Ufuk di timur perlahan mulai menyemburatkan gradasi kekuningan pucat. Burung-burung bercicit ria menyambut hari baru.Pagi itu, Chaeyeon bangun lebih awal seperti biasa untuk menyiapkan sarapan. Hanya saja, ia pikir dirinya lah yang pertama bangun, ternyata ada Yeji yang telah lebih dulu berada di dapur. Dia kucek matanya sekali, meyakinkan apa yang dilihatnya benar Yeji apa bukan.
"Yeji? Kau sudah bangun? Katanya kau masuk siang hari ini?"
Chaeyeon lihat gadis itu membelakanginya. Entah sedang melakukan apa.
"Chaeyeon, bagaimana ini.." katanya lirih, menoleh pada Chaeyeon dengan raut cemas.
"Ke-kenapa?!!"
Chaeyeon panik.
•°•○○•°•
"159 ribu won?!" Chaeyeon membaca nominal yang tertera di buku rekening Yeji dengan nada tidak percaya. "I-ini gajimu sebulan? Padahal hanya sif malam?"
Jimin dan Aeri yang sama-sama melihat besaran gaji yang diterima Yeji juga terkejut bukan main. Nominalnya terlalu besar untuk standar kerja paruh waktu.
"Apa dia salah transfer, ya?" Yeji mulai berprasangka.
"Sepertinya begitu. Menurutku honornya terlalu banyak," Aeri menimpali, merasa ada yang tidak beres.
"Kalau begitu tanyakan langsung saja." Jimin menyeletuk santai. "Lagi pula dia ada di rumah, 'kan?"
Yeji ingat terakhir kali dia melihat bosnya itu tadi malam. Katanya dia harus mengurus kontrak. Tapi tak mungkin pula pada mereka ia katakan pria itu sedang melakukan tugasnya sebagai iblis, jadi dia memberi jawaban aman dengan berkata, "Mulai hari ini dia pergi dinas. Katanya akan memakan waktu beberapa hari."
Jimin mengangguk pelan. "Yah, setidaknya ada uangmu kan di dalamnya, pakai saja untuk membeli keperluan yang mendesak. Nanti kalau dia sudah pulang, baru tanyakan padanya."
Ketiganya kompak mengangguk setuju atas saran cerdas Jimin.
Sesampainya di kampus, Yeji terus memikirkan harus dia belikan apa uang gajiannya. Jimin bilang ia bisa membeli keperluan yang mendesak. Lalu dia berpikir jika ada sesuatu yang perlu dia beli segera... maka itu adalah ponsel. Ya, dia butuh ponsel. Sudah lama dia tidak punya alat berkomunikasi itu.
Saat masih memikirkan kebutuhan mendesak lainnya, sebuah suara terdengar dari arah belakang.
"Yeji!"
Itu Soobin. Pemuda itu menghampirinya dengan senyum manis andalannya.
"Aku boleh duduk di sini, kan?" Yeji mengangguk sebagai jawaban.
"Eh? Kaca matamu ke mana?" Pemuda itu ternyata menyadari ada yang berbeda dengan Yeji hari ini.
"Ah, itu. Aku pakai lensa kontak." Yeji tersenyum kecil. Merasa sedikit canggung dengan penampilannya tanpa kaca mata. "Apa terlihat aneh?"
"Tidak, sih. Daripada itu, apa matamu tidak sakit? Aku saja tidak nyaman walau cuma pakai sebentar."
"Untuk sekarang sih belum."
"Yeji!"
Lagi sebuah suara terdengar memanggilnya. Suara Chaewon yang mereka kenali itu membuat keduanya menoleh bersamaan. Gadis mungil itu segera menghampiri Yeji dan langsung menyadari ada Soobin juga di sana.
"Padahal aku ingin duduk di sebelah Yeji, tapi sudah ada Soobin ternyata."
"Eh tidak apa kok, kau yang di sini saja." Soobin bangkit dari kursinya dan mundur ke kursi belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
devil number 4 - [hhj x hyj]
Fanfic[Devil Number 4 | Webtoon!AU | Devil!Hyunjin X Human!Yeji] Hwang Yeji, si mahasiswa miskin yang hampir putus asa pada hidupnya. Suatu hari, datang padanya seorang iblis tampan yang menawarkan kenikmatan dunia yang bisa ia genggam jika Yeji mau membu...