Chapter 5

47 5 0
                                    

_o0●0o_Devil Number 4–0o●o0–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_o0●0o_
Devil Number 4
–0o●o0–


"Sepertinya ada berita baik, ya? Kau terlihat senang."

Yeji melirik Jimin lewat kaca wastafel. Pagi itu seperti biasanya, ia berpapasan dengan gadis itu di kamar mandi. Situasinya sama, di mana Yeji selesai mandi dan Jimin yang tengah gosok gigi.

Jimin menyunggingkan senyum dengan tatapan menelisik. Memang sejak kemarin, ia menyadari perubahan suasana hati Yeji yang terlihat berbeda. Gadis itu jadi lebih cerah dan banyak tersenyum, membuat Jimin dan penghuni asrama lainnya menyadari perubahan itu dengan jelas. Yeji tampak lebih hidup. Gadis itu bahkan bersenandung di sebelahnya.

"Aku dapat kerja sambilan yang cukup bagus."

"Di mana?"

"Kafe depan kampus. Upah per jamnya juga lumayan. Lebih banyak seribu won dibanding tempat lain."

Lalu seseorang datang dengan suara ceria dan bergabung dengan mereka. "Good morning, everybody!"

Aeri, penghuni asrama lainnya datang dengan perlengkapan mandi dan handuk di bahunya. Dia berdiri di antara Yeji dan Jimin, menepuk bahu dua teman asramanya itu.

"Ah, benar. Kalian sudah dengar? Asrama ini katanya mau ditutup, loh," katanya memulai gosip.

Yeji yang baru selesai membasuh muka menoleh. "Yang benar?"

Aeri mengangguk, mulai mengolesi sikat giginya dengan pasta gigi. "Kali ini sepertinya bibi pemilik asrama dibujuk anaknya habis-habisan untuk berbisnis. Katanya dia mau menjual gedung ini untuk mengumpulkan modal."

Jimin ikut menimpali. "Kalau aku, sih, sudah pasti akan menjualnya, tidak peduli sudah setua apa bangunannya. Soalnya membangun asrama di daerah sini itu agak—"

"Hei, jangan bilang begitu." Aeri cepat menyela. "Tapi sayang sekali, tidak ada lagi tempat sebaik ini."

Yeji terdiam. Kalau rumor itu benar, itu artinya ia harus mencari tempat tinggal baru. Dia meremat handuknya, hatinya mendadak resah.

.

.

.

.

.

Sepanjang perkuliahan, Yeji tidak dapat memfokuskan pikirannya.

Rumor mengenai asrama tempatnya tinggal akan segera dijual membuatnya terus kepikiran. Sementara dosen sudah menutup jam perkuliahannya dan beranjak keluar, Yeji masih sibuk mencoret-coret daftar kosan beserta perkiraan harga sewanya. Meskipun baru rumor, ia merasa harus segera mencari alternatif tempat tinggal baru.

"Rumah di Seoul biaya bulanannya...." Dia mencoret kisaran harga sewa di buku. Sulit mendapatkan tempat tinggal yang murah, apalagi di ibu kota seperti Seoul. Dia bertanya-tanya apa bisa menemukan tempat yang lebih baik (dekat dengan kampus dan harganya murah) seperti Asrama Wanita Jangmi? Yeji meragukannya.

devil number 4 - [hhj x hyj]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang