PROLOG

350 41 191
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Janur kuning, tenda biru, dan juga perhelatan pesta pernikahan benar-benar digelar di halaman rumah Keluarga Kanigara yang sangat luas. Tiga kursi pelaminan telah terisi komplit oleh tiga pasang pengantin yang pagi itu dinikahkan bergantian secara sah oleh penghulu. Senyum bahagia terpancar jelas di wajah mereka, begitu pula di wajah orangtua masing-masing yang mendampingi sejak tadi. Tidak ada satu pun yang terlihat lebih mencolok dari yang lainnya, di antara ketiga pasangan pengantin tersebut. Semuanya sama-sama tampan dan cantik, sehingga sulit bagi para tamu memilih mana pasangan pengantin terbaik hari itu.

Karel duduk bersama Ailin. Keduanya sama-sama mendekap Siomay dan Bakpau yang hari itu terlihat sangat manis. Revan datang tak lama kemudian bersama Zyana, sambil membawa Pangsit dan Dimsum yang kelihatan sangar di mata siapa pun. Dua kucing jantan itu jelas lebih terlihat garang daripada manis, meskipun keduanya sama-sama menggemaskan bagi Zyana.

"Di antara kalian berdua sudah ada yang tahu, siapa nama angsa putih yang Samsul hadiahkan pada Ruby di hari pernikahan mereka?" tanya Revan.

"Ruby memberinya nama Tumpeng, Van. Tadi dia bilang sama aku ketika menerima angsa putih itu dari Samsul setelah ijab-kabul," jawab Ailin.

"Hah? Tumpeng? Waduh ... berarti kita sekarang enggak bisa sembarangan ngomong 'potong tumpeng', dong, meski ada di tengah acara ulang tahun atau acara peresmian? Nanti Ruby dan Samsul bisa tersinggung," tanggap Zyana, tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya.

Karel, Revan, dan Ailin pun langsung tertawa, usai mendengar tanggapan Zyana.

"Kalau cuma Samsul dan Ruby yang tersinggung, sih, enggak masalah Zya. Yang repot itu kalau Tumpeng-nya langsung yang tersinggung. Bisa disosor kita sambil dikejar-kejar," balas Karel, yang sudah membayangkan lebih dulu betapa gilanya keadaan ketika dikejar angsa.

"Oh ya, Nadin dan Iqbal belum kembali ke sini?" tanya Revan lagi.

"Belum, Van. Niki sedang merajuk gara-gara Om Vano mematahkan mahkotanya pagi tadi. Sekarang Iqbal dan Nadin masih berusaha membujuknya bersama Bakso dan Bakmi," jawab Ailin.

Revan langsung memejamkan kedua matanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ia sudah tahu bagaimana kacaunya keadaan, jika anak perempuan paling bungsu sedang merajuk akibat barang favoritnya dirusak oleh seseorang. Ia pernah melalui itu saat Reva masih kecil. Reva merajuk berjam-jam dan mengabaikannya, meski yang rusak hanyalah sebuah jepit rambut kecil yang harganya sangat murah.

"Kasihan Iqbal dan Nadin. Mereka pasti merana sekali hari ini, akibat ulah Om Vano," ungkap Revan, apa adanya.

"Ya ... ya ... kamu jelas benar, Revan," sahut Rere, yang ternyata ada di belakangnya sejak tadi.

Revan dan Zyana pun berbalik ke belakang. Keduanya melihat bahwa Vano saat itu sedang berupaya tidak menjerit kesakitan, akibat ujung cambangnya sedang ditarik oleh Rere dengan penuh keikhlasan.

"Ampun, sweetie ... honey pie ... love of the last one minute of my life," mohon Vano.

Karel dan Revan langsung teringat Iqbal dalam sekejap, usai mendengar rayuan maut yang Vano keluarkan untuk Rere. Sayangnya, Rere tidak mengindahkan rayuan maut Vano kali itu. Rere tetap fokus pada Revan, karena ia merasa lebih baik bicara dengan Revan daripada dengan Vano.

"Gara-gara Om kamu yang ceroboh ini, akhirnya Niki harus merajuk berjam-jam dan tidak mau makan! Sekarang, kalau dia sampai menyentuh sedikit saja makanan padahal Niki belum berhenti merajuk, maka Tante akan menarik ujung cambangnya sampai minggu depan!" tegas Rere, tak main-main.

BANASPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang