- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Karel segera mendekat pada Tirta dan Nuril yang masih berusaha bicara dengan RT dan RW setempat. Mereka sudah tidak punya banyak waktu, karena sebentar lagi Giman dan banaspati peliharaannya akan segera datang. Warga yang masih berkumpul harus segera dijauhkan dari pagar rumah milik Firdaus. Agar tidak ada satu pun dari mereka yang terkena imbas, apabila pertarungan akhirnya terjadi. Tirta melihat kedatangan Karel, lalu memilih berhenti bicara dengan Pak RT dan Pak RW. Ia menatapnya, seakan tahu bahwa ada sesuatu yang akan segera disampaikan oleh Karel kepadanya.
"Tolong bubarkan warga, Pak Tirta," pinta Karel. "Ini mendesak. Kalau banaspati itu sampai di sini, kami tidak bisa menjamin keselamatan mereka jika tetap ada di sini. Sudah pasti akan ada pertarungan seperti tadi, terutama karena Pak Giman juga akan datang ke sini."
Tirta pun segera menatap ke arah dua orang yang sejak tadi bicara dengannya. Nuril terus mendengarkan, namun tidak berani ikut campur karena takut salah bicara.
"Dengar sendiri, Bapak-bapak. Seperti yang saya katakan tadi, bahwa saat ini tidak akan aman apabila warga tetap berkumpul di depan sini. Jika sampai banaspati itu datang lagi ke sini, maka sudah terlambat bagi Bapak-bapak untuk membubarkan warga. Jadi sebaiknya ...."
"Kami mau lihat!!! Paham tidak???" bentak Wasto--Ketua RW. "Kenapa kalian malah mengusir-usir kami dari sini??? Kalau memang banaspati itu akan datang seperti yang dia katakan, maka apa salahnya jika kami melihat???"
"Kalau Bapak tetap di sini bersama warga, bisa jadi Bapak akan terbakar oleh api yang tersebar dari banaspati itu. Kalau Bapak atau warga lain terbakar, maka apinya tidak akan bisa dipadamkan meski disiram oleh damkar sekalipun. Bapak akan mati mengenaskan dan kami tidak akan bisa membantu," Karel berupaya untuk memberi penjelasan sebisanya.
"Omong kosong!!! Jangan mengada-ada kamu!!! Mana mungkin ada api yang tidak bisa dipadamkan dengan air??? Kamu hanya ingin mencari perhatian, 'kan??? Kamu hanya ingin membodohi semua warga di sini, 'kan???" tuduh Rustam--Ketua RT.
"Astaghfirullah hal 'azhim," Karel langsung mengusap dadanya.
"Begitulah dari tadi yang terjadi, Mas Karel. Susah memang mereka diberi tahu. Mereka juga malah menuduh kami menghalangi, terhadap saya dan Pak Tirta sejak tadi," jelas Nuril, sangat pelan.
Wasto berkacak pinggang sambil menatap ke arah warga yang kini masih ada di belakangnya.
"Kalian semua jangan percaya omong kosong orang itu!!! Tidak ada itu yang namanya banaspati!!! Tidak ada itu orang yang akan terbakar oleh api tapi tidak bisa dipadamkan!!! Semua itu bohong!!!" tegasnya, penuh kesombongan.
Karel meminta Tirta dan Nuril agar segera masuk ke rumah milik Firdaus. Mereka juga tidak boleh ada di sana, karena akan sangat berbahaya bagi keduanya jika menetap. Setelah Tirta dan Nuril pergi, Karel mendekat ke pagar yang sudah dikunci rapat tersebut dan memanjat. Ia menatap ke arah semua warga yang ada di belakang Wasto dan Rustam dengan wajah setenang biasanya.
"Jika kalian tidak percaya dan masih keras kepala, silakan saja menetap di depan pagar rumah ini. Tapi jika kalian merasa memiliki keluarga yang harus dinafkahi oleh para Bapak dan diurus oleh para Ibu, maka silakan gunakan akal sehat kalian dan segeralah menyelamatkan diri. Ingat, saya sudah memberikan peringatan. Apabila ada yang terbakar di antara kalian oleh api dari banaspati, maka saya dan seluruh anggota tim saya tidak akan bisa menolong. Pada saat itu, satu-satunya pilihan yang Bapak-bapak dan Ibu-ibu miliki adalah pasrah. Semoga masih ada anggota keluarga kalian yang siap menyediakan area pemakaman bagi yang akan meninggal dunia malam ini. Sekian peringatan dari saya, semoga kalian bisa memahami," tutup Karel.
Pria itu langsung turun kembali dari pagar yang dipanjatnya, lalu berlari menuju ke arah semua anggota timnya yang sudah menunggu. Apa yang Karel sampaikan berhasil memengaruhi beberapa orang. Orang-orang yang terpengaruh tersebut segera pergi dari sana dan memilih melihat dari jarak yang cukup jauh. Sayangnya, jauh lebih banyak yang tetap tidak percaya dan menetap di depan pagar rumah Firdaus. Hal itu terjadi karena pengaruh dari Wasto dan Rustam yang terus saja mengompori mereka agar menetap.
"Wah ... baru kali ini aku menghadapi Ketua RT dan RW yang sama sekali tidak mau percaya dengan peringatan yang kita berikan," ungkap Ruby.
"Pak Tirta dan Mas Nuril pun menyerah, By. Mereka itu Ketua RT dan RW paling keras kepala, jadi sekarang kita hanya bisa pasrah saja dengan apa pun yang akan terjadi pada mereka," tanggap Karel.
"Berarti akan ada kematian masal malam ini, ya?" tanya Revan, sedikit resah.
"Mau bagaimana lagi, 'kan?" tanggap Samsul. "Pak Tirta, Mas Nuril, dan Karel sudah berusaha membubarkan mereka. Kalian dengar sendiri bagaimana tanggapannya. Karel bahkan dibilang pembohong, semua ucapannya adalah omong kosong. Jadi, mau bagaimana lagi? Mungkin mereka memang sudah siap untuk meninggal dunia malam ini."
"Astaghfirullah, Samsul! Istighfar, enggak! Kujahit nanti mulutmu kalau bicara sembarangan begitu!" Iqbal menaikkan nadanya saat menegur.
Samsul pun langsung memilih diam. Iqbal tidak pernah menegur siapa pun di dalam tim itu sejak pertama kali dibentuk. Jika akhirnya Iqbal menegur dengan nada tinggi, artinya Samsul sendiri yang harus sadar bahwa ada kesalahan yag sudah ia perbuat secara tidak sengaja. Ruby segera mendampingi di sampingnya, lalu menuntunnya agar segera beristighfar.
"Astaghfirullah hal 'azhim. Astaghfirullah hal 'azhim. Astaghfirullah hal 'azhim," lirih Samsul, mencoba meredam emosinya.
"Pikirkan baik-baik sebelum kamu bicara, Sul. Istrimu memang ketua dalam tim ini. Tapi aku tidak akan segan untuk menegur dan marah padamu, apabila kamu sudah keterlaluan dalam bertindak atau berbicara. Aku harap kamu paham," tuntut Iqbal.
Samsul pun mengangguk.
"Iya, Bal. Aku minta maaf atas ucapanku yang sudah sangat kelewat batas. Aku terlalu terbawa emosi sejak masuk ke dalam alam bawah sadar Pak Firdaus. Aku tidak bisa mengontrol diriku sejak tadi dan hanya berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan kalian," ungkapnya, jujur.
"Harusnya kamu mengatakan hal itu, Sul. Jangan dipendam sendiri. Aku ada di depanmu sejak tadi. Seharusnya kamu berbagi. Setidaknya padaku saja, jika kamu merasa tidak ingin berbagi dengan yang lain. Kamu tahu kalau aku akan selalu mendengarkan semua hal yang kamu utarakan, 'kan? Bahkan omongan konyol dan tidak penting yang keluar dari mulutmu pun enggak pernah aku lewatkan, Sul. Kenapa kali ini kamu harus memendam sendiri?" tanya Revan, seraya merangkul Samsul.
"Sudah, jangan berdebat. Nanti kita bicarakan lagi. Aku merasakan energi negatif yang datang ke sini. Rasanya sangat cepat. Aku tidak bisa memperkirakan kecepatannya dan kapan akan tiba di sini," lapor Nadin.
Karel segera kembali mengambil alih komando.
"Bersiap. Arahkan konsentrasi kalian sepenuhnya, baik itu pada banaspati ataupun pada Pak Giman," perintahnya.
"Ya. Kami akan berusaha sekuat tenaga, Rel. Insya Allah," tanggap Reva, mewakili anggota tim yang lain.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
BANASPATI
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 5 Baru beberapa hari melewati hari sebagai pengantin baru, Ruby langsung menerima pekerjaan yang kali itu sangatlah mendesak. Mendesaknya pekerjaan itu dikarenakan telah jatuhnya korban yang meninggal secara tida...