Chapter 21

45 8 1
                                    

Topik tentang 'kencan' yang dilakukan Soobin dan Yeji kemarin sudah pasti akan muncul ke permukaan. Chaewon yang merasa paling berjasa atas misi rahasia itu segera menghampiri pemuda jangkung yang tampak mencolok di koridor kampus. Dia tidak sabar mendengar apa yang terjadi di antara dua temannya itu kemarin.

"Bagaimana hasilnya kemarin?" serunya setelah memberi senggolan di lengan Soobin. Dia mengangkat tangan gestur berbisik, "Aku sengaja memberi waktu kalian berduaan kemarin."

Mata Soobin terbelalak setelah mengetahui alibi Chaewon kemarin hanyalah bohongan semata. Ia sama sekali tidak menduga Chaewon akan berbuat sejauh itu. Yah, jawabannya antara ia yang bodoh atau polos. Atau dua-duanya.

"Pasti kau mengacaukannya, 'kan?" Chaewon menyipitkan mata sangsi. 

Soobin menghela napas. Chaewon menaikkan sebelah alis. 

Dari helaan napas itu Chaewon tahu ada yang mengganjal di hati pemuda itu. Soobin lantas mengajak Chaewon ke vending machine kampus, cari tempat yang tak begitu ramai orang. 

Sembari menyesap minuman kaleng, Chaewon mendengarkan Soobin bercerita apa saja yang terjadi kemarin dan kenapa pemuda itu bermuram durja padahal baru saja kencan bersama gadis yang disukainya. Dari cerita tersebut, satu yang bisa Chaewon sarankan adalah,

"Dengar, ya. Beberapa orang tidak akan tahu kalau kau tidak langsung mengatakannya. Kalau suka ya bilang suka," ujarnya gemas. Soobin ini tipe yang butuh dorongan, mau melakukan ini itu perhitungannya banyak sekali, jadi Chaewon merasa dia harus memberi dorongan agar pemuda itu bergerak.

"Kalau aku mengungkapkannya, apa itu tidak membebaninya?" ujarnya khawatir.

Chaewon mendenguskan senyum, menepuk pundak Soobin yang lebih bongsor darinya. "Kau itu terlalu pesimistis." Dia menyeruput minuman kalengannya, lalu berkata, "Aku punya firasat baik kalau kalian berdua itu pasangan serasi. Sempurna satu sama lain."

"Masa sih?" Soobin mencicit malu. Sanjungan itu membuat pipinya bersemu.

"Percayalah padaku, tembak dia." Gadis mungil itu melirik jam tangannya sekilas. "Aku harus pergi. Thanks ya, minumannya."

Soobin menatap kepergian Chaewon dengan gumaman "Apa-apaan itu tadi.."

Perkataan Chaewon untuk menyatakan perasaan pada Yeji terngiang-ngiang di kepalanya. Soobin masih belum punya keberanian. Lagi pula hubungannya dan Yeji belum sedekat itu untuk naik satu tingkat menjadi hubungan percintaan. Rasanya akan terburu-buru untuk mengajak Yeji pacaran sekarang.

"Soobin?" sebuah suara memanggil dari arah belakang.

"Oh!" Soobin gelagapan, gadis yang sedari tadi ia dan Chaewon bicarakan tahu-tahu ada di dekatnya. "Yeji, kau mau minum?"

Menaikkan alis bingung, Yeji menggeleng. "Kelas akan dimulai, kau sedang apa di sini?"

"Ah, benar. Ayo ke kelas."

Keduanya kemudian bersama-sama menuju ruang kelas mereka hari itu. Sementara tak jauh dari mereka, tanpa Soobin sadari, Chaewon sedari tadi bersembunyi di balik tembok. Mendengarkan percakapan mereka dalam persembunyiannya. Entah apa yang apa yang dipikirkan gadis itu kali ini.


•°•○○•°•


Setelah berhasil membuat Yeji mau menandatangani kontrak, Nomor 4 kini bisa menghadapi Nomor 33 dengan percaya diri. Hari ini, sesuai perjanjian mereka, Nomor 4 akan memberikan bukti ucapannya pada iblis senior menyebalkan itu.

"Senior datang cukup terlambat, ya," sapanya santai, duduk menyilang kaki menghadap Nomor 33 yang datang bersama Nomor 313. 

Wanita itu menerima selembar kertas berisi kontrak yang memuat permohonan dan tanda tangan Yeji. Wajah kakunya tak berekspresi banyak, sementara Nomor 313 yang berdiri di belakang hanya bisa menunggu waswas. Sebagai yang paling rendah kedudukannya, tentu ia tidak ingin terjadi hal-hal buruk di antara dua iblis senior itu. Bisa gawat kalau-kalau dua makhluk keras kepala itu saling membenturkan kepala.

devil number 4 - [hhj x hyj]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang