Tekan tombol vote kalau kamu suka cerita ini, ya! Karena dukunganmu sangat berarti untuk author ^^
Selamat membaca~
•°•○°•°○•°•
Siang itu, semilir angin berhembus sejuk, menciptakan gemeresik lembut pada dedaunan di pohon yang rindang. Sementara orang-orang menghabiskan waktu mengobrol di bawah naungan payung besar di sisi outdoor kafe, Iblis Nomor 4 menikmati waktu luangnya dengan membaca koran. Di antara pengunjung kafe lainnya, ada dua wanita yang sedari tadi terus menatap ke arahnya. Keduanya berbisik-bisik dengan tatapan heran. Sedangkan yang menjadi pusat perhatian bersikap tak acuh saja.Dia tak benar-benar membaca. Hanya sedang meniru kegiatan yang mungkin manusia lakukan di tempat umum. Mana dia peduli persoalan ekonomi, bencana alam, atau apa-apa yang sedang tren di tajuk atas lembaran informasi itu. Sampai sosok yang ditunggu datang, barulah dia melipat koran.
"Senior? Kenapa baca koran?"
Seperti biasa, sosok yang paling sering dia hubungi adalah juniornya, Iblis Nomor 313. Kali ini, iblis junior itu tidak mengenakan setelan bunga-bunganya, dia pakai setelan formal layaknya iblis yang taat aturan.
Iblis Nomor 4 menurunkan kaca matanya. "Katamu aku harus bersembunyi agar tidak terlihat oleh iblis-iblis lain."
Mendengar alasan itu, iblis junior segera menggeret kursi dan mendudukkan bokongnya. "Itu malah membuatmu makin mencolok, tahu!"
"Karena aku terlalu tampan?"
"Bukan! Tentu saja karena mencurigakan. Manusia di era sekarang sudah tidak lagi membaca koran cetak." Dia menjelaskan dengan sabar, lalu menyadari ada dua wanita yang saling berbisik melirik mereka tak jauh di sana. "Lagi pula siapa yang membaca koran dengan kaca mata hitam di siang bolong begini."
"Ah, sudahlah." Iblis itu mengibas tangan, jengah diomeli terus. "Kau sudah cari tahu yang kusuruh, 'kan?"
"Sudah. Tapi tidak ada harapan untukmu, Senior. Meski klausanya bisa diubah, tapi tanda tangan tidak bisa."
Sejak kejadian Yeji yang sembrono menandatangani kontrak, Iblis Nomor 4 segera meminta bantuan juniornya untuk mencari tahu prosedur pembatalan kontrak. Kini setelah mengetahui kesalahan itu fatal dan tidak bisa diperbaiki, hatinya jadi sedikit resah.
"Senior kan tahu sendiri, surat kontrak itu hanya sebuah proses. Tanda tangan lah yang menentukan keabsahan kontraknya. Seharusnya sejak awal dia tidak boleh asal tanda tangan," lanjut iblis junior itu mengingatkan. "Apa dia tidak tahu seberapa menakutkannya surat kontrak? Gadis itu kan orangnya? Lalu kenapa Senior ragu-ragu? Dari awal kan memang dia targetnya. Senior sudah melakukan segala trik yang diajarkan di buku panduan—"
"Hei," tegur Iblis Nomor 4 dingin.
Iblis berambut pink terang itu mengangkat wajah dan langsung tergugup saat mendapati seniornya tengah menatapnya tajam. Dia mengatupkan bibir, menyadari ucapannya tadi mungkin terdengar kelewatan.
Berdeham sekali dan mengumpulkan nyali, dia lanjut berkata, "Yah, pokoknya, karena sudah terlanjur begini, anggap saja ini kontrak yang bagus." Dia bangkit dari duduknya, takut berlama-lama berhadapan dengan sang senior. "Kalau begitu aku akan mengurus kontrak dengan manusia tua yang Senior campakkan itu."
Iblis junior itu kemudian pergi tanpa menoleh lagi padanya. Jadi begini lah akhirnya. Perjanjian itu tetap tidak bisa dibatalkan.
"Kalau begini, kau tidak bisa membuat kontrak dengan orang lain. Aku sudah terlanjur menandatanganinya duluan."

KAMU SEDANG MEMBACA
devil number 4 - [hhj x hyj]
Fanfiction[Devil Number 4 | Webtoon!AU | Devil!Hyunjin X Human!Yeji] Hwang Yeji, si mahasiswa miskin yang hampir putus asa pada hidupnya. Suatu hari, datang padanya seorang iblis tampan yang menawarkan kenikmatan dunia yang bisa ia genggam jika Yeji mau membu...