

Siswa itu mengangkat bahunya. "Nggak ada yang tahu pasti. Aku cuma dengar dari kakak kelasku. Kabarnya, dia sempat terlibat masalah pribadi yang berat, tapi nggak ada yang berani nanya langsung."

Setelah mendengar rumor itu, rasa penasaran Kahfi dan Fyra semakin bertambah. Meski informasi tersebut tampaknya belum terkait langsung dengan Amira, mereka merasa ada kemungkinan hubungan antara masa lalu Bu Rani dengan sikap misterius yang sering dia tunjukkan.

Sore harinya, Kahfi dan Fyra memutuskan untuk membahas lebih dalam tentang rumor tersebut.

"Kamu percaya nggak sih, Fy, kalau Bu Rani sebenarnya punya masa lalu kelam?" tanya Kahfi, matanya berfokus pada Fyra yang tampak sedang berpikir keras.

"Aku nggak tahu, Fi. Tapi rasanya terlalu kebetulan kalau ini nggak ada hubungannya sama Amira. Kita baru saja menyelidiki masa lalu Amira, dan tiba-tiba rumor tentang Bu Rani ini muncul," jawab Fyra.

Kahfi mengangguk pelan, setuju. "Iya, mungkin ada benang merah yang belum kita lihat."

Keesokan harinya, mereka berusaha mencari tahu lebih banyak tentang Bu Rani. Mereka memulai dengan bertanya secara halus kepada beberapa guru lain yang lebih senior.

"Kalian tanya soal Bu Rani?" tanya Pak Wisnu, guru olahraga yang sudah lama mengajar di sekolah. "Bu Rani orang yang baik, dia sangat peduli sama murid-muridnya. Tapi saya dengar dia memang pernah mengalami masa yang sulit sebelum bekerja di sini."

"Apa yang terjadi, Pak?" tanya Fyra, berusaha agar pertanyaannya terdengar biasa.

Pak Wisnu tampak ragu sejenak sebelum menjawab, "Yang saya dengar sih, dia sempat menghilang beberapa tahun. Tapi setelah kembali, dia langsung fokus jadi guru dan nggak pernah bicarakan tentang masa lalunya lagi."

Kahfi menatap Fyra, semakin yakin bahwa rumor yang mereka dengar memang ada kebenarannya. Setelah berbicara dengan Pak Wisnu, mereka merasa semakin perlu untuk mencari tahu lebih banyak. Mereka tahu bahwa Bu Rani adalah kunci penting dalam penyelidikan mereka, meski belum jelas bagaimana hal itu terkait dengan Amira.

Beberapa hari kemudian, saat istirahat makan siang, Kahfi dan Fyra memutuskan untuk kembali mengamati interaksi antara Amira dan Bu Rani. Mereka memperhatikan bahwa Bu Rani sering memanggil Amira untuk berbicara secara pribadi. Namun, Amira selalu tampak lebih sedih setiap kali selesai berbicara dengan Bu Rani.

"Fy, lihat Amira. Setiap habis bicara sama Bu Rani, dia kelihatan makin murung," bisik Kahfi sambil melirik ke arah Amira yang berjalan menjauh dari ruang guru.

Fyra mengangguk. "Iya, aku perhatiin juga. Sepertinya ada sesuatu yang lebih dalam antara mereka berdua. Mungkin kita harus cari tahu lebih banyak tentang hubungan mereka."

Setelah jam pelajaran selesai, Kahfi dan Fyra mendekati Amira yang sedang sendirian di taman sekolah.

"Amira, kamu baik-baik saja?" tanya Fyra, mencoba membangun kepercayaan.

Amira mengangguk pelan, tapi matanya tidak menunjukkan keceriaan. "Iya, Kak. Aku baik-baik saja."

"Kalau ada yang ingin kamu ceritakan, kami selalu ada untuk mendengarkan," tambah Kahfi dengan nada lembut.

Amira tampak bimbang sejenak sebelum berkata, "Bu Rani sering berbicara sama aku. Dia... dia selalu menanyakan tentang masa laluku, tapi aku sendiri nggak ingat banyak."

"Kenapa dia menanyakannya?" tanya Fyra, bingung.

Amira menggeleng. "Aku nggak tahu, Kak. Dia selalu bilang kalau dia ingin membantuku, tapi aku jadi merasa semakin tertekan setiap kali kami bicara."

Kahfi dan Fyra bertukar pandang. "Amira, kalau kamu merasa nggak nyaman dengan pembicaraan itu, kamu nggak harus terus-terusan ikutinya," kata Kahfi lembut. "Kami di sini untuk membantumu."

Malam harinya, Kahfi dan Fyra berdiskusi lagi. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa masa lalu Bu Rani mungkin lebih kelam daripada yang mereka duga. Mereka mulai merasa bahwa Bu Rani mungkin tahu lebih banyak tentang masa lalu Amira daripada yang dia akui.

"Aku curiga kalau Bu Rani sebenarnya punya hubungan khusus dengan Amira," kata Fyra.

"Maksudmu, mungkin dia ada kaitannya dengan ibu kandung Amira?" tanya Kahfi.

"Mungkin saja. Kita belum tahu pasti, tapi bisa jadi ada sesuatu yang lebih besar yang sedang dia sembunyikan," jawab Fyra, mengangguk.

Beberapa minggu kemudian, Kahfi dan Fyra mulai mencari informasi lebih lanjut di arsip sekolah, berharap menemukan petunjuk tentang masa lalu Bu Rani. Mereka menemukan sebuah berkas yang menunjukkan bahwa Bu Rani pernah terlibat dalam beberapa program bantuan sosial yang berfokus pada anak-anak yatim piatu, termasuk program yang mengurus adopsi anak-anak dari panti asuhan.

"Fy, lihat ini," kata Kahfi sambil menunjukkan dokumen itu. "Bu Rani pernah terlibat dalam program adopsi. Mungkin dia tahu lebih banyak tentang Amira daripada yang kita duga."

"Ini semakin menarik, Fi," jawab Fyra dengan mata berbinar. "Tapi kita harus berhati-hati. Kita nggak bisa langsung menuduhnya."

Kahfi mengangguk. "Tentu, kita harus punya bukti yang lebih kuat."

Namun, meski mereka semakin dekat dengan kebenaran, mereka juga mulai merasa semakin terancam. Seolah-olah ada kekuatan yang lebih besar yang berusaha menutupi semua jejak ini.

Beberapa hari kemudian, mereka mendengar sebuah berita mengejutkan. Seorang mantan pegawai panti asuhan, yang pernah bekerja bersama Bu Rani, tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Hal ini semakin memperkuat keyakinan Kahfi dan Fyra bahwa ada sesuatu yang disembunyikan, dan mereka semakin bertekad untuk mengungkap kebenarannya.

"Fi, aku rasa kita sudah semakin dekat," kata Fyra dengan nada tegas.

"Tapi kita harus lebih waspada. Aku punya firasat buruk tentang ini," jawab Kahfi, merasa gelisah.

LUMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang