- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Karel mengumpulkan yang lainnya setelah begitu lama mencari-cari petunjuk. Mereka memilih berkumpul kembali di samping rumah korban, agar tak perlu sulit dicari oleh Revan, Reva, dan Samsul jika mereka tiba kembali di sana. Iqbal tampak masih mengawasi area sekeliling rumah korban, meski kegiatan mereka sudah dihentikan oleh Karel. Nadin kini berdiri di sampingnya dan merangkul lengannya. Iqbal jelas merasa senang saat Nadin melakukan hal tersebut, karena itu adalah pertanda bahwa Nadin tak ingin Iqbal pergi terlalu jauh tanpanya.
Ruby menyimpan ponsel ke dalam saku setelah menghubungi Samsul. Tampaknya ada hal yang baru saja Samsul sampaikan padanya, sehingga akan kembali ia sampaikan pada yang lain.
"Orang yang disuruh oleh Pak Giman untuk menutup dagangannya bernama Nuril. Dia cukup kooperatif saat ditanya oleh Revan, Reva, dan Suamiku. Semua pertanyaan dia jawab dan tidak ada yang berusaha dia tutupi. Saat ini, Mas Nuril sedang menutup dagangannya sendiri sekaligus meminta izin pada istrinya untuk mengantar kita ke rumah Pak Giman. Dia tahu di mana alamat rumahnya dan bersedia mengantar kita ke sana," ujar Ruby.
Iqbal dan Karel seketika saling menatap, usai mendengar yang Ruby sampaikan saat itu.
"Aku merasa enggak yakin kalau kita akan menemukannya dengan mudah," ungkap Iqbal, apa adanya.
"Ya. Aku juga merasa begitu," tanggap Karel.
Ruby dan Nadin pun sedikit heran dengan pendapat kedua pria tersebut. Mereka ingin tahu, hal apa yang membuat keduanya memberi tanggapan yang tidak positif kali itu.
"Apa alasan kalian sehingga merasa begitu?" tanya Nadin.
"Ya. Tanggapan kalian sangat jauh dari harapan kami, kalau boleh jujur. Kami padahal berharap kalau kalian akan memberi tanggapan yang positif, sehingga kami akan bersemangat ketika mendatangi rumah Pak Giman," tambah Ruby.
Iqbal dan Karel tersenyum kompak. Keduanya menarik nafas panjang, karena tahu bahwa dua wanita di samping mereka butuh diberi penjelasan yang detail.
"Karena tadi banaspati yang diperintah oleh Pak Giman gagal menandai calon korban selanjutnya, maka Pak Giman harus kembali melakukan pertapaan untuk memperkuat banaspati itu sebelum melakukan ulang tugasnya," jelas Karel.
"Banaspati yang gagal menandai korbannya, akan menolak keluar dari gua tempatnya bersembunyi. Jadi, pertapaan yang dilakukan Pak Giman bukan hanya untuk memperkuat si banaspati, melainkan juga untuk membujuknya agar kembali mau melaksanakan tugas," tambah Iqbal.
"Nah ... jadi otomatis, Pak Giman kemungkinan besar tidak akan ada di rumahnya saat ini. Dia pasti sudah pergi ke gua tempat banaspati itu bersembunyi dan bertapa di sana sampai berhasil membujuk serta memperkuat si banaspati."
Setelah mendengar semua itu, Nadin dan Ruby pun akhirnya paham mengapa Iqbal dan Karel sama sekali tidak berpikiran positif soal keberadaan Giman. Keduanya jelas sudah bisa membaca situasi, meski belum pernah melihat sendiri bagaimana keadaan yang terjadi tadi di tempat wisata.
"Tapi tenang saja, kita tetap akan pergi ke rumahnya, kok. Kita butuh banyak informasi soal Pak Giman dari orang-orang yang tinggal di sekitar rumahnya," lanjut Karel.
"Ya. Siapa tahu dengan begitu kita akan mendapat informasi atau petunjuk, tentang keberadaan gua yang menjadi tempat banaspati bersembunyi. Kita 'kan enggak pernah tahu, jalan seperti apa yang akan kita dapatkan jika mengikuti arus di depan mata," ujar Iqbal.
Reva muncul tak lama kemudian. Wanita itu segera memberi tanda pada yang lainnya, agar ikut bersamanya menuju ke mobil milik Tirta yang diparkir di depan penginapan.
"Mana Revan dan Samsul, Va?" tanya Nadin.
"Di depan penginapan, Nad. Mereka menunggu di sana bersama Pak Tirta dan Mas Nuril," jawab Reva.
Mereka berjalan bersama keluar dari gang tersebut, lalu bergabung dengan Revan dan Samsul yang sudah menunggu. Mereka berkumpul agak jauh dari mobil milik Tirta, karena harus membicarakan sesuatu sebelum ikut pergi ke alamat rumah Giman.
"Sekarang kita akan langsung menuju ke rumah Pak Giman," ujar Revan.
"Ya. Saat ini hanya itu satu-satunya petunjuk yang kita punya. Jadi mendatangi rumahnya adalah hal yang harus kita lakukan, sebelum banaspati suruhannya kembali beraksi," tambah Samsul.
"Yang penting jangan banyak berharap soal keberadaannya. Kita akan kembali membagi tugas saat sampai di sana. Karena ada menurut Karel dan Iqbal, kemungkinan kalau orang yang kita cari sudah tidak berada di rumahnya," ujar Ruby, berusaha untuk tidak mematahkan semangat para anggota timnya.
"Apa pun yang akan kita hadapi nanti, kita akan hadapi bersama. Sekarang sebaiknya ikuti saja arus yang ada. Kita sedang tidak punya pilihan," saran Reva.
Nadin menatap ke arah atap penginapan saat sadar kalau Nyai Murti ada di sana dan sedang menatap ke arah mereka. Ia tersenyum dan melambaikan tangan seperti biasa--sejak menikah dengan Iqbal dan tinggal di rumah Keluarga Bareksa--ke arah Nyai Murti yang selalu ikut bersama mereka. Samsul dan Karel pun menatap ke arah yang sama, lalu sadar bahwa mereka masih punya opsi lain apabila keadaan tidak bisa dikendalikan.
"Kita masih punya Iqbal di sini, jadi tidak perlu khawatir. Kalau kita dapat jalan buntu, Iqbal pasti akan meminta Nyai Murti untuk membantu," yakin Samsul.
"Enggak, ah. Kali ini aku mau membiarkan Nyai Murti istirahat saja. Soalnya aku masih sebal sama Revan yang menyebutku penjajah," balas Iqbal, sambil melirik sengit ke arah sasarannya.
Revan balas melirik ke arah Iqbal sambil menahan senyum. Ia kemudian memutuskan segera merangkul Karel, untuk memanas-manasi Iqbal.
"Tadinya aku mau tanya Iqbal soal model cincin yang bagus, buat melamar Zya. Tapi karena Iqbal lagi ngambek, aku lebih baik tanya sama kamu saja," cetus Revan, dengan sengaja.
Kedua mata Iqbal pun membola dalam sekejap. Ia langsung mengekori langkah Revan dan Karel, karena tidak mau dilangkahi meski hanya satu inci.
"Sampai kamu tidak melibatkan aku, akan kuminta Nyai Murti menghantui rumah Keluarga Rahadi selama seminggu dengan tawa cerianya!" ancam Iqbal.
Nadin pun tertawa lepas seketika, usai mendengar ancaman absurd dari mulut suaminya.
"Ya Allah, Suamiku yang ganteng itu selalu saja memiliki pikiran kreatif tanpa batas. Uh ... bikin aku makin cinta saja," pujinya.
Reva dan Ruby menepuk kening dengan kompak. Mereka sadar, bahwa kebucinan Nadin terhadap Iqbal sudah sampai pada tahap tidak waras.
"Tarik cepat pujianmu buat Iqbal, Nad! Tarik sebelum aku menyuapimu rujak terpedas yang belum pernah kamu coba!" titah Reva.
"Sabar, Kakak iparku. Sabar. Suamimu juga kalau bucinnya lagi kumat enggak jauh-jauh beda, kok, kelakuannya sama Nadin," Samsul mengingatkan dengan sukarela.
"Samsul sayangku yang manis. Jangan memperkeruh suasana, dong," tegur Ruby, sangat lembut.
"Ruby! Kamu itu niat menegur suamimu atau enggak, sih? Yang tegas sedikit, dong!" Reva semakin ingin meledak.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
BANASPATI
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 5 Baru beberapa hari melewati hari sebagai pengantin baru, Ruby langsung menerima pekerjaan yang kali itu sangatlah mendesak. Mendesaknya pekerjaan itu dikarenakan telah jatuhnya korban yang meninggal secara tida...