44 : Rencana Liburan

1.7K 152 9
                                    

Tandai typo!

Dikediaman Andresh, Martin selaku kepala keluarga disana terlihat sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, walaupun hari ini adalah hari Minggu, pria berstatus duda itu tetap menjalankan rutinitas pekerjaan nya.

Selang kematian sang istri, Martin berubah menjadi sosok pria gila kerja di setiap hari nya. Bahkan tak jarang putri kecil nya itu mengeluh meminta waktu senggang Martin yang di gunakan untuk melakukan keseharian bersama seperti gambaran ayah dan anak pada umum nya.

Martin selalu menjelaskan pada kedua anak nya tentang apa yang sudah ia jalankan saat ini akan berdampak baik pada keluarga mereka. Ia bekerja dua puluh empat jam untuk menghasilkan kualitas hidup yang akan terjamin sampai kedepannya.

Walau memiliki harta yang sangat melimpah tapi tetap saja, mencari nafkah terus menerus sudah menjadi keseharian nya. ia tidak pernah bermaksud untuk melupakan kedua anak nya, terkadang kala ada sedikit waktu kosong akan ia pergunakan untuk memanjakan sang putri walau sebentar.

Disini lah ia, pria itu sudah siap dengan setelan formal nya. Martin keluar dari kamar lalu berjalan menuju sebuah kamar dengan pintu cream yang di hiasi stiker menggemaskan.

Bisa ditebak kamar itu milik siapa kan? Martin membuka kenop nya kemudian melangkah masuk saat mendapati Caca masih terlelap dalam tidur nya.

Martin tersenyum tipis lalu duduk di sisi ranjang dan mulai mengelus lembut surai jagung Caca.

"Maafin ayah ya sayang, ayah terlalu sibuk sama pekerjaan ayah sampai kamu nya di lupain," Tutur nya memasang mimik senduh

Ia merasa sangat bersalah kala melihat bagaimana Caca sering memohon untuk meluangkan waktu untuk nya, bahkan ada di suatu hari ia mendapati Caca yang sedang duduk di bangku taman depan sekolah nya dimana sebuah pemandangan cemara membuat anak nya merasa keirian yang mendalam.

Pandangan nya saat itu ikut beralih pada seorang siswi seusia Caca dijemput oleh kedua orang tua nya lalu diperlakukan dengan sangat manis sehingga timbullah rasa iri di hati putri nya.

"Ayah janji kapan-kapan kita me time bersama.." Martin mencium lama kening Caca lalu melepasnya dengan senyum yang belum juga luntur

Tiba-tiba mata Caca terbuka perlahan, iris biru laut itu menatap hangat Martin.

"Ayah mau ke kantor lagi?" Tanya nya membuat Martin sedikit tersentak

Baiklah sepertinya anak gadis yang sayang nya masih tetap bayi bagi nya sudah bangun dari tidur cantik. Martin mengangguk membenarkan ucapan Caca.

"Ini weekend yah masa turun sih? orang-orang aja pada libur"

"Sayang dengar ayah, Caca selalu ingin keperluan nya terpenuhi kan? Ayah memenuhi itu semua dari hasil kerja Ayah, kalau Ayah tidak kerja memang hidup kita bisa tercukupi?" Tanya balik Martin

"Tapi kan kita kaya yah" Cicit gadis itu sambil menggenggam erat selimut nya

Martin mengangguk benar, kemudian ia berdiri dari duduk nya dan kembali menatap intens sang anak yang tertunduk.

"Tetap saja sayang, Ayah kerja juga untuk Caca kan, kita memang mampu tapi jangan di biasakan untuk selalu bergantung pada apa yang kita punya. Ayah sudah sering ajarkan untuk menjadi orang yang mandiri dan punya tanggung jawab!" Ujar nya dengan nada tegas

Martin ini merupakan sosok yang sangat tegas, walau setiap proses membesarkan kedua anak nya dengan kasih sayang yang berlebihan tapi ia sama sekali tidak melupakan prinsip-prinsip untuk kedua anak nya itu.

Ia selalu mengajarkan bagaimana menjadi seseorang dengan pendirian dan pencapaian yang baik serta nilai-nilai prinsip yang sudah ia bangun dalam diri Argan dan Caca semasa kecil.

 𝐒𝐎𝐒𝐎𝐊 𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang