1 | Insiden

328 49 96
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Niki akhirnya keluar dari rumah Keluarga Kanigara, setelah Iqbal dan Nadin berhasil membujuknya untuk berhenti merajuk. Gadis itu berjalan ke arah Zyana dan langsung memeluknya sambil menekuk wajah. Dimsum berpindah ke pangkuan Revan, seakan tahu kalau Niki lebih butuh memeluk Zyana saat itu daripada dirinya.

"Duh ... gadis cantik kesayangan aku, kok, masih cemberut, sih? Senyum, dong. Masa kalah sama Siomay dan Bakpau? Tuh, lihat, Siomay dan Bakpau saja rajin senyum, loh," goda Zyana, sambil membalas pelukan Niki dengan gemas.

"Mahkotaku, Zya. Mahkotaku dipatahin sama Ayah," adu Niki.

"Iya, aku tahu. Nanti kita beli lagi, ya. Kita cari sama-sama biar kamu bisa pilih mahkota baru yang kamu suka," bujuk Zyana, sambil mencubit ujung hidung Niki dengan lembut.

"Mahal, Zya. Itu saja aku belinya harus nabung dulu, loh."

"Sudah, Nik. Nanti Abang yang beliin mahkota barunya," Iqbal kembali membujuk.

"Iya, Nik. Nanti kamu tinggal pilih saja. Aku dan Iqbal yang akan bayar," tambah Nadin, sambil mengusap-usap kepala Bakmi yang masih mengunyah selada.

Niki pun tidak lagi mengeluarkan nada-nada merajuknya. Ia melepaskan Zyana dari pelukannya, saat ada pesan yang masuk ke ponselnya. Zyana kembali memeluk Dimsum setelah mengambilnya dari Revan, sementara Niki kini terlihat bangkit dari kursi yang didudukinya di samping Zyana.

AGI
Assalamu'alaikum, Nik. Aku ada di gerbang rumah Keluarga Kanigara. Ini kado dan amplopnya apa aku titip saja di tempat penerima tamu, ya?

Niki memilih untuk segera merekam voice note, agar teman kuliahnya itu bisa segera mendengar jawabannya.

"Wa'alaikumsalam, Gi. Amplopnya saja yang kamu masukkan ke kotak di tempat penerima tamu. Kadonya bawa ke sini, biar kamu bisa kasih langsung ke Sandy, Sammy, dan Oliv."

Semua menatap gadis itu, karena ingin tahu dengan siapa dia bertukar pesan saat ini.

"Siapa, Nik?" tanya Zyana.

"Agi, Zya. Dia baru sampai di gerbang katanya. Aku susul dia dulu, ya," pamit Niki, setelah memberi jawaban.

"Oh, iya. Cepatlah susul. Nanti takutnya Agi bingung mau ambil jalan ke arah mana saking luasnya halaman ini," tanggap Zyana.

Niki segera beranjak menuju ke arah gerbang. Revan kini menatap ke arah Zyana, seakan ingin mendapat penjelasan soal siapa itu Agi yang baru saja dibicarakan bersama Niki.

"Kamu kenal sama yang namanya Agi, Sayang?" tanya Revan.

"Iya. Dia teman sekelasnya Niki. Sammy, Sandy, dan Oliv juga kenal dia, kok. Dia salah satu penerima beasiswa di kampus. Niki sering mengajak Agi bergabung dengan kami, karena dia selalu saja jadi sasaran suruh-suruh anak-anak kaya yang ada di kelas mereka. Dengan mengajak Agi bergabung dengan kami, akhirnya enggak ada lagi yang berani suruh-suruh dia seperti pembantu," jawab Zyana, apa adanya.

"Oh ... Agi yang hampir dikerjain sama si Bambang kopyor dari jurusan teknik semester empat bukan, sih?" tanya Ailin.

"Iya. Agi yang itu," jawab Zyana.

"Mm ... wajar, sih, kalau Niki merasa harus menyelamatkan dia. Sumpah, ya, perlakuan orang-orang yang merasa kaya di kampus tuh benar-benar keterlaluan terhadap Agi. Enggak manusiawi," ujar Ailin, sambil mendekap Bakpau dengan erat.

"Oh, ya? Kok aku dan Karel enggak tahu, ya?" heran Revan.

"Karena kejadiannya terjadi saat kamu dan Suamiku sedang pergi kerja, Van. Yang tahu kejadian itu tuh, ya, cuma kita-kita saja. Sandy, Sammy, dan Oliv juga tahu, kok. Oliv malah yang akhirnya ngasih pelajaran ke si Bambang kopyor biar enggak gangguin Agi lagi," jelas Ailin.

"Makanya sekarang Agi jauh lebih aman saat berkumpul bersama kami, Van. Kasihan. Kami enggak bisa diam saja, setelah melihat apa yang hampir terjadi sama dia beberapa minggu lalu," tambah Zyana.

Niki muncul tak lama kemudian bersama Agi. Gadis itu terburu-buru memberikan kado ke tangan Revan, karena dirinya sedang panik akibat tangan Agi yang terluka dan berdarah.

"Pegang, Van! Pegang!" pinta Niki.

"Astaghfirullah! Tanganmu kenapa, Dek?" kaget Revan, saat matanya tertuju pada Agi.

"Bang Iqbal! Tolong ambilin air, Bang," lanjut Niki, sambil meraih tisu milik Ailin yang terdekat bisa ia raih.

Iqbal langsung membuka sebotol air dan membantu Niki membasuh luka di tangan Agi dengan cepat. Nadin juga segera berlari ke mobil untuk mengambilkan kotak berisi obat-obatan.

"Aku habis pukul orang yang mau merusak rem mobil, Abang," jawab Agi apa adanya, saat bertemu tatap dengan Revan.

"Hah? Ada yang mau merusak rem mobil aku? Siapa? Kamu kenal orangnya?" Revan semakin kaget.

Agi pun mengangguk, lalu menatap ke arah Zyana. Perasaan Zyana pun seketika langsung tidak enak, setelah melihat arah tatapan Agi.

"Mantan suamimu, Zya. Dia ada di depan tadi, dan hampir berhasil merusak rem pada mobil ... mm ... aku enggak tahu namanya Abang ini siapa. Mana mantan suamimu bawa-bawa makhluk halus pula, di sampingnya."

"Hah??? Serius, Gi??? Kamu tahu dari mana kalau itu adalah ...."

"Aku, Zya," potong Niki, sambil menyeka airmatanya. "Aku yang kasih tahu Agi kalau orang itu adalah mantan suami kamu. Aku juga lihat saat dia hampir merusak rem mobilnya Revan, Zya."

Zyana langsung bangkit dari kursinya dan memeluk Niki erat-erat. Revan menyimpan kado-kado yang ia pegang, lalu membantu Iqbal mengurus tangan Agi yang harus segera diobati dan dibalut perban. Zyana berupaya menenangkan Niki, karena ia tahu betul bahwa gadis itu pasti merasa terguncang setelah bertemu langsung dengan Dani.

"Kalau Agi enggak lihat duluan, curiga sama gerak-gerik, dan kalau bukan karena ada makhluk halus di samping Dani yang terlihat oleh Agi, mungkin aku juga enggak akan bisa mencegah ulahnya, Zya. Ya Allah, aku gemetar," ungkap Niki, saat merasa kedua lututnya mulai lemas.

Nadin dan Ailin ikut memeluknya bersama Zyana. Mereka ingin keduanya tetap tenang, meski saat itu keadaan sedang tidak kondusif bagi mereka. Karel mendekat tak lama kemudian. Pria itu sudah mendapatkan salinan rekaman CCTV dari Mika yang baru saja ia datangi di pelaminan. Ia memperlihatkan pada Revan secara langsung, bahwa apa yang Agi dan Niki katakan adalah kejadian yang sebenarnya.

"Itu memang Dani, Van. Agi dan Niki baru saja menyelamatkanmu dari kegilaannya yang lain. Dan benar ... ada makhluk halus yang mendampingi Dani, saat Agi melihatnya," ujar Karel, mencoba menahan emosinya sendiri.

Wajah Revan mengeras. Sebisa mungkin ia berusaha menahan diri untuk tidak mengumbar emosinya di depan umum, terutama karena saat itu mereka ada di tengah acara resepsi pernikahan Sammy, Sandy, dan Samsul.

"Kalau kita lapor Polisi, dia pasti bakalan bersembunyi dan butuh waktu lama untuk kemungkinan dia akan muncul lagi seperti tadi," ujar Agi. "Kalau mau, sebaiknya dia sengaja dipancing agar muncul. Biar lebih mudah bagi kalian menangkap dia, terutama saat dia akan berbuat sesuatu yang jahat terhadap Abang di sampingku ini ataupun Zya."

Revan, Karel, dan Iqbal pun menatap ke arah Agi dengan kompak, setelah mendengar saran yang dicetuskan oleh pemuda itu.

"Ide yang bagus, Dek. Ide yang sangat bagus," tanggap Revan. "Ngomong-ngomong, namaku Revan. Aku adalah ...."

"Calon suaminya, Zya," potong Agi, cepat. "Iya, Bang. Aku sudah tahu mengenai hal itu dari Niki dan yang lainnya, termasuk dari Zya sendiri. Aku cuma lupa tanya siapa nama Abang, waktu lagi kumpul sama mereka."

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

BANASPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang