- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Nyai Murti telah sejak tadi kembali membuat wujudnya tidak nampak. Giman jelas bukan orang-orang yang memiliki kemampuan mata seperti Karel, Samsul, ataupun Nadin. Dia hanya bisa melihat banaspati peliharaannya sendiri, dan tetap tidak bisa melihat makhluk-makhluk halus lain di sekitarnya. Bahkan Iqbal pun tidak lagi bisa melihat wujud Nyai Murti ketika menoleh ke arah atap rumah Firdaus. Namun pria itu selalu tahu, di mana Nyai Murti berada meski sedang tak menampakkan wujud. Ada insting tersendiri dalam diri Iqbal, ketika sesosok kuntilanak berada di dekatnya.
Nyai Murti pun tahu kalau saat ini Iqbal sudah membuat rencana. Ia bisa melihat Karel telah mundur ke belakang, lalu bergabung dengan Samsul, Ruby, dan Revan. Nyai Murti segera melayang pelan dari atap, hingga tiba di halaman rumah itu. Berada di sisi Iqbal yang malam itu akan melawan Giman adalah hal yang sangat ia nantikan. Meski ia tetap harus menjaga jarak agar tidak merasa kesakitan akibat pengaruh menakutkan dari diri Iqbal, hal itu sama sekali tidak menyurutkan niatnya untuk memberi Iqbal bantuan.
Kali itu Nyai Murti tidak tertawa seperti biasanya. Ia memilih bungkam agar Giman tidak tahu soal keberadaanya. Karel dan Samsul bisa melihat bahwa kuntilanak itu tetap menjaga jarak dari Iqbal, meski akan membantunya menghadapi Giman. Revan dan Ruby ikut melirik ke arah yang sedang ditatap oleh Karel dan Samsul. Mereka merasa heran, karena tempat yang ditatap oleh kedua pria itu sama sekali tidak ada apa pun. Namun tatapan keduanya tampak begitu serius, seakan ada sesuatu yang penting pada tempat itu.
"Kalian sedang melihat apa? Kok, kelihatannya serius sekali?" tanya Ruby, berbisik.
"Nyai Murti, By. Dia baru saja turun dari atap rumah Pak Firdaus," jawab Karel.
"Dia sepertinya akan membantu Iqbal, Dek Ruby, meski dia tetap menjaga jarak seperti biasanya," tambah Samsul.
"Anggap saja jaga jarak itu adalah hal yang wajar. Mungkin Nyai Murti berprinsip kalau Iqbal bukanlah mahromnya, sehingga dia harus selalu jaga jarak dari Iqbal," ujar Revan, berusaha mengurangi ketegangan malam itu.
Samsul, Karel, dan Ruby langsung menatapnya dengan gemas. Revan berusaha untuk tidak menatap ke arah mereka, karena tahu bahwa kali ini ia jelas akan menerima omelan yang panjang.
"Van? Kamu masih waras, 'kan?" Karel ingin memastikan.
"Jangan sampai aku culik Zya saat pulang nanti, ya, Van. Kalau sampai Zya aku culik, kamu tidak akan bisa menemuinya selama dua minggu meski berusaha mencari keberadaannya," ancam Ruby, tetap lemah lembut seperti biasanya.
"Kenapa cuma mengancam, sih, Dek Ruby. Langsung dilaksanakan saja, 'kan, bisa," dukung Samsul.
Revan memilih pura-pura tidak dengar ancaman itu. Giman terlihat memberi tanda pada banaspati yang masih melayang-layang di atas sana agar segera turun. Banaspati itu benar-benar turun tak lama setelahnya, lalu mencoba menyerang ke tengah-tengah mereka bertujuh. Karel dan Samsul dengan sigap menahan serangan banaspati itu dengan energi mereka, sementara Nyai Murti langsung melemparkan batu berukuran sedang ke arah kepala Giman dengan telak.
BUGHHH!!!
"Uh!!! Mantap serangannya!!!" puji Reva, yang tak menduga kalau Giman akan tumbang dan tersungkur mendadak.
Nadin langsung menoleh ke arah Iqbal sambil menahan tawa.
"Bisa jangan langsung diulti, enggak? Aku dan Reva kaget, loh, My Prince," ungkapnya, jujur.
Iqbal langsung mengangkat kedua tangannya seraya tersenyum malu-malu.
"Aku enggak ikutan, My Princess. Ngomong sama yang bersangkutan pun belum aku lakukan sejak tadi," balas Iqbal, apa adanya.
Karel dan Samsul mendorong banaspati itu sekuat tenaga, agar kembali ke atas dan menjauh sementara waktu. Setelah banaspati itu benar-benar terdorong oleh energi mereka, Revan dan Ruby langsung mengeluarkan senjata masing-masing untuk memberikan serangan balik ketika banaspati kembali mendekat. Karel mengalirkan energinya ke tubuh Revan, sementara Samsul mengalirkan energi ke tubuh Ruby. Banaspati itu benar-benar kembali menyerang ke arah mereka. Namun kali ini wujud apinya telah tertebas lebih dulu oleh samurai pendek milik Samsul yang Ruby gunakan serta parang perak milik Revan.
SLAASSSHHHH!!! SLAASSSHHHH!!! SLAASSSHHHH!!!
Banaspati itu langsung mundur dan kembali melayang-layang di atas. Ia benar-benar memilih mundur, karena merasakan ada yang tidak beres pada wujudnya setelah terkena serangan. Giman berusaha bangkit, setelah kepalanya terhantam oleh batu dan berdarah. Ia merasa kaget, karena mendadak ada batu yang melayang ke arahnya dari samping. Padahal sejak tadi, ia yakin sekali kalau di antara ketujuh orang di hadapannya tidak ada yang memegang batu.
"Siapa yang menyerangku dengan curang seperti itu??? Siapa di antara kalian pelakunya???" amuk Giman, sambil menahan sakit pada kepalanya.
BRUAKHHH!!! GRONTRANGGG!!!
Nyai Murti kembali menyerang Giman menggunakan pagar yang ada di belakang laki-laki itu. Pagar itu ia buat terbuka dan tertutup dengan cepat, menyambar kepala Giman sekali lagi hingga kembali tersungkur di tanah. Kali ini, wajah Giman yang lebih dulu mendarat di tanah daripada tubuhnya.
"Alamak! Dibikin nyungsep juga dia, sekarang," Reva kembali mengutarakan rasa kagetnya.
"Va, udah Va. Kamu yang kaget, aku yang jantungan," pinta Nadin, sambil mengusap-usap dadanya.
Iqbal hanya bisa terkikik geli, saat melihat bagaimana menderitanya Giman saat itu. Ia jelas tidak bisa menghentikan Nyai Murti, karena itu adalah keinginannya sendiri untuk menyerang Giman.
"Woy!!! Jangan makan gaji buta, ya!!! Cepat, cari jimat di badan si tua bangka enggak tahu diri itu!!! Mumpung dia lagi semaput!!!" titah Samsul.
"Heh! Siapa yang makan gaji buta? Enggak lihat, hah, aku sudah menghunus pedang jarumku dari tadi meski enggak jadi-jadi menyerang!" omel Reva.
"Aku enggak marahin kamu, Kakak iparku yang galak! Aku lagi marahin Suaminya Nadin! Lihat, tuh! Cekikikan saja kerjanya dia dari tadi!" jelas Samsul.
"Ih, kamu itu kok sirik melulu sih, Sul? Aku enggak cekikikan, kok, dari tadi. Aku cuma tertawa diam-diam saja, biar enggak ada yang sadar," sahut Iqbal.
Giman kembali berusaha bangkit. Ia mendengar pembicaraan itu, lalu sadar kalau jimat agungnya sedang diincar oleh orang-orang yang ia hadapi. Sebisa mungkin, ia akan mempertahankan jimat agung itu pada dirinya. Ia tidak boleh kalah, karena itu hanya akan merusak reputasinya sebagai orang terkuat yang sudah bertahun-tahun memelihara banaspati.
"Kusodewo!!! Turun dan habisi mereka dengan apimu!!!" perintah Giman, tak mau lagi menahan-nahan diri.
Banaspati itu mendengar perintah tersebut. Ia tidak bisa menghindar dari perintah, meski tahu bahwa ia akan menghadapi keadaan yang sama dengan keadaan sebelumnya.
"Halah! Mental pengecut! Beranimu cuma menyuruh-nyuruh setan! Bangun cepat! Enggak usah manja dan hadapi aku!" tantang Reva, yang sudah siap mencabik-cabik lawannya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
BANASPATI
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 5 Baru beberapa hari melewati hari sebagai pengantin baru, Ruby langsung menerima pekerjaan yang kali itu sangatlah mendesak. Mendesaknya pekerjaan itu dikarenakan telah jatuhnya korban yang meninggal secara tida...