19 | Kabar Dari Nyai Murti

535 66 29
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Revan menatap ke arah Karel. Meski Iqbal baru saja mengarahkan semua anggota tim untuk melakukan tugas masing-masing, tetap saja Revan ingin tahu apa pendapat Karel.

"Segera laksanakan yang Iqbal katakan. Pak Firdaus dan seluruh anggota keluarganya harus menjadi prioritas kita malam ini, sebelum kita berhadapan dengan Pak Giman ataupun banaspati peliharaannya," ujar Karel, seraya menatap ke arah para anggota timnya.

"Kamu benar-benar setuju dengan arahan Iqbal, Rel?" tanya Samsul.

"Ya. Aku setuju. Iqbal tahu persis siapa dan siapa yang paling cocok bekerja sama di dalam tim ini. Jangan ragukan dia. Meski selalu bertingkah konyol, Iqbal adalah salah satu orang yang harus kita dengarkan pendapatnya. Dia tidak pernah bermain-main ketika sudah memikirkan sesuatu dan membuat keputusan," jawab Karel, yang langsung mengeluarkan pedang jenawinya dari balik punggung.

Nadin segera mengikuti langkah Karel yang hendak menyusul Iqbal keluar rumah. Reva pun segera menatap ke arah Ruby.

"Ayo, By. Kali ini kita akan bertugas hanya berdua di luar," ajak Reva.

"Ya. Ayo," tanggap Ruby.

Sejenak, Ruby menatap ke arah Samsul sebelum mengikuti langkah Reva.

"Yang akur, ya, sama Revan. Jangan bikin ulah. Jangan pancing emosinya Revan. Jangan bertingkah konyol sementara waktu. Nanti saja saat kita pulang kalau kamu mau buat Revan darah tinggi," pesan Ruby, sambil menahan tawa sekuat tenaga.

"Pesan macam apa itu, By? Ya Allah, pantas saja kalian jodoh, ya! Sama-sama absurd, sama-sama selalu bikin orang lain darah tinggi!" omel Revan, sambil berkacak pinggang.

Ruby pun segera melarikan diri dari hadapan kedua pria itu. Revan kini menatap sengit ke arah Samsul yang sudah tersenyum lebar penuh percaya diri. Samsul memainkan kedua alisnya dengan sengaja, karena berniat membuat Revan benar-benar naik darah.

"Sampai kamu mengeluarkan sedikit saja kekonyolan malam ini, akan kubuat Tumpeng menjadi Angsa Betutu," ancam Revan.

"Eh? Memangnya bisa? Bukannya yang bisa dimasak betutu itu cuma ayam, ya?" kaget Samsul.

Revan segera menyiapkan air bersama Samsul. Mereka akan mendoakannya bersama, sebelum diberikan pada Firdaus. Firdaus sudah tahu bahwa dirinya akan kembali dibentengi oleh Revan. Namun kali ini ia akan dibentengi dari dalam tubuh, agar jauh lebih aman daripada sebelumnya. Setelah air yang akan dipakai meruqyah sudah siap, Samsul pun duduk bersila di hadapan Revan. Keduanya sama-sama menutup mata, lalu mulai berdoa bersama seperti biasanya.

"A'udzubillahi minasy-syaithanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. A'uudzu bi kalimaatil laahit taammaatillatii laa yujaawizuhunna barruw wa laa faajirum min syarri maa khalaq, wa dzara-a wa bara-a wa min syarri maa yunazzilu minas samaa-i wa min syarri maa ya'ruju fiihaa, wa min syarri maa dzara-a fil ardh, wa min syarri ma yakhruju minhaa, wa min syarri fitanil laili wan nahaar, wa min syarri kulli thaariqin illaa thaarigan yathruqu bi khairin yaa rahmaan."

Keduanya mengulangi doa tersebut sebanyak tiga kali, sebelum akhirnya sama-sama meniup air yang akan dipakai meruqyah. Setelah selesai, keduanya mendekat pada Firdaus yang sejak tadi sudah menunggu di sofa bersama kedua anaknya.

"Adek-adek masuk ke kamar dulu, ya. Bapak mau diruqyah dulu sebentar," bujuk Samsul, sangat ceria.

"Nanti kami boleh ke sini lagi, Paman?" tanya yang paling tua.

"Iya. Tentu saja boleh. Nanti setelah upaya ruqyahnya selesai, Insya Allah Paman akan panggil kalian berdua ke sini," janji Samsul.

Kedua anak tersebut segera berlari menuju kamar dan menutup pintunya. Revan segera menyerahkan air ke tangan Samsul, sementara dirinya kini akan berdiri di belakang Firdaus.

"Silakan diminum airnya sampai habis, Pak. Baca bismillah dulu sebelum minum," tuntun Samsul.

"Iya, Mas. Bismillahirrahmanirrahim," tanggap Firdaus.

Air itu benar-benar diminum sampai habis. Firdaus sama sekali tidak menyisakannya meski hanya sedikit. Revan pun akan memulai upaya ruqyah luar tubuh kepada Firdaus. Ia berharap Firdaus masih memiliki tenaga yang cukup besar, untuk melewati hal lumayan menyakitkan yang akan dia alami. Sisa-sisa akibat terserempet hawa api banaspati jelas akan terasa di tubuh Firdaus. Hal itulah yang harus Revan usahakan agar benar-benar tidak terasa lagi.

Setelah Firdaus memberikan kembali gelas ke tangan Samsul, Revan pun segera membuka telapak tangan kanannya. Ia langsung meletakkan telapak tangannya pada punggung Firdaus, sehingga Firdaus bisa merasakan sesuatu yang berbeda ketika punggungnya tersentuh. Revan memulai dari punggung bagian bawah, lalu bergerak perlahan ke arah punggung atas.

"A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."

Di luar, Ruby dan Reva sudah selesai membacakan doa pada air yang tersedia di dalam tandon. Ismi yang menunjukkan di mana adanya tandon tersebut. Kini mereka akan memulai upaya ruqyah pada bagian luar rumah milik Firdaus, agar nanti tidak ada yang bisa menyerang rumah itu serta para penghuninya.

Tatapan Reva terarah pada Iqbal, Nadin, dan Karel. Ia baru menyadari, bahwa ketiga orang tersebut sangatlah pas apabila bekerja bersama ketika ada hal yang genting. Karel dan Nadin memiliki energi yang luar biasa serta kemampuan yang tak dimiliki orang lain. Formasi keduanya semakin lengkap, ketika Iqbal yang tidak punya rasa takut ada di tengah-tengah mereka.

"Menurutmu, apakah Nyai Murti benar-benar akan memberi tanda apabila Pak Giman dan banaspati peliharaannya sudah dekat?" tanya Reva.

"Ya. Pasti. Nyai Murti sangat setia pada Iqbal, meski Iqbal sangatlah menakutkan baginya. Jadi ketika Iqbal meminta pertolongan padanya, maka Nyai Murti pastinya tidak akan menolak untuk menolong," jawab Ruby.

"Terdengar aneh, bagimu?" Reva ingin tahu.

"Sama sekali tidak. Akan terasa aneh jika yang meminta tolong pada Nyai Murti adalah Suamiku. Samsul jelas sekali tidak pernah punya niatan untuk akrab dengan makhluk halus, meski dia bisa melihat makhluk halus sejak masih bayi. Dia lebih senang akrab dengan Angsa, daripada akrab dengan makhluk halus manapun di dunia ini."

"HI ... HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI-HI!!!"

Suara Nyai Murti kembali terdengar sangat jelas. Baik itu Ruby maupun Reva--yang sedang berdiri di tepian atap rumah--sama-sama kaget dengan kemunculannya.

"Eh? Kok, Nyai Murti menampakkan diri? Tumben," heran Reva.

"Mungkin dia sengaja menampakkan diri, Va. Pasti ada hal yang disampaikan olehnya kepada Iqbal saat ini," pikir Ruby.

Tak lama kemudian, suara Iqbal pun terdengar jelas oleh semua anggota tim melalui earbuds masing-masing.

"Bersiap, guys. Nyai Murti mengatakan kalau banaspati dan Tuannya itu sudah dekat sekali jaraknya dari sini," ujar Iqbal.

"Aku dan Samsul sudah selesai meruqyah Pak Firdaus, Bal. Kami akan segera keluar," balas Revan.

"Aku dan Ruby akan menyelesaikan pekerjaan kami sebentar lagi. Tunggu sebentar," pinta Reva, mendadak panik.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

BANASPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang