- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Banaspati kembali menyerang ke arah Karel dan Samsul. Karel segera mengeluarkan ajian pelempar ke arah banaspati tersebut, agar serangan mendadaknya tidak akan mempengaruhi konsentrasi siapa pun yang ada di sekelilingnya. Ajian pelempar itu mengenai wujud banaspati dengan telak, sehingga kini banaspati itu terdampar di atas tanah yang tidak jauh dari tempat Giman berdiri.
BLAMMMM!!! BRUSSHHH!!!
Giman jelas merasa kesal, saat melihat banaspati peliharaannya terbanting di atas tanah usai terkena serangan. Ia sama sekali tidak menduga, kalau banaspati yang selama ini tak terkalahkan bisa mendapat serangan seperti itu dari seorang manusia. Ia lebih kesal lagi saat mendengar Reva mengatakan bahwa dirinya memiliki mental pengecut. Tantangan yang dikatakan wanita itu jelas kembali menyulut amarahnya, sehingga kini ia sama sekali tidak berniat ingin melawan dengan santai. Belum lagi soal serangan tanpa sebab yang sudah dua kali ia dapatkan. Membuatnya ingin segera tahu, apa rahasia ketujuh orang yang sedang ia hadapi tersebut.
"Ah ... lihat itu," ejek Reva, seraya menunjuk ke arah banaspati yang saat ini sedang tidak bergerak. "Setan peliharaanmu akhirnya sudah tidak berdaya. Ayo, segeralah maju. Aku yakin sekali kalau kamu juga ingin menyusulnya dan terkapar di sampingnya."
Karel mengajak Samsul untuk memisahkan diri. Mereka mendekat pada banaspati yang tak lagi bergerak, lalu mengurungnya dengan cepat menggunakan beberapa ajian. Giman mengeluarkan sebuah bungkusan dari balik bajunya. Bungkusan itu berisi serbuk, yang apabila terkena di kulit lawannya, maka lawannya akan segera mengalami kelumpuhan permanen. Semua orang yang ada di hadapan Giman langsung mewaspadai gerak-geriknya. Meski mereka belum tahu apa yang ada di dalam bungkusan itu, mereka tetap tidak ingin lengah.
"Berhati-hatilah. Yang dia pegang itu adalah serbuk racun bekas pembakaran korban-korban banaspati peliharaannya. Jangan sampai terkena meski hanya sedikit. Kamu bisa lumpuh seumur hidup kalau sampai kena," bisik Nyai Murti, kepada Iqbal.
Kedua mata Iqbal pun membola dalam sekejap. Ia langsung menatap ke arah anggota timnya yang lain, untuk memberikan peringatan.
"Itu sebuk racun! Jangan sampai terkena meski hanya sedikit atau kita akan lumpuh seumur hidup!" seru Iqbal.
Giman kembali merasa kaget, karena mendadak ada yang memberi peringatan setepat itu di antara orang di hadapannya. Wajahnya memerah luar biasa, akibat tidak lagi bisa menahan amarah yang meluap.
"Kurang ajar!!! Bagaimana bisa kamu tahu semua hal??? Seharusnya tidak ada yang tahu mengenai serbuk racun ini!!! Seharusnya aku bisa mengalahkan kalian dengan mudah, lalu membunuh Firdaus agar tidak lagi menjadi sainganku!!!" amuk Giman.
"Oh ... kamu membunuh Almarhum Pak Irman dan berusaha membunuh Pak Firdaus hanya karena merasa tersaingi? Tersaingi urusan apa? Urusan jual sate kambing?" duga Revan.
"Diam kamu!!! Itu bukan urusanmu!!!" jawab Giman.
"Berarti jawabannya, iya, Van. Kalau dia mengelak begitu, artinya jawaban adalah, iya, dia memang merasa tersaingi dalam urusan jual sate kambing," ujar Reva, seraya tersenyum miring.
"Lah, kalau jualanmu sepi pembeli, seharusnya kamu mencari resep yang lebih baik. Memperbaiki cita rasa sate kambingmu jauh lebih penting daripada menyingkirkan saingan. Kok kurang kerjaan sekali, sampai memilih memelihara banaspati dan membunuh sainganmu demi membuat jualanmu lebih ramai pembeli?" heran Nadin.
"Aku rasa dia mati akal, Nad. Jadi jelas dia lebih memilih jalan tersesat daripada memilih jalan yang lurus. Kasihan anaknya, sehingga harus menjadi tumbal yang dikorbankan oleh Bapaknya hanya demi pikirannya yang sesat," sahut Ruby.
"Diam! Diam! Diam!!!"
Amarah Giman semakin tersulut, terutama saat Ruby mengungkit soal anaknya yang telah ia korbankan. Sudah jelas masih ada sesal di dalam hatinya, karena usahanya selama ini tidak pernah menunjukkan kesuksesan, meski anak semata wayangnya sudah ia korbankan sekalipun.
"Kalian tidak tahu apa-apa!!! Kalian tidak tahu bagaimana sulitnya kehidupanku, sehingga akhirnya memilih untuk memelihara banaspati!!! Kalian hanya bisa komentar, tapi tidak tahu bagaimana kerja kerasku yang tidak pernah mendapatkan hasil!!!"
"Terus, dengan mengorbankan anakmu, kamu akhirnya dapat segalanya? Iya? Enggak, 'kan? Tetap saja kamu hidup susah! Tetap saja rasa sate kambingmu tidak seenak sate kambing yang dijual oleh Almarhum Pak Irman atau Pak Firdaus! Sama saja! Karena pada dasarnya, kamu pelihara itu banaspati ataupun enggak, rasa sate kambingmu enggak akan berubah kalau kamu tidak menggunakan resep bumbu yang benar! Harusnya kamu ingat akan hal itu, sebelum memutuskan mengambil jalan tersesat!" balas Reva, tak ragu-ragu.
"DIAM!!! AKU BILANG DIAM!!!" bentak Giman.
Tirta kembali mengintip di balik jendela. Nuril ingin ikut dengannya, namun ditahan oleh Firdaus yang tidak ingin terjadi apa pun pada Nuril. Sejak tadi, mereka bisa mendengar semuanya dari dalam rumah. Mereka merasa penasaran, namun jelas tak berani mengintip meski hanya sebentar.
"Kenapa? Enggak bisa terima kenyataan, ya? Bisamu cuma marah-marah saja dan menyuruh-nyuruh si banaspati lemah itu? Iya?" tambah Samsul, yang baru saja selesai menyelesaikan pekerjaannya bersama Karel.
"Dasar manusia enggak berguna! Nyawa anakmu sendiri pun kamu korbankan demi berjalan di jalan yang sesat! Apa lagi yang mau kamu lakukan? Lihat itu ... banaspati peliharaanmu enggak akan bisa membantumu lagi! Kamu sekarang hanya sendirian! Kamu enggak akan bisa memerintahnya lagi!" tegas Karel.
Giman langsung membuka buntalan kain yang dipegangnya sejak tadi. Ia segera meraup serbuk racun yang ada di dalamnya, lalu melemparkan ke sembarang arah agar bisa mengenai salah satu atau semua orang di dalam tim yang ia hadapi. Semua orang menghindar dengan cepat ke berbagai arah. Serbuk yang disebar oleh Giman berjatuhan di tanah. Membuat efek racunnya menghilang karena tidak berhasil mengenai kulit siapa pun. Nyai Murti semakin geram dengan tingkah Giman saat itu. Hanya saja ia memilih untuk tidak melakukan apa-apa, sebelum Iqbal kembali ditegur oleh anggota timnya.
"Jangan menghindar!!! Kalian akan kusebut pengecut jika terus menghindariku!!!" tantang Giman.
"Pengecut itu jika kami tidak berani menghadapimu secara langsung, tua bangka! Kalau untuk urusan menghindari serbuk racunmu, itu adalah refleks bertahan hidup yang kami gunakan!" balas Iqbal, yang kemudian menebaskan celurit bulu ayamnya pada kaki kiri Giman.
"ARRRGGGHHH!!!"
Suara teriakan Giman terdengar begitu nyaring. Karel dan Samsul menambahkan serangan pada kedua lengan Giman, sehingga bungkusan berisi serbuk racun yang dipegangnya kini jatuh semua ke tanah. Reva pun segera menendang bungkusan itu, hingga terlempar keluar pagar rumah Firdaus.
"Tidak!!! Itu serbuk racunku yang berharga!!! Dasar kurang ajar!!!"
"Persetan dengan berharga atau tidaknya serbuk racunmu itu, tua bangka! Saat ini tujuan kami hanyalah ingin membuatmu tidak lagi memiliki daya untuk melawan!" tegas Reva.
SRETTTT!!!
Reva dengan sengaja merobek baju Giman menggunakan pedang jarumnya. Kini tujuan mereka hanyalah satu, yaitu mendapatkan jimat agung yang disembunyikan oleh Giman pada tubuhnya.
* * *
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/381169409-288-k383503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BANASPATI
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 5 Baru beberapa hari melewati hari sebagai pengantin baru, Ruby langsung menerima pekerjaan yang kali itu sangatlah mendesak. Mendesaknya pekerjaan itu dikarenakan telah jatuhnya korban yang meninggal secara tida...