Saat mengatakan mereka akan pergi menghabiskan uang, maka satu-satunya tempat yang terpikirkan oleh Nomor 4 adalah mal.
Ia kepalang kehabisan ide akan apa yang disukai perempuan. Karena Yeji tergolong perempuan, ia pikir membelikan pakaian, sepatu atau apa pun itu yang biasanya wanita sukai adalah pilihan yang tepat.
Di sisi lain, Yeji merasa canggung dan bingung. Pasalnya saat ini ia bersama sang bos, dikawal oleh dua bodyguard, melenggang dengan langkah solid membelah kerumunan yang lalu lalang di pusat perbelanjaan terbesar Seoul. Ia sama sekali tidak tahu maksud pria itu dan hanya berakhir dengan mengekorinya di belakang.
Destinasi pertama mereka adalah toko tas wanita. Yang Yeji tahu brand ini termasuk ke golongan mewah kelas dunia, yang harga per itemnya tidak masuk di akal. Begitu mereka masuk, para pegawai toko langsung berjejer dan memberi salam pada mereka dengan membungkukkan badan dan tersenyum elegan.
Nomor 4 melihat-lihat sekilas tas-tas yang dipajang di etalase toko. Dia kemudian memberi kode pada pegawai toko lewat lirikan mata, membuat wanita itu terkesiap untuk mendengarkan.
"Aku mau," Nomor 4 menunjuk deretan tas dari ujung kiri ke kanan, ".. semuanya," katanya enteng tanpa melihat harga, tanpa bertanya pada Yeji selaku pemakai tas nantinya.
"Baik, Tuan," tukas pegawai toko itu dengan senyum senang.
Usai membayar, empat paper bag besar berisi tas-tas itu dibawakan oleh para bodyguard. Mereka keluar dari toko tas dan lanjut ke toko sepatu. Nomor 4 meminta pelayan toko untuk memilihkan sepatu yang cocok dan memasangkannya ke kaki Yeji. Sementara Yeji mencoba mengenakan sepatu, Nomor 4 bersedekap memerhatikan.
"Apa itu ukuran kakinya?" tanya pria itu pada pelayan toko.
"Iya, Tuan."
"Kalau begitu bungkus semua yang pas dengan ukurannya."
Pelayan toko itu sontak terkejut, "A-apa?"
"Ya. Semua sepatu yang ada di sini," ulangnya lagi tanpa keraguan.
Kemudian seharian itu mereka habiskan dengan berkeliling mal, naik turun eskalator menyambangi macam-macam toko yang ada di sana. Yeji dibelikan macam-macam kebutuhan tersier oleh pria itu.
"Hati-hati di jalan, Tuan. Semoga hari Anda menyenangkan."
Nomor 4 dan Yeji meninggalkan kawasan mal dengan mobil mewah sewaan yang atapnya dibiarkan terbuka, dengan bertumpuk-tumpuk paper bag hasil perburuan mereka memenuhi jok belakang.
Yeji melirik sekilas ke belakang lalu melihat lagi satu yang didekapnya di dada. Dia merasa bingung dengan perilaku tak tertebak pria itu. Tiba-tiba saja dia mengajaknya berbelanja dan membelikannya ini itu. Yeji tahu pria itu banyak uang, tapi rasa-rasanya ini terlalu berlebihan.
Dia melirik hati-hati pria yang sedang menyetir itu. "Anu, Bos.. Apa Bos sedang ada masalah?"
Nomor 4 menjawab dengan pandangan lurus ke depan, "Memangnya perlu alasan untuk mengeluarkan uang?"
Mobil perlahan direm dan berhenti sepenuhnya di belakang garis penyeberangan. Lampu merah.
"Perjanjiannya sudah ditandatangani, sekarang kita harus ikuti peraturannya, 'kan?" sambung pria itu santai namun pasti. "Nona Pelanggan, apa kau tahu kenapa orang-orang sering merasa kesepian? Itu karena mereka pernah tidak sendirian. Begitu pula uang. Kau harus menggunakannya agar tahu daya tariknya. Sama seperti tubuh, kau akan menghargainya kalau kau merawatnya."
Lampu berubah hijau. Broom! Nomor 4 melajukan mobilnya dengan menaikkan kecepatan, membuat Yeji mencengkeram sabuk pengamannya dengan napas tertahan. Pria itu lalu berseru, "Baiklah! Ayo kita pergi! Satu-satunya arah dalam hidup adalah terus maju!"

KAMU SEDANG MEMBACA
devil number 4 - [hhj x hyj]
Fanfiction[Devil Number 4 | Webtoon!AU | Devil!Hyunjin X Human!Yeji] Hwang Yeji, si mahasiswa miskin yang hampir putus asa pada hidupnya. Suatu hari, datang padanya seorang iblis tampan yang menawarkan kenikmatan dunia yang bisa ia genggam jika Yeji mau membu...