25 | Mengakhiri

559 66 6
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Iqbal benar-benar berjalan perlahan, untuk menyeimbangkan langkahnya saat menuju ke arah Karel. Samsul dan Ruby segera memberinya jalan. Jimat agung yang dipegang oleh Iqbal menggunakan sapu tangan itu tidak boleh terjatuh, seperti yang sudah Karel minta tadi. Apa yang Iqbal lakukan membuat amarah Giman kembali meluap. Dirinya terkapar di tanah dengan tubuh terikat kuat, namun tidak mendapat pertolongan sama sekali. Sementara ketujuh orang yang sejak tadi ia hadapi dan telah menyerang dirinya habis-habisan, kini berencana ingin membuat ia kehilangan ilmu hitam yang telah ia pelajari selama bertahun-tahun.

"Lepaskan aku!!! Jangan hancurkan usaha kerasku selama ini!!! Jangan buat pengorbananku sia-sia!!!"

Revan berusaha menahan amarahnya sekuat tenaga. Jika bukan karena janjinya terhadap anggota tim yang lain--bahwa ia akan selalu menjaga emosinya agar tidak meluap berlebihan ketika sedang bekerja--maka sudah sejak tadi ia akan membuat Giman membisu dengan caranya. Sayangnya, ia telah berjanji dan pantang baginya untuk ingkar.

Saat tiba di hadapan Karel, Iqbal pun segera menyerahkan jimat yang dipegangnya ke tangan pria itu. Karel menerima jimat tersebut dengan tangan kosong. Ia kemudian segera mendekat pada Samsul dan Nadin, karena mereka berdua yang akan membantunya menghancurkan jimat agung tersebut.

"Setelah jimatnya hancur, tidak ada lagi yang akan bisa dilakukan oleh Pak tua itu, 'kan?" tanya Iqbal.

"Ya. Insya Allah tidak akan ada lagi yang bisa dilakukan oleh Pak tua itu setelah jimat ini hancur," jawab Karel.

"Dan setelah jimatnya hancur, apa rencanamu terhadap banaspati yang saat ini sedang terkurung itu, Rel?" Ruby ikut bertanya.

"Aku akan mengirim banaspati itu ke tempat asalnya, By. Di tempat asalnya, akan aku kurung dia dengan salah satu ajian yang aku kuasai. Dengan begitu, Insya Allah tidak akan ada satu manusia pun yang bisa membuatnya bebas lagi seperti sebelumnya."

Semua anggota timnya langsung menganggukkan kepala dengan kompak. Mereka kini paham dengan apa yang sudah Karel rencanakan. Karel pun kini berlutut di pinggir halaman. Ia sudah siap untuk menghancurkan jimat yang ada di tangannya tersebut. Namun sebelumnya, ia menatap lagi ke arah Revan yang masih berdiri di dekat tempat tubuh Giman terkapar. Revan tidak boleh berada di sana saat jimat agung itu sedang dihancurkan. Karena Karel belum tahu, apakah ada hal buruk yang terjadi atau tidak pada Giman ketika jimat agungnya dihancurkan.

"Revan! Segeralah mundur yang jauh dari sana!" seru Karel.

"Oke, Rel! Aku akan mundur!" sahut Revan.

Tatapan Revan kembali tertuju pada Giman. Ia terus menatapnya sambil berjalan mundur dan menjauh dari laki-laki itu.

"Aku akan tetap mengawasimu meski diminta menjauh! Jadi, jangan berulah!" tegasnya.

Revan sudah menjauh dari tempat Giman berada. Giman kembali berusaha melepaskan diri, meski baru saja diberi peringatan oleh Revan. Rasa sakit pada sekujur tubuhnya dan ikatan yang kuat menghalangi keinginannya tersebut. Jimat agung yang selama ini ia simpan baik-baik demi menjaga ilmu hitamnya untuk mengendalikan banaspati, sudah tidak lagi bisa direbut. Semuanya sudah terlambat, karena Karel kini telah siap memusnahkan jimat itu.

Karel menatap ke arah Samsul dan Nadin yang kini ada di sisinya. Keduanya tampak sudah siap mendengarkan arahan dari pria itu, untuk ikut menghancurkan jimat agung milik Giman.

"Nadin, tugasmu adalah melingkupi area di sekitarku dan Samsul dengan energi yang besar. Samsul dan aku akan sama-sama menghancurkan jimat ini, karena jimat ini tidak bisa dihancurkan sendirian olehku. Jimatnya harus dihancurkan dari dua sisi, agar benar-benar bisa musnah seperti yang kita harapkan. Dan kenapa kamu harus melingkupi kami berdua saat sedang menghancurkan jimat ini, alasannya hanya satu, yaitu menghindari terburainya serpihan-serpihan jimat ini ke arah Iqbal, Ruby, dan Reva. Hal itu akan membahayakan mereka, apabila sampai terjadi," jelas Karel.

"Oke, Rel. Aku paham. Apakah sebaiknya aku mulai dari sekarang, melingkupi kalian berdua dengan energiku?" tanya Nadin.

"Ya. Lakukanlah sekarang," jawab Karel.

Nadin segera mengeluarkan energi yang besar untuk melingkupi Samsul dan Karel. Iqbal segera membawa Reva dan Ruby untuk mundur beberapa langkah. Pria itu seakan tahu, bahwa ada hal yang harus dihindari ketika jimat agung itu tengah dihancurkan.

"A'udzubillahi minasy-syaithaanirrajiim. Bismillahirrahmanirrahim. Bismillahilladzi la yadurru ma'a ismihi shay'un fil ardi wa la fis sama'i wa huwassami'ul 'alim," lirih Karel.

Karel dan Samsul segera memusatkan energi mereka pada jimat tersebut. Jimat yang berada di atas tangan Karel itu bergetar dan terlihat mulai retak perlahan. Benar saja, serpihan-serpihan jimat itu mulai terpental pelan-pelan ke berbagai arah. Seandainya Karel tidak meminta Nadin untuk melingkupi mereka dengan energinya, maka serpihan-serpihan itu bisa terpental sangat jauh dan melukai seseorang.

BLAAMMM!!!

Jimat agung itu hancur tak lama kemudian. Giman bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang hilang dari dirinya, sehingga kini ia benar-benar tidak lagi merasakan adanya aliran kekuatan ilmu hitam di dalam tubuhnya seperti yang biasa ia rasakan. Semua pengorbanannya menjadi sia-sia. Semua menjadi tidak ada artinya lagi, setelah jimat agung yang ia jaga selama ini dihancurkan tanpa sisa.

"Alhamdulillahi rabbal 'alamiin!!!" ucap Samsul, Nadin, dan Karel dengan kompak.

Mereka bertiga merasa sangat lega, setelah menghancurkan jimat agung milik Giman.

"Alhamdulillah, Ya Allah. Akhirnya jimat itu sudah hancur tak bersisa," ungkap Reva, merasa sangat lega.

Kini tatapan mereka terarah ke arah banaspati yang masih terkurung dengan ajian milik Karel. Karel segera mendekat pada kurungan itu, setelah meminta Samsul dan Nadin menjauh darinya.

"Mundurlah. Aku yang akan mengurus banaspati itu dan mengurungnya ke tempat dia berasal," pinta Karel.

"Ya. Kami akan mundur," sahut Nadin.

Iqbal langsung memeluk Nadin dengan erat, sementara Samsul kini tersenyum jahil ke arah Ruby yang ada di sisi Reva. Karel sendiri telah berada di dekat banaspati yang akan segera ia kirim ke tempat asalnya. Kedua tangannya terbuka. Ajian pengunci ia keluarkan sambil berdoa dalam hati, dengan harapan bahwa banaspati itu tidak akan lagi bisa bebas seperti sebelumnya.

"Bismillahirrahmanirrahim," lirih Karel, lalu mendorong ajian pengunci ke arah banaspati di hadapannya hingga menghilang dalam sekejap.

Setelah banaspati itu benar-benar lenyap, Giman langsung kehilangan kesadaran. Dia tidak kehilangan nyawa, hanya saja kemungkinan dia akan lumpuh seumur hidup akibat tidak ada lagi yang bisa menopang dirinya setelah ilmu hitam tak lagi mengaliri seluruh tubuhnya. Karel berbalik, lalu menatap pada satu arah yang tampak memerah dan berasap.

"Ruby, katakan pada Pak Tirta untuk mencoba hubungi pemadam kebakaran. Ya ... siapa tahu saja rumah kontrakan yang disewa oleh Pak Giman masih bisa dipadamkan. Meski aku sebenarnya tidak yakin sama sekali," ujar Karel.

"Ya. Mencoba jelas tidak ada salahnya," tanggap Revan, yang sama tidak yakinnya dengan Karel.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

BANASPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang