EPILOG

536 43 53
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Zyana tersenyum tanpa sadar, saat melihat mobil milik Revan telah terparkir di halaman rumah Keluarga Wiratama. Ia merasa sangat senang, karena pemuda itu benar-benar menepati janjinya untuk menunggu lebih dulu sebelum dirinya datang. Ia tidak pernah merasa sebahagia itu saat seorang pemuda menepati janjinya untuk bertemu. Ia sudah biasa kecewa. Karena dulu saat Dani sedang mendekatinya agar bisa dinikahi, laki-laki itu selalu saja ingkar atau berpura-pura lupa kalau sudah berjanji. Padahal Zyana terkadang sudah menunggu kedatangannya begitu lama di suatu tempat. Namun dulu ia juga hanya memilih diam saja dan tidak menceritakan apa-apa pada kedua orangtuanya. Ia menganggap, bahwa mungkin Dani memiliki kesibukan lain sehingga sampai terlupa dengan janji untuk menemuinya.

Keadaan jadi berbeda saat ia menghadapi Revan. Revan belum pernah ingkar janji padanya. Jangankan jika sudah berjanji untuk bertemu. Bahkan saat pemuda itu berjanji ingin memberikan sesuatu pada Zyana yang tidak pernah Zyana minta, dia akan menepatinya secara mendadak. Dimsum adalah buktinya. Kucing jantan hitam legam itu mendadak menjadi miliknya tanpa terduga. Karena Revan menepati janji bahwa dia akan membelikan kucing untuk Zyana, meski Zyana tidak pernah menyetujui janji tersebut.

"Ayo, Dimsum. Pangsit sudah pulang, tuh. Kamu pasti kangen sama Pangsit, 'kan? Mau main-main lagi, 'kan?" panggil Zyana.

"Meow!" sahut Dimsum, yang langsung melompat ke dalam dekapan Zyana.

Zyana membuka pintu mobilnya sambil menggendong Dimsum. Revan tampak keluar dari rumah, karena tahu bahwa Zyana telah tiba. Dimsum segera melompat dan berlari ke arah Revan. Pangsit juga melompat dari pelukan Revan, lalu berlari-lari bersama Dimsum di atas rumput taman depan rumah. Revan segera menghampiri Zyana. Pemuda itu tersenyum bahagia saat akhirnya bisa bertemu dengan wanita yang sangat ia cintai.

"Assalamu'alaikum," sapa Zyana.

"Wa'alaikumsalam. Tas atau barang bawaan kamu mana? Kok, enggak dibawa sekalian?" tanya Revan.

"Aku pergi kerja enggak bawa apa-apa selain ponsel dan dompet. Selebihnya, aku cuma bawa pocket stick yang minggu lalu dibelikan oleh Tante Hani. Aku memilih menggunakan itu sebagai senjata untuk membela diri ketika bekerja," jawab Zyana, apa adanya.

Wanita itu terus saja tersenyum sejak tadi. Perasaannya benar-benar bahagia, saat Revan kembali ada di hadapannya. Revan memberi tanda, agar Zyana berjalan bersamanya menuju gazebo. Saat melihat keduanya melintas, Karel dan Ailin segera mengikuti dari belakang. Zyana sempat menoleh sesaat, lalu kembali menatap ke depan seakan tidak tahu kalau Karel dan Ailin sedang mengikuti langkah mereka.

"Karel dan Ai akan ikut kita ke gazebo. Kamu tidak keberatan, 'kan? Kita berdua butuh saksi," ujar Revan, memberi tahu.

"Ya. Aku paham, kok. Kita berdua jelas butuh saksi, karena takut ada yang salah paham karena kita belum terikat hubungan pernikahan," tanggap Zyana.

"Bukan ke arah situ juga, sih, sebenarnya. Tapi ... ya ... sebaiknya kita ke gazebo saja dulu, baru aku jelaskan."

Sesampainya mereka di gazebo, Karel dan Ailin memilih diam di ujung. Sementara Revan dan Zyana kini telah berdiri di dekat pagar pembatas yang mengarah ke taman depan rumah. Pangsit dan Dimsum kini sedang bermain-main bersama Siomay dan Bakpau yang baru saja dilepaskan. Keempat kucing itu tampak sangat menikmati sejuknya taman depan, sehingga begitu senang berguling-guling di atas rumput.

"Zya," panggil Revan, saat berbalik ke samping.

"Ya?" Zyana ikut berbalik.

Revan merogoh saku jaketnya, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam yang kemudian langsung ia sodorkan ke hadapan Zyana. Karel dan Ailin tersenyum. Ailin berusaha keras menahan airmatanya, saat melihat sahabat baiknya dilamar oleh seseorang yang benar-benar pantas. Zyana merasa kaget saat melihat apa yang saat itu disodorkan oleh Revan ke hadapannya. Revan tidak berlutut. Ia memilih tetap berdiri tegap di depan Zyana, karena ia tahu kalau Zyana lebih suka sesuatu yang sederhana.

BANASPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang