Chapter 14

40 4 0
                                    

_o0●0o_Devil Number 4–0o●o0–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_o0●0o_
Devil Number 4
–0o●o0–

Sebenarnya, sampai saat ini Yeji masih merasa malu jika harus bertatap muka dengan bosnya. Tiap lihat wajah tampannya, dia jadi teringat malam itu. Tetapi Yeji sadar dia tidak bisa selamanya menghindar. Hanya ada satu pilihan saat ini, yaitu berpura-pura tidak ada yang terjadi di antara mereka malam itu. Lagi pula sang bos juga terlihat tidak memusingkan apa yang Yeji ucapkan. Ya, benar. Untuk apa pula mengungkit perkataan orang mabuk yang tidak bisa dipertanggungjawabkan? Tidak ada gunanya.

"Anu, begini, Bos..." Dia mencicit pelan, tapi masih dapat terdengar di kuping Iblis Nomor 4.

"Apa?" ujar pria itu tanpa mengalihkan fokusnya pada ponsel.

Dengan pipi yang memanas dan rasa malu yang masih tersisa Yeji melanjutkan, "Besok di kampus ada festival dan aku bertugas menjadi pelayan di kedai jurusan. Apa aku boleh izin cuti sehari saja?" tanyanya waswas.

"Boleh," ucap Iblis itu acuh tak acuh.

Yeji menghela napas lega. "Terima kasih, Bos."

"Tapi," Iblis itu akhirnya mengangkat wajah dan menatap Yeji yang berdiri lumayan jauh darinya, "kenapa kau bicaranya dari situ?"

Yeji meremat jarinya pada permukaan dinding. Dia juga tidak sadar kenapa dia bersembunyi dan hanya menyembulkan setengah badannya di balik tembok.

"Ah, itu.. aku berangkat dulu!" 

Dia tak menjawab pertanyaan bosnya melainkan langsung kabur dengan perasaan malu. Tingkah laku aneh gadis itu tentu saja membuat sang iblis mengerutkan keningnya.

"Kenapa lagi anak itu?" Pria itu mengedikan bahu tak acuh lalu kembali fokus pada ponselnya.

.

.

.

.

.

"Tim kedai! Ayo berkumpul semuanya!" 

Setelah semua orang berkumpul, seorang gadis menunjukkan seragam pelayan yang akan mereka gunakan hari itu. 

"Jeng jeng! Bagaimana seragam kita? Bagus, 'kan? Ini konsep retro yang sangat cocok dengan jurusan kita."

Dia menunjukkan satu setel pakaian seragam wanita SMA era 80-an berwarna hitam. Bagian atasannya berkerah putih lebar dengan lengang panjang, sedangkan bawahannya berupa rok model kembang lipit sepanjang betis. Tipikal seragam jadul yang tertutup sopan.

Salah seorang dari mereka kemudian menyeletuk, "Apa hubungannya konsep seragam retro dengan jurusan Sastra Korea?"

"Konsepnya seperti 'pemuda sastra, pemudi sastra', yah, semacam itu," jelas gadis itu. Lalu ia mendekati Yeji yang duduk paling dekat darinya. "Yeji, bisakah kau melepas kaca matamu?"

devil number 4 - [hhj x hyj]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang