47 : Saya hanya bercanda

3K 170 8
                                    

Tandai typo!

Setibanya disebuah mansion besar milik kediaman Vanderbilt, Caca dengan riang nya langsung keluar dari mobil. Gadis mungil dengan paras yang begitu cantik berlari menuju post yang di isi oleh seorang satpam.

"Paman, tolong buka gerbang nya dong kami kesini mau jemput kak Ivana" Sergah nya dengan nada penuh antusias

Si satpam yang memang sudah kenal dengan si gadis kecil ini lantas mengangguk dengan senyum hangatnya.

"Nggehh non, mari masuk"

Gerbang menjulang tinggi itu terbuka dengan lebar nya, selepas mengucapkan 'terimakasih' Caca segera berlari masuk ke pekarangan asri itu tanpa menunggu ayah dan Argan  yang memanggilnya.

Hati yang berbunga-bunga serta senyum manis yang terus mengambang, Caca terus berlari menuju pintu utama dari mansion yang setara besarnya dengan milik Martin.

Tepat saat ia akan memencet bel, pintu besar itu dibuka secara tiba-tiba oleh si pemilik yang tak lain adalah Ivana, gadis cantik yang sudah siap dengan dress satin bercorak baby blue bertali kecil sebagai lengan.

"Kak Ivana?!" Kejut Caca saat melihat Ivana yang berdiri sambil mengulas senyum.

Dengan cepat Caca memeluk Ivana dengan sangat erat, tak ingin diam lantas Ivana turut membalas pelukan itu tak kalah erat, ia sudah menganggap Caca seperti adik nya sendiri, ia begitu merindukan gadis remaja yang terlihat seperti anak kecil ini.

"I miss you.." Gumam Caca setelah melepas rindu.

"Haha kakak juga kangen banget sama kamu Ca, kenapa gak pernah kesini sih? Kakak gak ada teman tahu"

"Maaf kak, Caca sibuk selesaikan tugas sekolah Caca, soal nya minggu depan Caca UTS" Ujar nya dengan tampang lesuh

Ivana terkekeh kecil lalu menepuk pelan pucuk rambut jagung Caca.

"Iya gak papa kok, yang rajin ya belajarnya sering-sering juga telpon kakak biar gak kesepian" Caca mengangguk lalu kembali memeluk pinggang ramping Ivana yang kebetulan tingginya tak jauh dari nya.

Tak berselang lama suara bariton terdengar di Indra pendengar keduanya, sontak 4 mata indah itu menatap seorang pria matang yang berjalan dengan satu pemuda tampan.

Ivana berdecak pelan ketika tatapan nya jatuh pada sosok Argan, mata keduanya bertemu sampai pada akhirnya Ivana memutuskan scene itu tanpa tahu jika Argan sebenarnya cukup larut pada sorot tajam Ivana.

"Ayah, bang dewa!"

Martin mendekat lalu berinisiatif untuk mengambil Caca yang sedang sibuk memeluk Ivana.

"Jangan di peluk terus sayang, nanti kakak nya sesak" Lerai nya namun tak di pedulikan si bungsu

"Ih gak kok yah, Caca meluk nya gak kencang-kencang, iyakan kak?" Ivana mengangguk sambil mengusap rambut panjang Caca

Martin menghela nafas lalu kembali berucap, yang dimana  sukses membuat Caca langsung melepaskan lingkaran tangan nya.

"Kalau kamu meluk nya kelamaan, waktu untuk kita kepantai akan hangus Caca"

"Ck iya-iya ayo" Pungkas nya dengan sedikit kesal

Ivana yang menyaksikan itu langsung mengerutkan keningnya apalagi saat Caca membalas dengan nada ketus pada Martin, sangat tidak sopan.

"Caca jangan begitu nada bicara nya, minta maaf sama ayah kamu" Titah Ivana tegas namun terkesan lembut

Mendengar itu sontak mereka menatap Ivana, Caca yang sadar pun lantas mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 𝐒𝐎𝐒𝐎𝐊 𝐅𝐈𝐆𝐔𝐑𝐀𝐍 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang